Abd. Karim Tahir

Tinggal di Gowa - Sulawesi Selatan. Guru IPS SMP Negeri 1 Parangloe Kab. Gowa dan Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Marhaban Yaa Ramadhan

Tradisi menyambut Ramadhan sangat bervariasi. Setiap orang punya cara tersendiri dalam mengagungkan kedatangan bulan mulia ini. Ada yang rela berdesakan di pasar-pasar berburu bahan pokok untuk menu makan sahur dan berbuka puasa. Puasa pertama menunya harus spesial sebagai pemompa semangat menjalankan ibadah puasa, terutama mereka yang sedang melatih anak-anaknya berpuasa, menu sahur dan berbuka sangat menentukan. Maka kita bisa menyaksikan pasar dan pusat-pusat perbelanjaan mengalami over kapasitas menjelang Ramadhan, sebuah semangat yang menggembirakan.

Ada pula yang memilih mendatangi sanak kerabat untuk bersilaturahim, saling memaafkan, mendoakan, membersihkan hati dan pikiran agar tenang menjalani Ramadhan. Ramadhan adalah bulan suci maka selayaknya disambut dengan hati yang suci. Mungkin di situ korelasinnya. Ziarah kubur juga menjadi tradisi menjelang Ramadhan, peziarah ini datang “bersilaturahim” kepada keluarganya yang telah tiada membagikan doa-doa untuknya. Kebahagiaan memasuki Ramadhan harus pula dirasakan oleh mereka yang telah mendahului kita.

Sebagian yang lainnya menyambut Ramadhan dengan mendatangi tempat rekreasi. Walaupun ini sedikit unik jika dihubungkan dengan Ramadhan tetapi baiknya kita berbaik sangka bahwa mereka merasa perlu untuk memastikan bahwa hatinya senang, bahagia dan dengan rekreasi kesenangan itu mereka peroleh. Keunikan cara ini datang dari kalangan anak muda. Mereka menyambut Ramadhan dengan mendaki gunung. Makan sahur ratusan meter di atas permukaan laut, di puncak gunung dalam cuaca dingin mungkin memberikan sensasi yang luar biasa nikmat bagi mereka. Atau mungkin juga mereka merasa sangat dekat dengan Allah jika berada di ketinggian? Ah, semoga tidak, kedekatan seseorang dengan Allah tidak ditentukan oleh jarak tetapi oleh kesucian hati. Anak muda memang sering membuat bingung, masjid tersedia di depan rumahnya tetapi malah memilih puncak gunung untuk shalat tarwih.

Bagaimana dengan pedagang? Kedatangan Bulan Ramadhan adalah kesempatan bagi kaum pedagang untuk meraup keuntungan yang besar, kebutuhan akan segala jenis barang dan jasa meningkat tajam. Pemerintah malah sering dibuat kelabakan dalam mengontrol harga-harga yang sering berjalan di luar kendali, hanya mengikuti naluri pedagang. Ramadhan adalah bulan panen rezki. Itulah sebabnya selama Ramadhan banyak orang mendadak jadi pedagang, itu sah dan sangat wajar. Setiap orang tidak ingin melepaskan kesempatan berharga ini. Dan mungkin demikianlah cara mereka menyambut Ramadhan.

Seorang teman memilih cara tak biasa setiap menyambut Ramadhan. Dia adalah seorang pedagang yang sangat sibuk. Hampir-hampir tidak punya waktu luang, aktivitasnya terkonsentrasi pada barang-barang dagangannya yang beraneka ragam. Mulai dari keperluan dapur, peralatan rumah tangga, pakaian sampai urusan travel umrah dan haji. Kebayangkan bagaimana sibuknya? Apa yang dilakukannya menyambut Ramadhan? Jika Anda membayangkan bahwa dia menambah modal usahanya, memperluas jejaring bisinisnya, dan menambah pekerjanya, Anda keliru. Justru di minggu akhir Bulan Sya’ban dia mulai mengurangi aktivitas dagangnya dan memasuki Ramadhan dia hanya menjalankan usaha di rumahnya. Kalau biasanya dia keliling dari pasar yang satu ke pasar yang lain, di Ramadhan dia hentikan sama sekali. Ketika ditanya, kenapa berhenti berdagang? Jawabnya simpel, tidak ingin perdagangan membuatnya lalai dari ibadah. Saya angkat jempol dengan teman saya ini. Bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan bisikan dunia, di saat orang berlomba-lomba mencarinya, hanya karena takut ibadahnya terganggu. Hebat, semoga istiqamah.

Ramadhan adalah sebuah proyek besar , keuntungan yang ditawarkan sangat menggiurkan. Kita dipersilakan memilih model keuntungan yang ingin diraih, keuntungan dunia atau keuntungan akhirat. Merugilah seseorang yang hanya mengejar keuntungan dunia yang sementara dan tidak hirau dengan keuntungan akhirat yang abadi. Maka jika Anda memandang Ramadhan sebagai proyek akhirat maka selamat anda telah berada di jalan yang benar. Ramadhan jangan disia-siakan, boleh jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir buat kita, maka bersungguh-sungguhlah dalam mempersiapkan diri. Sukses Ramadhan sangat tergantung dari sesiap apa kita menghadapinya.

Perbaharui kembali pemahaman mengenai ibadah-ibadah Ramadhan, hukum di sekitar puasa, zakat, sedekah, i’tikaf dan yang lainnya. Susun rencana dengan baik, shalat sunnahnya, tilawah Qur’annya, dan pengajian serta aktivitas ibadah lainnya. Jangan lupa memasang target dengan benar dan konsisten dengan rencana yang telah dipersiapkan. Semoga kita semua diberi kekuatan lahir dan bathin dalam menjalani ibadah Ramadhan dan meraih gelar takwa yang dijanjikan Allah dengan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, aamiin.

Marhaban ya Ramadhan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Gembira menyambut puasa, tulisan yang menarik

06 May
Balas

Trima kasih pak..

06 May



search

New Post