Abi Badri Bibisono

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CAGAR BUDAYA MAKAM SYEKH ABU SYAMSUDDIN BATU AMPAR, TUMBUHKAN SEMANGAT RELIGIUS PEZIARAH
Pasarean Batu Ampar Pamekasan

CAGAR BUDAYA MAKAM SYEKH ABU SYAMSUDDIN BATU AMPAR, TUMBUHKAN SEMANGAT RELIGIUS PEZIARAH

Batu Ampar Pamekasan merupakan sebuah sebutan tempat tujuan ziarah wali (auliya’),  yang didalamnya terdapat kompleks makam para ulama-ulama yang dihormati dan sebagai panutan dalam beragama.

          Sangat menarik, jika saya mengamati lebih jauh tentang salah satu objek wisata religi di bumi Gerbang Salam Pamekasan  yaitu pasarean Batu Ampar yang secara spesifik didalamnya terdapat makam Syekh Abu Syamsuddin (Buju’ Latthong). Komplek makam Syekh Abu Syamsuddin ini, saya menyebutnya sebagai khazanah cagar budaya di Kabupaten Pamekasan, walaupun demikian saya belum melihat pencantuman papan plakat yang memuat nomor inventaris cagar budaya pada situs atau tempat tersebut.

            Lokasi Makam Syekh Abu Syamsuddin Batu Ampar ini tepatnya berada di Dusun Batu Ampar Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. Dengan letak astronomis, cagar budaya ini berada di titik koordinat:7005'58''S 113022'34''E.

Sedangkan secara geografis, situs cagar budaya Makam Syekh Abu Syamsuddin Batu Ampar berada dalam bentangan alam dataran tinggi dengan elevasi ketinggian ± 150 Mdpl. Komplek Makam Abu Syamsuddin Batu Ampar ini  memiliki luas bangunan ± 10 m x 25 m ( memanjang kearah timur) dengan luas lahan ± 20 m x 35 m.

Lokasi Makam Syekh Abu Syamsuddin Batu Ampar sangat stategis karena mudah untuk dijangkau, dapat diakses dengan kendaraan roda dua, roda empat atau bahkan bus pariwisata sekalipun. Hal ini terlihat dari hilir mudik bus-bus pariwista yang datang menuju dan pergi meninggalkan situs cagar budaya ini.

Puluhan hingga ratusan warga berziarah di Makam Abu Syamsuddin (Buju’ Latthong), rata-rata peziarah tersebut berasal dari Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, atau bahkan dari luar pulau jawa (Kalimatan dan Palembang) sekalipun juga berdatangan,.tak terkecuali dari Provinsi Jawa Timur sendiri.

            Mereka datang secara rombongan, baik dalam rombongan kecil, menengah, maupun besar, menggunakan mobil pribadi maupun bus. Kedatangan mereka biasanya tidak lain untuk mengkhatamkan Alquran di lokasi. Seperti yang dilakukan peziarah asal Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Salah satu rombongan yang berasal dari kalangan fatayat NU Kab.Lamongan, Jawa Timur tersebut, mengatakan tidak hanya sekali mengkhatamkan Alquran di Makam Abu Syamsuddin Batu Ampar, apalagi kalau punya hajat, tentu secara religius hati menjadi tenang, biasanya kesini rombongan dengan jemaah majlis taklim bersama kiai.

            Dari hasil observasi saya dilapangan, dengan menggunakan analisis deskriptif menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh para peziarah di Makam Abu Syamsuddin Batu Ampar adalah berdo’a untuk mencapai hajat masing-masing Jemaah. Akan tetapi sebelum mereka berdoa, mereka akan membaca beberapa bacaan atau amalan dan mendo’akan pada Syekh Abu Syamsuddin sebagai wasilah.

            Bacaan yang dibaca oleh para peziarah sangat beraneka ragam, ada yang memperbanyak bacaan shalawat, tasbih, Surat Yasin, Surat Al Ikhlas, bacaan tahlil, dan juga ayat-ayat Alquran lainnya, bahkan ada juga yang lebih intensif lagi yaitu dengan mengkhatamkan Alquran. Hal ini menunjukkan bahwa kuatnya dorongan semangat religius peziarah di Makam Abu Syamsuddin (Buju’ Latthong). Di tempat ini seolah tidak pernah sepi dari penghatam Alquran, selama 24 jam pasti ada yang membaca Alquran. Inilah salah satu kekeramatan Buju’ Latthong, pasti ada yang mengkhatamkan dalam setiap harinya.  

