Abd. Karim Tahir

Tinggal di Gowa - Sulawesi Selatan. Guru IPS SMP Negeri 1 Parangloe Kab. Gowa dan Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Pendidikan Dan Kebudayaan

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini mengangkat tema “ Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan.” Tema ini kembali mengingatkan kita tentang eratnya kaitan antara pendidikan dan kebudayaan. Mungkin karena itulah keduanya digabung dalam satu kementrian yang disebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan, melestarikan dan mentrasfer budaya atau bahkan menciptakan budaya baru. Demikian pula, budaya adalah sumber inspirasi dan dasar pijakan dalam pengembangan pendidikan. Sehingga kita dapat menyaksikan bahwa tradisi pendidikan suatu negara sangat ditentukan oleh budaya yang dianut oleh masyarakat pendukungnya.

Keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan telah dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasiknal, Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat.

Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa pendidikan hakikatnya adalah penanaman dan penguatan karakter yang baik kepada peserta didik, yang sebenarnya adalah embrio dari sebuah masyarakat. Pada akhirnya harus diakui bahwa pendidikan adalah upaya mempersiapkan, membina dan memelihara masyarakat yang beradab. Untuk itu pendidikanlah yang bertanggung jawab dalam memastikan masyarakat tetap berpijak pada budayanya. Tanggung jawab ini sangat berat. Karena itu harus dipikul bersama oleh tiga lembaga yang disebut tri pusat pendidikan, yaitu; keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Keluarga adalah madrasah pertama seorang anak. Dalam ruang-ruang keluarga anak-anak diperkenalkan karakter, seperti adat sopan santun, kejujuran, saling hormat menhormati dan nilai-nilai luhur lainnya. Dalam keluarga pulalah anak-anak ditanamkan keimanan dan ketakwaan yang menjadi rumah besar bagi bersemayamnya karakter yang baik dalam diri anak-anak. Diperlukan kerja sama dan saling memahami peran masing-masing dari anggota keluarga untuk mengembang tugas ini. Ayah dan Ibu memegang peranan yang paling menentukan. Mereka berdua adalah role model bagi anak-anaknya. Anak punya kecenderungan untuk meniru ucapan, tindakan atau kebiasaan yang sering diperlihatkan oleh orang tuanya. Jika orang tua menginginkan anak-anaknya berkarakter baik maka orang tua berkewajiban untuk memberi teladan terhadap prilaku-prilaku baik yang ingin ditanamkan dalam jiwa anak. Keluarga juga harus menjadi tempat bernaung yang memberi rasa aman dan nyaman bagi tumbuh kembang anak-anak baik secara fisik maupun spikis. Andai keluarga bisa menjalankan perannya dengan benar maka separuh dari problem pendidikan kita hari ini selesai.

Sekolah adalah lembaga kedua yang memiliki peran penting bagi keberlangsungan pendidikan. Tempat anak-anak berinteraksi dengan guru dan teman-teman sebayanya. Anak-anak datang dari berbagai lembaga keluarga dengan latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Tugas sekolah adalah memberi jaminan bagi tumbuhnya budaya yang saling memahami dan toleransi terhadap perbedaan. Anak-anak harus bisa bekerja sama dengan teman-teman mereka tanpa mempersoalkan keragaman yang ada. Bahwa keragaman bukan untuk dipertentangkan tetapi untuk disinergikan dalam kebersamaan mencapai cita-cita bersama.

Sekolah menjadi laboratorium budaya terbesar, tempatnya menguji budaya yang sesuai dengan kepribadian bangsa, budaya yang mendukung kemajuan, serta budaya akan memuliakan manusia. Sekolah harus memerdekakan manusia dari budaya merusak yang akan mencederai bangsa ini dan akan memerosokkan manusia ke dalam jurang kehinaan. Upaya ini diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler serta aktivitas sekolah yang lain. Semua komponen sekolah harus memahami tugas ini, kepala sekolah, guru, pegawai, dan unsur lainnya yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pendidikan.

Jika dalam keluarga orang tua adalah role model bagi anak-anak maka di sekolah guru adalah role model-nya. Guru harus tampil menjadi contoh bagi karakter yang ingin ditanamkan kepada peserta didik. Sekolah juga harus menjadi rumah yang aman dan nyaman tempat peserta didik mendapatkan kedamaian dalam menyelami ilmu pengetahuan, berpetualang melalui pengalaman-pengalaman yang menarik dengan teman sebayanya dan menikmati keteladanan dari guru-gurunya. Peranan sekolah yang seperti ini bisa terwujud hanya jika mendapat sokongan kuat dari negara terkait regulasi dan kebijakan yang propendidikan.

Berikutnya lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah masyarakat. Masyarakat adalah tempatnya peserta didik hidup dan bergaul bukan hanya dengan teman sebayanya tetapi juga dengan orang lain dan juga dengan lembaga-lembaga lain. Kehidupan masyarakat sedemikian kompleks, jika peserta didik tidak cukup bekal maka mereka akan asing di tengah keramaian atau malah bisa tenggelam dalam arus kehidupan yang merusak. Bekal yang dimaksud adalah karakter, kompetensi yang diperoleh dari keluarga dan sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan, masyarakat semestinya menjadi tempat bersemainya budaya dan karakter yang membangun. Anggota masyarakat harus bahu membahu menyiapkan lahan yang kondusif bagi tumbuhnya karakter yang baik bagi masyarakat secara menyeluruh. Dalam ajaran Islam dikenal istilah amar ma'ruf nahi mungkar. Ajaran yang mengedepankan kebersamaan dalam masyarakat, merasa turut bertanggung jawab atas apapun yang terjadi. Amar ma'ruf berarti saling mengajak untuk berbuat baik, sedangkan nahi mungkar adalah saling mengingatkan untuk bersama-sama menghindari kemungkaran atau kerusakan. Amar ma'ruf nahi mungkar akan membentengi masyarakat dari prilaku amoral yang akan merusak moral anak-anak kita.

Jelaslah bahwa budaya dan pendidikan tidak bisa dilepaskan. Keduanya memiliki porsi yang sama dalam mewujudkan manusia seutuhnya. Orang yang terdidik bukan hanya mereka yang pintar secara intelektual tetapi juga mereka yang tidak tercerabut dari akar budayanya. Pikirannya boleh saja dipenuhi oleh teori-teori ilmu dan filsafat Barat atau Timur tetapi kepribadiannya tetap berpijak pada kearifan budaya lokal miliknya. Budaya yang sesuai dengan fitranya sebagai makhluk ciptaan Allah yang mempunyai kewajiban untuk tunduk dan taat atas perintah-Nya. Maka Pendidikan yang berbudaya sesungguhya adalah pendidikan yang menumbuhkan kesadaran akan kedudukan manusia sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah-Nya di muka bumi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post