Banyak dari kita, Apabila projectnya berjalan dengan lancar, maka kita akan membanggakan hasil dari kerja keras kita. apabila Allah memberikan kelebihan/keahlian dibidang ilmu, maka kita akan memuji dan mengagungkan kecerdasan kita. Apabila Allah memberikan kelebihan di bidang harta dan kedudukan, maka kita akan berkata :

  إِنَّمَاۤ  أُوْتِيْتُه عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ

"Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qasas:78)

Apa dampak yang bisa terjadi!?…

اِنْشَغَلْنَا بِالكَرَامَةِ وَنَسِيْنَا الكَرِيْمَ

Kita akan cenderung sibuk dengan kelebihan yang melekat pada diri kita hingga melupakan Sang Pemberi kelebihan/keahlian (Allah)

Imam Abu-l-Azaim berkata didalam Hikmahnya :

إِذَا بَسَطَ الله لَكَ بِسَاطَ الكَرَامَةِ فَابْتَهِلْ إِلَيْهِ وَسَلْهُ السَّلَامَةَ

Apabila Allah memberikan kelebihan (atas berbagai macam hal) kepadamu maka berdo’alah kepada-Nya sebanyak-banyaknya, dan mintalah keselamatan.

Mengapa Imam Abu-l-Azaim menyuruh kita untuk meminta keselamatan, memang keselamatan dari hal apa? Yaitu, keselamatan dari musibah sibuknya diri kita dari kelebihan/ keahlian yang melekat pada diri ini, tapi melupakan Allah yang (menitipkan kelebihan tersebut). Karena hal itu akan membuat kita jauh dari Allah lewat jalur sombong/ ujub.

Ibadah saja bisa menjadi penghalang bagi kita untuk dekat dengan Allah. Kapan itu? Ketika kita mengira bahwasanya salat tahajjud yang kita dirikan, adalah karena kesholehan dan iman yang melekat dihati kita, dll.

Kita tutup tulisan ini dengan satu hal…

Diantara sifat (Arif billah) Orang yang mengenal Allah adalah :

أَنْ يَسْتُرَ شُهُوْدَ وُجُوْدِهِ لِوُجُوْدِ شُهُوْدِهِ

Dia tidak melihat dirinya ada (memiliki daya dan upaya), karena dia menyaksikan dan merasakan Allah (yang memiliki daya dan upaya atas segala hal).