             Setelah selesai berziarah, sebelum meninggalkan komplek Makam Abu Syamsuddin, maka tidak ketinggalan mereka akan mengambil “Air Genthong” lalu meminumnya di tempat tersebut. Ada juga yang akan mengambilnya untuk dibawa pulang untuk diberikan kepada keluarganya di rumah. Selain air genthong, ada juga “Air Barokah”, air ini yang berasal dari tempat wudunya Syekh Abu Syamsuddin atau Buju’ Latthong.

            Jika ditelaah dari sejarahnya, mengapa situs Makam Abu Syamsuddin sangat popular atau dikenal luas para peziarah dari berbagai penjuru negeri?, hal ini karena silsilah keturunan, maupun berbagai kisah karomah serta keshalihan awliya Allah di bumi Gerbang Salam itu terus mengalir dalam ingatan generasi setelahnya.

Dalam buku “Mengenal Sinar Gemilau Di Bukit Batu Ampar” dijelaskan tentang “asal-usul Syekh Abu Syamsuddin dan kekaromahannya, beliau dengan nama kecil Su’adi atau yang dikenal dengan julukan Buju’ Latthong adalah putra dari Syekh Abdurrahman atau Syekh Basyaniyah (Buju’ Tompeng). Beliau dikaruniai tiga orang putera antara lain Bernama: Syamsuddin, Luqman, dan Husen. Sebenarnya asal nama lain beliau (Abu Syamsuddin) diambil dari putra pertamanya yakni, Syamsuddin. “Abu Syamsuddin” mempunyai arti “Bapak Syamsuddin”.

Buju’ Tompeng, ayah dari Kiai Su’adi atau Abu Syamsuddin ini merupakan  salah satu waliyullah besar Madura di masanya. Syekh Basyaniyah (Buju’ Tompeng) adalah putra Kiai Abdul Manan (Buju’ Kosambi) bin Syarif Husain (Buju’ Banyu Sangka) bin Sunan Bonang bin Sunan Ampel. Kiai Abdul Manan ini yang pertama kali bermukim di Batu Ampar, Pamekasan. Disebut Buju’ Kosambi karena beliau bertirakat di pohon kosambi (kesambi) selama empat puluh tahun. Pohon kesambi tempat tirakat beliau itu terletak di atas bukit yang dikelilingi pohon bambu. Di dekat pohon tersebut ada sebuah sumur yang di sebut todhungi. Sumur inilah yang menjadi tempat keperluan beliau untuk minum dan wudu.” (Damanhuri,Fauzy, 2001, p.7-9).

             Tentang kekaromahan Syekh Abu Syamsuddin, buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya. Jika ayah dan kakeknya adalah ahli tirakat untuk membangun keshalihan, begitu pula dengan Kiai Su’adi (Syekh Abu Syamsuddin/Buju’ Latthong). Pada usia remaja, beliau berangkat ke bukit Banyu Pelle untuk melakukan tirakat.

            Saat sampai di bukit Banyu Pelle, Kiai Su’adi mengalami kesulitan air wudu. Kemudian beliau turun menuju sebuah sungai Bernama Aeng Nyono’. Saat sampai di sungai, beliau menancapkan tongkatnya di sungai itu sembari berkata: “wahai air, ikutlah denganku ke atas untuk membantuku dalam uzlahku”. Subhanallah, atas izin-Nya air sungai Aeng Nyono’ itu pun mengikuti tongkat Kiai Su’adi naik ke puncak bukit Banyu Pelle.(MataMaduraNews.Com.chap.7-8)

            Dengan memahami cagar budaya Makam Syekh Abu Syamsuddin Batu Ampar, maka makna ziarah bagi para peziarah adalah menumbuhkan semangat religius; semangat yang dapat memperteguh keimanan, meningkatkan amal ibadah dengan meneladani orang-orang shaleh  dan untuk mengingatkan diri akan kehidupan akhirat.

            Hal-hal yang perlu diketengahkan untuk menyempurnakan aktivitas ziarah oleh para peziarah adalah harus membekali diri dengan ajaran atau pengetahuan keagamaan yang kuat, sehingga tidak terjadi sikap syirik.

            Situs Makam Syekh Abu Syamsuddin ini sebagai salah satu tempat yang sakral dan banyak peziarah lokal maupun luar daerah yang berdatangan mengunjungi. Hal ini salah satu bukti sejarah di bumi Gerbang Salam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

07 Nov
Balas

Terima kasih Pak Dede

08 Nov

waww.... sangat suka sekali pengemasannya detail2 bacaannya sangat runtut sekali Suka bangettt

08 Nov
Balas

Terima kasih Ibu...salam hormat dr junior....wkwk

08 Nov



search

New Post