KISAHKU MOOD BOOSTER BAGI SISWAKU
KISAHKU MOOD BOOSTER BAGI SISWAKU
#Tantangan_Menulis_Gurusiana(H.1)
Oleh: Abu Husen
Siang itu, suhu udara di lingkungan sekolah terasa panas sekali. Ingin rasanya aku berlama-lama di ruang guru. Ngobrol dengan beberapa teman guru pada saat jam istirahat sekolah terasa gayeng sekali. Ditemani oleh kipas angin yang membantu memperlancar sirkulasi udara, sehingga udara tidak terlalu terasa panas di dalam ruang guru SMAN 1 Kasiman. Namun aku ingat bahwa aku masih mempunyai jam pelajaran di kelas XI MIPA 2 setelah jam istirahat kedua selesai. Aku segera menuju ke masjid sekolah untuk ikut menunaikan sholat Dhuhur berjamaah dengan para siswaku.
Setelah selesai menunaikan sholat dhuhur berjamaah aku segera kembali ke ruang guru untuk mempersiapkan diri masuk ke kelas XI MIPA 2 pada jam pelajaran ke 7-8. Tepat pukul 12.30 WIB, bel tanda dimulainya jam pelajaran ke 7-8 berbunyi. Aku bergegas menuju kelas XI MIPA 2 yang terletak di ujung barat sekolah kami. Aku khawatir jika tidak segera ke kelas, anak-anak akan menungguku terlalu lama di kelas mereka untuk mengikuti pelajaran Biologi.
Tak butuh waktu lama aku telah sampai di kelas XI MIPA 2. Setelah saling menjawab salam untuk memulai pembelajaran, tiba-tiba Trilis, salah satu siswaku angkat bicara,
“Pak, sebelum pelajaran dimulai, berilah kami sebuah cerita yang dapat memotivasi kami Pak!“ Pintanya.
“Cerita apa Lis? Kenapa kamu meminta saya untuk bercerita?” Jawabku.
“Ya pingin mendengar ceritanya Pak Husen saja Pak.” Jawab Tika, siswaku yang lain. Dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa dengan anak-anak ini? Apakah mereka bosan dengan pelajaranku? Tidak mungkin, mereka anak-anak yang rajin, jawabku dalam hati.
“Apakah yang lain juga ingin mendengarkan sebuah cerita dari saya?” Tanyaku kepada seluruh siswa dalam kelas.
“Ya, betul Pak..! Kami sedang badmood Pak. Kami sedang butuh motivasi Pak. Ceritakan salah satu pengalamannya Pak Husen waktu kuliah dulu Pak. Sehingga bisa memotivasi dan mengembalikan mood kami untuk belajar.” Jawab Andika diiringi oleh sahutan yang kompak dari teman-temannya sambil bertepuk tangan menyemangatiku untuk memberikan mereka satu cerita tentang pengalaman hidupku. Prok.. prok... “Ayo dong Pak, kasih cerita dulu.” Kelas menjadi sedikit riuh dengan suara tepuk tangan mereka.
“Baiklah, saya akan mengisahkan salah satu kisah yang saya alami waktu kuliah dulu ya? Tetapi setelah itu kita tetap melanjutkan pembelajaran lho ya?” Pintaku.
“Baik Pak!” Jawab mereka.
Aku mengalah, rupanya mereka butuh motivator di siang yang panas ini, gumamku dalam hati. Akupun menceritakan tentang salah satu kisah hidup yang kualami dan meminta mereka untuk mengambil hikmah dari kisah tersebut sehingga mereka dapat termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Kurang lebih 30 menit kuhabiskan untuk menceritakan salah satu pengalaman hidupku yang kurasa cocok untuk kuceritakan kepada siswa-siswiku dan bisa membangkitkan motivasi belajar mereka. Mereka mendengarkan dengan antusias dan kadang-kadang bertanya untuk memperjelas kisahku. Setelah selesai dan sesuai kesepakatan, aku lanjutkan KBM yang sempat tertunda hingga jam ke-8 selesai.
Pada saat pembelajaran, terkadang aku memang harus melakukan langkah-langkah tertentu yang dapat mengembalikan motivasi belajar siswa-siswi SMAN 1 Kasiman dengan harapan agar mereka bisa tetap semangat untuk bersekolah. Salah satunya melalui bercerita atau bahkan mendengarkan curahan hati mereka. Sebagai sebuah sekolah yang terletak di pinggiran, kebanyakan siswaku memang anak-anak desa dengan segala keterbatasannya. Misalnya seperti harus tinggal jauh dari orang tua yang sedang bekerja di kota lain karena keadaan ekonomi. Tak sedikit juga, ada siswa yang berasal dari keluarga yang broken home. Banyak dari siswa-siswiku yang berharap agar Bapak-Ibu guru yang mengajar mereka menempatkan diri sebagai orang tua mereka yang mau memberikan perhatian kepada mereka, sosok yang mau berbesar hati mau memberikan support dan inspirasi bagi mereka. Karena bagi mereka, guru dianggap sebagai pengganti figur orang tua yang bisa diajak berdiskusi dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Tak kupungkiri kadang aku juga pernah merasa kecewa dengan perilaku siswa yang kurang sopan, tidak patuh, bandel, suka ramai sendiri dalam kelas, tidak rapi pakaiannya, dan masih banyak lagi problem yang kuhadapi dalam mendidik mereka. Meskipun demikian, aku bisa menerima kondisi tersebut karena itulah kondisi riil anak didikku. Justru dengan keunikan-keunikan itulah yang membuat jiwa pendidikku benar-benar diuji oleh mereka. Sehingga aku berlatih menjadi guru yang baik dalam memperlakukan siswa-siswiku. Aku selalu berusaha bersabar, memberikan motivasi mereka untuk belajar, dan menempatkan diri sebagai orang tua bagi mereka yang selalu mendoakan agar mereka menjadi anak-anak yang selalu bersemangat dan sukses menggapai masa depan mereka.
Pinggiran Bojonegoro, 9 Mei 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar