Aku adalah seorang gadis cantik yang termasyhur di desaku. Mengapa aku berani mengatakan demikian? Hal ini tentu bukan tanpa alasan. Tinggi badan yang semampai, dibalut kulit yang putih mulus merupakan hal membuat aku percaya diri berkata bahwa aku seorang gadis yang cantik. Tidak itu saja. Bentuk wajah yang menarik, hidung bangir, dan bibir yang merekah berwarna merah delima menambah kecantikanku. Hal lain yang mnambah kecantikanku adalah alis mata yang tebal serta jari jemari yang lentik membuat aku semakin yakin dengan kecantikanku dibanding gadis lain di desaku.

Tidak sedikit pemuda yang tertarik dengan kecantikanku. Ada secara terus terang mengatakan ketertarikannya kepadaku dan tidak sedikit pula yang mengutarakannya melalui orang lain. Tetapi tidak satupun kutanggapi dengan serius.

Mereka tidak hanya datang dari desa tempat tinggalku. Bahkan ada yang harus datang dari jauh hanya untuk sekedar berkenalan denganku. Tapi semua itu kutampik dengan berbagai alasan. Menjadi gadis cantik lalu hanya memiliki teman bergaul dari kampung yang sama bagiku tidak membuatku menjadi senang. Dalam benakku, seorang gadis cantik harus memiliki pacar dan jodoh yang setara. Kalo aku cantik, maka aku berharap bisa mendapatkan pasangan yang tampan pula. Ini yang sering kulihat di tayangan televisi.

Seiring perjalanan waktu, usiaku kini semakin dewasa teikutapi angan dan harapku akan seorang lelaki tampan belum satupun ada yang terasa cocok di hati. Lama kelamaan hati ini menjadi gelisah. Rasa percaya diriku pun semakin berkurang. Entah karena usia atau karena terlalu banyak pilihan.

Akhir dari semua ini membuatku tersadar. Betapa angan yang terlalu tinggi ternyata membuatku tak bahagia.