Hari Raya Idul Adha memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam. Hari suci yang menjadi pengingat bagi kaum Muslim untuk berserah diri kepada Allah SWT dan mencintai segala ciptaan-Nya. Tidak lupa, Islam juga mengajarkan kita untuk senantiasa mencintai dan menjaga lingkungan alam. Dalam Al Qur’an Surat Ar-Rum ayat 41, Allah SWT berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Kita harus merefleksikan bagaimana semua tindakan kita memengaruhi segala sesuatu di sekitar kita. Bagaimana ‘barang’ dan ‘benda’ ini diubah dari sumber daya alam menjadi apa yang kita miliki sekarang? Bagaimana perjalanan ‘barang’ ini dari produsen sampai ke tangan kita, hingga menjadi tumpukan sampah di sudut-sudut bumi yang terlupakan? Mungkinkah ada limbah beracun yang merembes ke dalam tanah atau terlepas ke udara dari ‘barang-barang’ ini? Allah memercayakan bumi kepada kita, dan kepercayaan ini (amanah) adalah ikatan suci. Apakah pengelolaan sampah dan limbah kita mewakili penghormatan terhadap kepercayaan

Kaitannya dengan sampah plastik , Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah meluncurkan program “Kendalikan Sampah Plastik”. Karena plastik merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai secara alamiah. Sementara, kantong plastik kresek hitam yang merupakan hasil dari proses daur ulang plastik bekas pakai yang mengandung zat karsinogen sangat berbahaya bagi kesehatan. Imbauan tidak memakai kantong plastik kresek hitam untuk mewadahi makanan, sudah digaungkan pemerintah sejak lama.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merilis peringatan publik tentang bahaya kantong plastik kresek hitam. Kantong plastik kresek berwarna, terutama hitam mayoritas merupakan produk daur ulan. Dalam proses daur ulang tersebut, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, limbah logam berat, kotoran hewan atau manusia. Selain itu, dalam proses tersebut juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah dampak bahayanya bagi kesehatan.

Sebagaimana pada Idul Adha tahun 2019 yan lalu, KLH meminta para kepala daerah untuk menyosialisasikan Idul Adha tanpa sampah plastic di lokasi salat Id dan saat pembagian daging kurban. Demikian juga disampaikan alternatif pengganti kantong plastik yang dapat digunakan untuk pembagian daging kurban, seperti daun jati, daun pisang, wadah anyaman daun lontar (Bugis: baku-baku), atau wadah yang ada di tempat masing-masing yang dapat digunakan ulang atau dikomposkan dan tidak menimbulkan sampah plastik.

Kampanye ini terkesan seremonial, rasanya hambar dan berlalu begitu saja. Disamping belum adanya sanksi yang mengikat, ternyata kebiasaan masyarakat menggunakan kantong plastik dalam pembagian daging qurban dan aktifitas lainnya belum dapat ditinggalkan. Lalu bagaimana dengan Idul Qurban di tahun ini? Kita berharap, Idul Qurban kali ini menjadi bagian dari kampanye ramah lingkungan. Dengan demikian, masyarakat khususnya yang berqurban tahun ini tidak menggunakan kantong plastik dalam pembagian daging qurban.

Salamaki To Pada Salama

#Soppeng, 28072020

#Tantangan Menulis 365 Hari

#TaGur Hari ke-129