BELAJAR DARI COVID-19
BELAJAR DARI COVID-19
#Tantangan Menulis Gurusiana (H.4)
Oleh: Abu Husen
Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei Tahun 2020 kita peringati dalam keadaan prihatin di tengah merebaknya pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Mei 2020, jumlah penderita positif Covid-19 mencapai 10843 orang, penderita yang berhasil disembuhkan sebanyak 1665 orang dan yang meninggal sebanyak 831 orang. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terjadinya banyak perubahan dalam segala bidang kehidupan bangsa Indonesia termasuk di bidang pendidikan.
Bersamaan dengan merebaknya wabah yang disebabkan oleh infeksi virus Corona tersebut, terjadi perubahan besar di dunia pendidikan Indonesia. Kementerian Pendidikan menerapkan kebijakan yang mewajibkan setiap instansi pendidikan melaksanakan kegiatan Study From Home (SFH) atau Belajar Dari Rumah bagi siswa dan Work From Home (WFH) atau Bekerja Dari Rumah bagi guru. Kebijakan SFH dan WFH ini melahirkan bentuk pembelajaran baru yang berbeda dari kegiatan belajar mengajar (KBM) selama ini. KBM yang selama ini berlangsung melalui kegiatan tatap muka berubah menjadi KBM daring atau Online dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran daring yang dilaksanakan sejak 16 Maret 2020 awalnya banyak menemui kendala baik dari sisi guru maupun dari sisi siswa. KBM daring yang dilaksanakan secara mendadak karena adanya pandemi Covid-19 bertujuan untuk mengurangi kecepatan penyebaran Covid-19 sekaligus melindungi segenap insan pendidikan dari ancaman terjangkit Covid-19. Kelemahan pada awal-awal pelaksanaan KBM daring harus diakui terjadi karena kurang siapnya pihak sekolah dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran daring tersebut. Banyak guru yang awalnya memang belum menguasai teknologi informasi tiba-tiba di hadapkan pada kondisi harus melaksanakan pembelajaran secara online. Mereka kemudian harus meraba-raba dan belajar secara mandiri secepat mungkin untuk dapat melaksanakan pembelajaran online agar kegiatan pembelajaran tetap dapat berlangsung. Sehingga beberapa guru awalnya hanya memberikan tugas untuk dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan menyerahkan hasilnya kepada guru melalui gadget mereka. Kecaman pun mengalir deras dari lembaga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap para guru yang dianggap terlalu membebani siswa dengan banyaknya tugas yang harus dikerjakan anak-anak selama belajar di rumah. KPAI begitu bersemangat mengecam pihak guru tanpa mempedulikan penyebab dari kendala yang terjadi. Mereka tidak peduli pada fakta bahwa Bapak-Ibu guru melaksanakan pembelajaran daring secara mendadak tanpa persiapan yang matang dan bahkan sebagian guru belum menguasai teknologi yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran daring. Namun seiring berjalannya waktu, pihak sekolah dan para guru mulai menemukan formula yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19. Bapak-Ibu guru mulai mempelajari berbagai strategi dan aplikasi digital yang mendukung untuk digunakan dalam pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring kemudian dapat berlangsung dengan baik meskipun tetap ada kendala yang terjadi. Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan kementerian pendidikan bahwa selama pelaksanaan KBM daring, materi yang diberikan tidak harus selalu sesuai dengan muatan kurikulum.
