Abu Adan

The Tradition of Quality. TPQ n MADIN Baitur Rohim, Menganti...

Selengkapnya
Navigasi Web
LAKON BAGONG JADI RATU,INSPIRASI PENDIDIKAN MODERN
source: http://rajawalisiber.com/

LAKON BAGONG JADI RATU,INSPIRASI PENDIDIKAN MODERN

Mendung hitam pekat menggelayut di langit Amarta seolah ikut larut atas kesedihan yang menyelimuti istana Amarta yang sedang berduka atas hilangnya Ratu Dupadi. Werkudara dan Arjuna tidak tega melihat prabu Yudistira yang larut dalam kesedihan sehingga tidak fokus mengurus kerajaan yang dibiarkan limbung tak tentu arah. Mereka berinisiatif untuk menemu Pendeta Durna, guru dari Pandawa dan Kurawa, untuk meminta petunjuk. Dalam pesannya, guru Durna meminta Pandawa untuk mengorbankan salah satu Punakawan untuk ditumbalkan sebagai syarat ditemukannya Drupadi. Sebagaimana pesan Pendeta Durna, akhirnya Bagong dipilih sebagai tumbal. Dia dianggap tidak banyak punya peran dan banyak melucu serta bicaranya blak-blakan tanpa tebeng aling-aling.

Berangkatlah Werkudara dan Arjuna ke Karang Kedapel, tempat tinggal Punakawan. Semar, bapak para Punakawan, mengetahui maksud dan tujuan kedatangan 2 kesatria Amarta tersebut, segera menyuruh Bagong untuk segera melarikan diri dan bersembunyi di puncak gunung. Nahas bagi Bagong, Werkudara dan arjuna akhirnya dapat menemukan persembunyiannya. Bagong yang terdesak dan berusaha kabur terpeleset dan jatuh ke dasar jurang. Werkudara dan Arjuna yakin bahwa Bagong pasti telah mati di dasar jurang tersebut dan menjadi sarana kembalinya Drupadi ke Amarta.

Ternyata Bagong selamat karena ditolong oleh Bathara Narada. Dia berpesan pada bagong untuk melakukan perjalanan ke barat sampai dia bertemu Raja Kala Sereng dan membunuhnya. Dibekali kalung Mustika, berangkatlah Bagong ke barat sebagaimana pesan Bathara Narada. Di tengah hutan Bagong bertemu dengan Raja Kala Sereng yang sedang menyekap Drupadi. Terjadilah pertempuran yang sangat sengit sampai akhirnya kesaktian kalung Mustika mampu menundukkan kesaktian Raja Kala Sereng. Bagong berhasil membunuhnya dan mengambil alih tahta dan menjadi raja yang bergelar Prabu Pathakal Baworsari.

Prabu Pathakal (Bagong) berhasrat untuk memperistri Drupadi tapi sebelumnya dia dan patihnya berangkat ke istana Amarta untuk melamar dewi Werkudara dan dewi Arjuna untuk menjadi istrinya. Werkudara dan arjuna tersinggung dan marah atas perlakuan dari Prabu Pathakal yang menghina dan menyamakan mereka dengan perempuan. Terjadilah pertarungan antara Prabu Pathaka dengan Werkudara dan Arjuna. Mereka tidak dapat menandingi kesaktian Prabu Pathaka dengan kalung Mustikanya. Merasa terdesak, mereka melarikan diri dan meminta perlindungan pada Prabu Krisna. Atas petunjuk Prabu Krisna, Werkudara dan Arjuna diminta untuk mengirim Gareng, salah satu Punakawan, untuk menandingi kesaktian saudaranya tersebut. Atas dasar patuh terhadap titah atasannya, tanpa mempertimbangkan bahwa yang dihadapi adalah saudaranya sendiri, akhirnya Gareng berangkat untuk bertarung dengan Prabu Pathaka. Karena yang dihadapi adalah saudaranya sendiri, Prabu Pathakal jadi tidak tegah dan pikirannya kacau, sehingga dalam pertarungan tersebut dapat dikalahkan Gareng dan kembali ke wujud aslinya sebagai Bagong. Ratu Drupadi pun kembali ke istana Amarta. Melihat kembalinya Bagong kedalam wujud aslinya, Werkudara dan Arjuna meminta maaf pada Bagong karena telah tegah mengorbankannya sebagai tumbal demi kembalinya Ratu Drupadi.

