Mauni buwaja bulu’, Nalise’ ampeloi teyyawa’ nalureng

(Mauni tomacca namaja’ sipa’na teyawa naparenta).

Artinya : ”Meskipun orang itu cerdas tapi tidak memilki sifat yang baik maka saya tidak ingin diperintah atau dituntun olehnya.”

Filosofi Bugis ini mengandung makna yang masih relevan dengan era kekinian. Bahwa modal kecerdasan tidaklah cukup bilamana seseorang akan menjadi pemimpin. Kecerdasan seharusnya berbanding lurus dengan akhlak baik yang telah mengkristal dalam tindakan dan ucapan. Jika hanya kecerdasan yang diutamakan tapi tidak berahlak, maka dia tidak dapat diterima di tengah-tengah masyarakat. Demikian juga dengan akhlak, dianggap tidak cukup jika tidak cerdas. Jadi pemimpin yang baik adalah yang cerdas dan berakhlak.

Lalu siapa yang disebut orang cerdas. Orang cerdas menurut filosofi Bugis yakni; Tau magello’ akkalengna yanaritu de’na napaccaireng, saba sampoengngi akalengge iyanaritu sipa’ paccairengnge.

Artinya: ”Orang cerdas adalah orang yang bagus dan tinggi akalnya (terarah pemikirannya), terpuji akhlaknya, tidak suka marah, karena yang menutupi akal pikiran manusia adalah sifat suka marah. Jadi orang cerdas adalah orang yang memiliki akal pikiran yang baik. Ia dapat bersabar dalam menghadapi persoalan yang genting, tahan banting terhadap ujian hidup, proaktif mencari solusi yang dapat menyelasaikan urusannya dengan baik.

Wallahu a’lam bissawab…

---------------------------------------------

Salamaki To Pada Salama

#Soppeng, 13082020

#Tantangan Menulis 365 Hari

#TaGur Hari ke-145