Namun dibalik adanya kekurangan dalam proses pembelajaran daring ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari pelaksanaan pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 khususnya bagi orang tua, guru dan siswa. Antara lain:
1. Bagi Orang Tua
Orang tua kembali menyadari dan melakukan fungsinya sebagai tempat pendidikan atau madrasah pertama bagi anak. Harus diakui bahwa selama ini banyak orang tua yang merasa cukup dengan hanya memberikan nafkah lahir kepada anak-anaknya. Mereka memberikan berbagai fasilitas yang wah kepada anak-anaknya dari mulai uang saku, gadget yang canggih, bahkan kendaraan kepada anak-anaknya. Namun mereka lupa untuk memberikan asupan kasih sayang dan pendidikan moral kepada anak-anaknya yang sebenarnya itu juga merupakan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Mereka memasrahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada pihak sekolah tanpa merasa perlu terlibat dalam pendidikan anak-anaknya, tanpa ingin mengetahui perkembangan anak-anaknya. Dengan adanya program belajar dari rumah, mau tidak mau orang tua ikut mendampingi anak-anaknya dalam proses pembelajaran daring yang dilakukan oleh Bapak-Ibu gurunya. Sekaligus memberikan anaknya nasehat ketika anak terkesan malas untuk mengikuti pembelajaran daring dari gurunya. Orang tua juga dapat lebih menghargai profesi guru setelah mereka terjun langsung ikut mendidik putra-putri mereka selama masa belajar dari rumah.
2. Bagi Guru
Sistem pembelajaran daring memaksa Bapak-Ibu guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam bidang teknologi digital sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran daring dengan baik. Harus diakui bahwa masih banyak guru yang masing gaptek alias gagap teknologi. Banyak guru yang belum menguasai cara melaksanakan pembelajaran daring dan juga cara melakukan penilaian daring. Dengan adanya kebijakan belajar dan bekerja dari rumah ini, guru harus meluangkan waktu dan bersungguh-sungguh mempelajari teknologi informasi sehingga mampu melaksanakan pembelajaran online dengan baik. Pandemi Covid-19 ini menyadarkan guru bahwa mereka harus menjadikan dirinya sebagai insan pembelajar seutuhnya. Guru sebagai ujung tombak pendidikan Indonesia harus selalu belajar dan mengembangkan kompetensinya sepanjang hayat agar dapat melakukan tugas dan fungsinya dalam mendidik dan menyiapkan generasi muda yang tangguh dan siap menerima estafet pembangunan bangsa.
3. Bagi Siswa
Siswa dipaksa untuk mampu belajar dalam berbagai kondisi dan juga mengembangkan kemampuan IT nya agar bisa mengikuti pembelajaran daring dengan baik. Siswa juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sosok guru untuk membimbing mereka dalam proses belajarnya. Banyak siswa mengungkapkan bahwa mereka dapat mempelajari berbagai materi pelajaran tetapi mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan sosok guru untuk membimbing mereka dengan sabar dan kasih sayang.
Tanpa disadari adanya Pandemi Covid-19 mengembalikan makna pendidikan sesuai yang di ajarkan oleh Ki Hadjar Dewantoro bahwa setiap rumah adalah sekolah, setiap jiwa adalah pendidik. Corona mengajarkan kepada kita bahwa kelas tidak sebatas dinding dan ruangan, sekolah tidak sebatas gedung dan halaman. Pandemi Covid-19 mengajarkan kepada kita agar jangan pernah berhenti belajar, karena hidup dan alam tidak pernah berhenti memberikan banyak pelajaran kepada manusia.
Hikmah dari semua ini adalah pendidikan tidak hanya tentang olah pikir, yaitu untuk menguasai materi pelajaran dan mengasah kecerdasan, tetapi juga olah hati dan olah rasa yang membuat manusia mempunyai moral, akhlak, dan nilai-nilai kemanusiaan. Olah hati dan olah rasa ini hanya dapat dicapai dengan sentuhan hati dari seorang guru. Dari Covid-19 kita belajar bahwa kecanggihan teknologi mungkin dapat memudahkan siswa untuk menguasai materi, tetapi teknologi tak pernah bisa menggantikan kehadiran sosok seorang guru. Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Pinggiran Bojonegoro, 2 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat hari Pendidikan Nasional, Barakallah untuk pendidikan kita
Aamiin.. makasih Bu dah berkenan membaca coretan sy ini..