Cerita wayang “Bagong Jadi Ratu” diatas banyak mengandung simbol-simbol kehidupan sebagai pesan moral bagi kita. Setidaknya ada tiga pesan yang bisa kita ambil hikmanya untuk dijadikan bahan instripeksi diri.

1. Hilangnya Ratu Drupadi dari istana Amarta

Ratu Drupadi memiliki kedudukan yang istimewa bagi para Pandawa. Hilangnya Ratu Drupadi menyimbolkan bahwa hilangnya keistimewaan, tujuan, visi dan misi, atau keberkahan dari suatu lembaga/institusi pendidikan/sekolah. Sehingga kondisi dan suasana pendidikan menjadi tidak nyaman dan tidak teratur/terarah. Salah satu tanda dicabutnya keberkahan pada suatu lembaga/institusi pendidikan/sekolah adalah mulai hilangnya kenyamanan dalam beraktivitas baik guru maupun siswa, turunnya nilai, semangat dan akhlak siswa, khususnya keikhlasan. Segala akktivitas dan kebijakan berorientasi pada duniawi meskipun tidak jarang dibalut dengan dalil-dalil hukum dan agama.

2. Bagong dijadikan tumbal sebagai sarana kembalinya Ratu Drupadi.

Bagong merupakan salah satu Punakawan yang suka guyon dan bicaranya blak-blakan tetapi dia termasuk pamomong. Dia merupakan simbol pamomong atau penjaga nilai-nilai moral dan spiritual yang berani dalam menyuarakan kritik dan saran seorang pendidik. Dengan dimatikannya dia berarti dimatikannya sumber-sumber kritik dan suara pendidik di arus bawah (grass root).

Tokoh yang diperankan pendheta durna menyimbolkan sesorang yang menerapkan politik balas budi. Sebagaimana dalam cerita pewayangan, sosok pendheta Durna sebagai maha guru dari Pandawa dan Kurawa lebih berpihak pada Kurawa yang sebenarnya dia sendiri tau bahwa Kurawa merupakan perwakilan dari kejahatan. Tapi demi memenuhi permintaan dari anaknya yang dibuat berhutang budi oleh Kurawa atas pengangkatannya sebagai salah satu ksatria di Kurawa. Kadang kalah seorang pendidik, untuk mendapatkan suatu posisi atau jabatan di lembaga/institusi pendidikan/sekolah bahkan rela mengorbankan akal sehat terlebih adanya perasaan hutang budi, sehinnga segala keputusan dan kebijakan yang diambil tidak lagi objektif.

3. Prabu Pathakal melamar Dewi Werkudara dan Dewi Arjuna

Lamaran yang ditujukan Prabu Pathakal pada Werkudara dan Arjuna menyimbolkan bahwa Werkudara dan Arjuna yang dalam pewayangan dianggap sebagai ksatria yang sangat sakti menyimbolkan para pemegang posisi penting di lembaga/institusi pendidikan/sekolah dianggap seperti perempuan karena seolah tidak berani menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan nasib guru dan pegawai di lingkungannya serta membiarkan kesalahan-kesalahan yang ada di sekitarnya. Atau bahkan tidak mengetahui fakta lapangan karena apa yang di peroleh dari bawahannya adalah laporan-laporan yang dimanipulasi sehingga menutupi fakta yang terjadi di lapangan sehingga seolah dia tidak peduli pada bawahan.

Semoga lakon diatas menjadi inspirasi kita, khususnya para pendidik, untuk selalu berhati-hati dalam mengemban amanah sebagai pendidik. semoga Allah menghindarkan kita semua dari hal-hal negative yang disimbolkan dari lakon Bagong Jadi Ratu tersebut. aamin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post