Abd. Karim Tahir

Tinggal di Gowa - Sulawesi Selatan. Guru IPS SMP Negeri 1 Parangloe Kab. Gowa dan Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa....

Selengkapnya
Navigasi Web
Buku Tua

Buku Tua

Seorang teman alumni jurusan sejarah suatu ketika curhat. Curhat tentang bagaimana pengalaman dia ketika menyumbang buku di perpustakaan kampusnya. Di kampus itu setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya dianjurkan untuk menyumbang buku referensi sesuai jurusan.

Dengan senang hati dia menyumbangkan buku yang baru saja dibelinya dan memang diperuntukkan untuk disumbangkan. Judulnya, "Memenuhi Panggilan Tugas", ditulis oleh Bapak AH. Nasution.

Mengapa buku ini jadi pilihan? Belum pernah dia melihat teman-temannya membawa buku ini, meskipun sering disebut-sebut beberapa dosen di ruang kuliah. Jadi bukunya masih langka di kalangan mahasiswa, pasti akan menjadi buku yang menarik.

Tetapi alangkah kecewanya, petugas perpustakaan menolak bukunya dengan alasan yang tidak jelas. Itupun dengan kata-kata yang menusuk. "Kalau tidak mau menyumbang tidak usah, ini suka rela tidak ada paksaan," kata petugas itu dengan sinisnya. Dia menduga buku tersebut ditolak karena terbitan lama alias buku tua.

Buku, "Memenuhi Panggilan Tugas", terdiri atas delapan Jilid. Saya cek di internet 1 set (jilid 1-8) harganya Rp. 1.500.000 (www.bukukoleksi.com). Buku yang rencananya disumbangkan oleh teman saya ini adalah jilid 8. Terakhir diterbitkan pada tahun 1989 dengan 475 halaman.

Keistimewaan buku ini terletak pada sisi penulis. AH. Nasution adalah tokoh sekaligus pelaku sejarah. Beliau telah ikut mengalami pahit getirnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan, menegakkan kewibawaan negara dari banyak gangguan dan ancaman. Beliau juga mengalami tumbuh dan berkembangnya bangsa ini mulai dari awal kemerdekaan hingga masa orde baru. Pengalamannya sebagai prajurit hingga sebagai pejabat negara sangat patut dijadikan sebagai referensi untuk mengungkap bagian-bagian tertentu dari sejarah bangsa ini.

Jurusan sejarah memang identik dengan buku tua. Ini yang sering tidak dipahami oleh sebagian orang, termasuk petugas perpustakaan tadi. Padahal buku tua memegang peranan penting dalam penelitian sejarah. Bisa menjadi sumber primer karena ditulis pada saat peristiwa berlangsung atau setidaknya ditulis dekat dengan peristiwa yang ingin diteliti.

Kredibilitas buku itu sebagai sumber sejarah semakin berbobot jika penulisnya adalah juga sebagai pelaku sejarah. Tidak heran jika buku-buku tua banyak yang menjadi incaran para peneliti sejarah atau kolektor yang sekedar menyalurkan hobi mengumpulkan barang-barang langka.

Sejarah bangsa kita bisa tersingkap sebagian besar karena peran buku tua. Di Jawa kita mengenal kitab yang melegenda seperti kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Kitab ini menceritakan tentang perkembangan kerajaan Majapahit hingga pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Di Sulawesi Selatan kita juga mengenal kitab La Galigo dan Lontara Bilang Raja-raja Gowa - Tallo dan masih banyak lagi yang lainnya, tidak mungkin disebutkan satu demi satu.

Kitab-kitab tua ini telah berjasa menyingkap sejarah bangsa kita. Sulit membayangkan bagaimana berbicara tentang negeri ini tanpa kehadiran kitab-kitab itu. Terutama masa di mana sumber-sumber tertulis masih sangat terbatas.

Sangat disayangkan bahwa penghargaan kita terhadap buku-buku tua sangat rendah. Mungkin itulah sebabnya orang-orang Belanda konon ragu untuk mengembalikan kitab-kitab tua yang mereka ambil dari berbagai tempat di Indonesia. Khawatirnya bangsa Indonesia akan menelantarkan harta yang sangat berharga bagi mereka itu. Akibatnya orang-orang Indonesia yang ingin mempelajari sejarahnya, tak jarang harus ke negeri Belanda menggali arsip-arsip kuno milik bangsanya. Tidak heran jika ada banyak ilmuan Belanda yang justru lebih ahli tentang Indonesia dibanding orang Indonesia sendiri.

Saatnya kita lebih peduli dengan buku-buku tua yang menyejarah. Kalau perlu dikumpulkan dan diterbitkan ulang. Untuk membantu para sejarawan merekonstruksi sejarah Indonesia yang hingga saat ini masih saja diperdebatkan. Tugas ini bukan hanya dipundak mahasiswa sejarah dan juga sejarawan tetapi semua orang yang punya kepedulian terhadap sejarah.

Hal ini penting untuk melahirkan karya sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar di masa depan, sejarah benar-benar bisa menjadi inspirasi kemajuan bangsa. Bukan kebanggaan semu yang dibangun di atas pondasi sejarah yang direkayasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Buku tua yang sangat berharga itu pak. Salam saya pecinta sejarah

29 Jan
Balas

Betul bu....salam

29 Jan



search

New Post