Abd. Karim Tahir

Tinggal di Gowa - Sulawesi Selatan. Guru IPS SMP Negeri 1 Parangloe Kab. Gowa dan Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Di Batas Usia

Lama menatap layar laptop, memelototi sebuah pengumuman. Untuk pertama kalinya aku menertawai umurku.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ini kembali mengadakan kegiatan Internalisasi Nilai Kebangsaan (INTI). Entah mengapa kegiatan ini sangat menarik perhatianku. Padahal untuk urusan yang seperti ini biasanya aku super malas.

Kegiatan INTI digelar terutama untuk guru-guru dengan latar belakang ijazah sejarah/pendidikan sejarah. Sangat spesial. Tahun ini dilaksanakan di Pangkal Pinang (Bangka Belitung) dan Ambon (Maluku). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran Nilai Kebangsaan dan Penguatan Nilai Karakter. Tahun ini mengambil tema; "Menggali Sejarah, Memperkuat Identitas Bangsa". Menarik!

Tahun lalu kegiatan yang sama diadakan di Aceh, saya seperti kesurupan membuka-buka referensi tentang Aceh, ku buat esainya sebagaimana yang dipersyaratkan. Tulisan itu lalu ku kirim. Pengumuman keluar, namaku tidak ada.

Tentu saja aku kecewa. Masalahnya, ini Aceh, sodara. Salah satu daerah yang sejak dulu ingin ku kunjungi. Sejak lama aku terkagum-kagum dengan Aceh (tanpa mengurangi cintaku pada daerah lainnya). Aku kagum pada Perjuangan orang-orang Aceh mempertahankan diri dari kebuasan imprealisme. Semangat patriotisme dipadu dengan fanatisme agama menjadi bahan bakar. Bahan bakar yang tidak ada habisnya ini terkonversi menjadi daya juang yang kuat menggetarkan jiwa-jiwa kerdil kaum penjajah. Ingin rasanya bermanja dalam dekapan alam Tanah Rencong yang bertuah. Menyusuri tanahnya yang dulu basah oleh darah para syuhadah. Merasakan hawa regius yang kental. Cocok dengan gelarnya sebagai Serambi Mekah.

Meski demikian bukan hanya karena Aceh sehingga saya tertarik. Saya memang suka dengan kegiatan kesejarahan apalagi dikaitkan dengan internalisasi nilai kebangsaan. Membuat sejarah akan jauh lebih bermakna.

Tetapi aku gagal, naskahku tidak terpilih. Tidak mengapa, tahun depan masih ada. Meski tak di Aceh lagi.

Pengumuman tentang kegiatan INTI tahun ini dikirim teman melalui Whatsapp. Segera ku buka. Ku klik link yang ditunjuk untuk melihat persyaratan. Alhamdulillah semua persyaratan bisa saya penuhi KECUALI satu, umur maksimal 45 tahun.

Saya tersentak, menyadari bahwa umurku sudah lewat 45 tahun. Memasang kuda-kuda start di gerbang ketuaan. Perlahan menuruni bukit keperkasaan menuju lembah sunyi. Beristirahat dari kebisingan dunia. Dan karena itu kegiatan ini dianggap tidak cocok lagi untukku dan entah berapa banyak orang yang seumuran denganku. Mungkin pantasnya menjadi pertapa di gua-gua gelap, jauh dari kebisingan

Saya teringat cerita tentang pendiri KFC, Harland "Colonel" Sanders yang mulai aktif mewaralabakan bisnis ayamnya pada usia 65 tahun. Dalam usianya yang terbilang senja itu dia berkeliling menawarkan resep masakan ayamnya ke restoran-restoran. Luar biasanya, terdapat 1000 restoran menolak resepnya. Tetapi dia tidak putus asa, terus berkeliling menawarkan resepnya. Hingga sampai pada restoran ke 1008, restoran ini bersedia membeli resepnya dan selanjutnya mengembangkan waralaba yang diberi nama KFC. Saat ini cabang-cabang KFC tumbuh dan berkembang di berbagai negara.

Pernah mendengar nama Yuichiro Miura? Dia adalah pemegang Guinness Record sebagai pendaki tertua di dunia. Pada laman wikipedia.org disebutkan bahwa kakek asal Jepang ini pada tahun 2003 saat usianya mencapai 74 tahun berhasil mendaki puncak gunung Everest. Tahun 2013 ketika usianya menginjak 80 tahun Miura kembali mencatatkan namanya sebagai orang tertua yang menaklukkan puncak tertinggi dunia itu.

Ternyata usia tua tidak identik dengan kelemahan dan ketidakberdayaan. Pintu prestasi belum tertutup selama semangat masih membarah.

Tidak masalah. Ini otoritas panitia. Saya bersangka baik saja. Walaupun pikiran picikku memprovokasi. Panitia pasti tidak ingin repot jika di tengah penyelenggaraan kegiatan ini banyak peserta yang bertumbangan karena kondisi tubuh yang tidak lagi bugar. Atau peserta yang uring-uringan karena nyaris kehabisan nafas. Atau peserta yang merengek-rengek ingin dipulangkan karena rindu sama cucunya. Atau peserta yang tiap malam merepotkan peserta lain minta dikerok karena masuk angin. Atau peserta yang protes minta makan padahal dia lupa bahwa baru semenit yang lalu dia menghabiskan dua mangkuk sup ayam. Atau...atau..ahh terlalu banyak atau.

Namun jika deretan "atau" itu adalah kekhawatiran panitia. Bukankah masalah-masalah semacam ini milik semua umur? Kecapean, sakit, lemah fisik dan halangan-halangan semakna lainnya, tidak hanya milik mereka yang berumur 45 tahun ke atas. Bisa dialami oleh siapa saja. Muda ataupun tua, malahan anak-anakpun bisa mengalaminya.

Jangan-jangan setelah tidak puas berdebat tentang diskriminasi ras, agama, suku dan antar golongan. Kini kita sedang membuka front perdebatan baru, diskriminasi umur. Wahh, kok jadi seram begini? Untungnya pendaftaran haji dan umrah tidak mengenal batasan umur maksimal. Padahal haji dan umrah adalah ibadah yang mengandalkan fisik.

Baiklah, sekali lagi kita bersangka baik. Saya kira pertimbangan utama panitia membatasi usia lebih pada masalah regenerasi/kaderisasi yang harus jalan. Beri kesempatan kepada yang lebih muda untuk berkarya. Bukankah yang sudah "tua" juga sudah lama diberi kesempatan? Karena sebelum mereka tua, mereka juga pernah muda, hehe! (Maaf).

Yah, yang tua harus mengalah. Negeri kita butuh regenerasi. Sejarah mengajari kita, bahwa salah satu sebab kemunduran Kerajaan Majapahit yang perkasa itu, karena kepemimpinan yang lemah sepeninggal Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Majapahit lemah dalam hal kaderisasi kepemimpinan.

Kita tidak perlu mengulangi sisi lemah para pendahulu kita. Ayo anak muda, silahkan melangkah jangan pernah ragu. Persembahkan karya-karya terbaikmu untuk negerimu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post