Berbagi Pekerjaan itu Indah
INDAHNYA BERBAGI PEKERJAAN DI RUMAH
“ Umi, Ahad pagi besuk, ustadz bisa mengisi kajian di majlis taklim kami?” Kata Faiqoh
“Afwan, kalau pagi tidak bisa, tapi kalau agak siang mungkin bisa”
“Tapi panitia dan jamaah sudah mensetting acara dari setelah shalat Subuh hingga menjelang Dhuhur”
“Iya, jadwal ustadz kalau Ahad pagi itu, ada pekerjaan di rumah” Kata sang Umi
“Subhanallah, jadi ustadz masih bisa membantu pekerjaan istri di rumah?” Tanya Faiqoh
“Maaf, bukan membantu istri tapi karena kita tinggal di rumah yang sama maka pekerjaan rumah itu kewajiban kami berdua bersama anak-anak”
“Jadi apa tugas ustadz di rumah?”
“Banyak pekerjaan di rumah yang itu tidak mampu semua dikerjakan oleh umi, sehingga semua penghuni rumah adalah bagian dari rumah yang punya kewajiban masing-masing, tidak ada yang merasa dibantu, membantu atau menjadi pembantu”
“Oh begitu Mi, jazakillah nasehatnya dan kami tunggu Ahad pagi, eh… Ahad Siang di masjid kampung sebelah” Kata Faiqoh
Rumah Adalah kebutuhan Pokok
Semua orang setelah menikah bisa dipastikan untuk memiliki rumah agar lebih cepat mandiri, dewasa dan matang dalam berumah tangga. Rumah adalah termasuk kebutuhan pokok bagi semua orang yang sudah menikah. Meskipun bertahap, dari menumpang ke rumah mertua, saudara, sewa atau kontrak hingga bisa membeli atau membangun rumah sendiri.
Terlalu riskan ketika berumah tangga masih tinggal menumpang dengan orang tua, mertua atau saudara. Pasti seorang suami atau istri tidak bisa bebas berekspresi dalam mengatur kehidupan rumah tangganya. Kemudian juga resisten terjadi kesalahpahaman komunikasi dan ada beban psikologis.
Selanjutnya usaha untuk memiliki rumah memerlukan waktu lama dan usaha yang tidak mudah. Perlu pengorbanan dan menabung untuk bisa memiliki rumah. Karena rumah bukanlah barang murah untuk didapatkan, apalagi rumah yang permanen dan layak. Harga tanah, bahan bangunan, ongkos tukang senantiasa naik setiap tahun.
Pekerjaan Rumah Adalah Pekerjaan Indah
Kemudian ternyata masalah tidak selesai setelah memiliki rumah. Banyak kasus perselisihan terjadi antara suami istri karena masalah manajemen rumah dari urusan sepele tentang kebersihan rumah hingga masalah yang berat terkait komunikasi keduanya di rumah. Pembagian tugas rumah tangga sering menjadi pemicu perselisihan dan kemarahan antara pasangan suami istri.
Seringkali, istri merasa lelah dengan banyaknya pekerjaan rumah dan harus menyelesaikan dari A hingga Z sendirian. Bekerja dari bangun tidur hingga menjelang tidur setiap hari, tidak mengenal tanggal merah, libur kecuali saat sakit yang memaksanya istirahat.
Sementara sebagian suami asyik dengan pekerjaanya bahkan membawa pekerjaannya ke rumah dan tidak mau tahu dengan urusan pekerjaan rumah. Suami menutup mata, tidak mau memahami kerepotan istri, dan tidak mau mengerti betapa capeknya istri menjaga amanah-amanahnya.
Memang suami bekerja di luar rumah terkuras tenaga, fikiran dan waktunya sehingga yang tersisa hanya capeknya. Maka sebagaian suami datang ke rumah seperti orang asing atau tamu yang datang hanya untuk makan, istirahat, tidur, mandi, buang air, ganti baju, bersantai ria dan memuaskan kebutuhannya lalu pergi kembali keluar rumah.
Ada juga suami yang gengsi, jaga image, merasa pemimpin yang terhormat dan harus dihormati. Sehingga merasa rendah ketika harus melakukan pekerjan rumah seperti menyapu lantai, mencuci baju atau piring. Apalagi kalau diketahui orang lain.
Sehingga perlu ada kesepahaman antara suami dan istri terhadap pekerjaan rumah. Tidak ada pembagian hitam putih yang kaku seperti istri harus bekerja all out di rumah dan suami pekerjaannya hanya mencari nafkah atau urusan publik di luar rumah.
Padahal pekerjaan dalam rumah tangga itu sebenarnya indah jika berbagi. Semua pekerjaan rumah tangga bernilai ibadah jika dikerjakan dengan penuh keikhlasan, baik oleh suami maupun istri. Pekerjaan rumah tangga itu indah karena bisa memupuk keharmonisan hubungan suami istri. Untuk bisa menemukan keindahan dan menumbuhkan keikhlasan diperlukan kesepahaman antara suami istri.
Tips Berbagi Pekerjaan Rumah Tangga
Istri yang menjadi pemimpin di rumah bisa melibatkan suami sebagai pemimpin rumah tangga untuk bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan tanpa merendahkan suami dan bukan terbalik suami yang harus berjibaku dengan pekerjaan rumah. Berikut ini berbagai cara untuk melibatkan suami dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Pertama, mendiskusikan pekerjaan rumah tangga. Dalam mendiskusikan masalah ini harus di saat normal, netral, bahagia atau moment yang menyenangkan antara suami istri. Seperti saat berlibur akhir pekan, santai setelah terima gaji atau menikmati sesuatu yang membahagiakan.
Tidak mendiskusikan pekerjaan rumah tangga dalam kondisi marah, lelah, emosi, sibuk, tegang atau berselisih karena pasti sulit diterima ide ataupun hasil diskusinya. Dianggap penuh interes, tendensi atau arogansi dari salah satu pasangan. Sehingga penting menyiapkan suasana hati dan mental untuk bisa diajak diskusi.
Kedua, menyampaikan pekerjaan rumah tangga dengan cara yang baik. Tidak menggunakan bahasa hiperbola untuk menunjukkan banyaknya atau rumitnya pekerjaan rumah tangga. Kemudian istri tidak terlalu banyak mengatur, memaksa atau menuntut suami harus begini dan begitu. Karena hal itu sedikit mendapatkan simpati suami bahkan mungkin antipati, sehingga responnya kontraproduktif untuk bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Tidak berteriak atau bicara dengan intonasi tinggi kepada suami, tidak menggunakan kalimat perintah tapi meminta pandangannya terkait daftar pekerjaan dan bagaimana sebaiknya penyelesaiannya. Bahasa kelembutan, menjadikan suami mengerjakan pekerjaan menjadi sebuah kehormatan dan kemuliaan bukan menjadi sebuah keterpaksaan atau rasa kehinaan.
Ketiga, membuat daftar tertulis pekerjaan rumah tangga agar bisa dibaca suami dan diminta pendapatnya untuk bagaimana bisa menyelesaikan daftar pekerjaan tersebut. Daftar itu bisa agak mendetail dari pekerjaan harian, pekanan dan bulanan. Jenis pekerjaan yang ringan, sedang dan berat.
Tapi tidak langsung menyodorkan daftar dan membaginya secara subyektif bahwa ini pekerjaan istri, yang ini pekerjaan suami. Inilah pentingkan diskusi yang mengundang simpati. Tapi meminta suami untuk memeriksa dan memilih pekerjaan rumah tangga yang bisa dikerjakan olehnya. Tidak terlalu mengatur seperti kepada anak kecil karena itu membuat suami kurang respek.
Keempat, bertukar tugas. Salah satu yang menjadi kendala suami biasanya mudah bosan dengan pekerjaan rutin, meskipun sebenarnya pekerjaan itu tidak berat, yang berat adalah konsistensinya. Jika suami mulai bosan maka istri bisa menawarkan untuk tukar pekerjaan, jika bulan ini suami tugas mencuci baju dan istri mencuci piring maka bulan berikutnya bisa bertukar. Bukan malah mengolok, “ Iya baru terasa kan, bahwa pekerjaan istri di rumah itu berat, baru satu bulan mencuci sudah kecapekan”. Kalimat itu merendahkan peran suami dan tidak menambah semangat suami.
Kelima, berusaha untuk mengakui hasil kerja suami meskipun belum banyak yang bisa dikerjakan. Meski hasilnya juga belum sesuai dengan harapan atau suami mengerjakan dengan cara berbeda. Sesekali juga harus memberikan pujian, penghargaan sebagai bentuk pengakuan.
Sistem penghargaan ini penting, bukan untuk anak saja tapi kepada suamipun penting. Bukan suami itu kekanak-kanakan atau memperlakukan suami seperti anak-anak tapi penghargaan adalah sesuatu yang fitrah sebagaimana fitrahnya orang tidak suka kalau dimarahi atau tidak dhargai kerjanya. Semua orang berapapun usia, darimana saja suku dan asalnya maka semua senang jika dihargai hasil jerih payahnya. Penghargaan bukan hanya materi, tapi kecupan atau pelukan kejutan atau makanan kesukaannya yang special.
Keenam, membiasakan untuk saling mengucapkan terima kasih kepada suami yang telah menjalankan pekerjaan rumah dengan baik. Kata terima kasih itu sederhana tapi dahsyat untuk penghargaan kepada suami dan kebiasaan yang luar biasa bagi seorang istri kepada suami.
Ucapan terima kasih bukan hanya saat suami mengerjakan pekerjaan berat, tapi pekerjaan apapun maka istri jangan segan untuk mengucapkan terima kasih. (Abdul Ghofar Hadi, Ketua Lembaga Pendidikan Pengkaderan Hidayatullah Balikpapan)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kajiannya bagus sekali Pak saya suka Mari saling menghargai dalam keikhlasan erima kasih Pak.