Abu Husen

Guru Biologi di SMAN 1 Kasiman Bojonegoro sejak tahun 2005. Lulus S-1 dari Jurusan Biologi FMIPA Univeritas Negeri Malang Tahun 2004. Saat ini tinggal di sebuah...

Selengkapnya
Navigasi Web
MASUK SEKOLAH DI TENGAH PANDEMI? SIAPKAH KITA?
Suasana Pagi Hari di suatu Sekolah

MASUK SEKOLAH DI TENGAH PANDEMI? SIAPKAH KITA?

MASUK SEKOLAH DI TENGAH PANDEMI? SIAPKAH KITA?

#Tantangan_Menulis_Gurusiana (H.9)

Oleh Abu Husen

Bersamaan dengan rencana pelaksanaan New Normal yang digagas pemerintah, rencana masuk sekolah kembali juga bergulir. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) secara resmi mengumumkan bahwa tahun ajaran baru tetap akan dimulai 13 Juli 2020 meskipun belum diputuskan bagaimanakah bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut rencana New Normal yang digagas oleh Pemerintah Republik Indonesia, pembukaan sekolah akan dilaksanakan di tahap ketiga New Normal, yaitu mulai tanggal 15 Juni 2020, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Mekanisme, syarat, dan protokol pembukaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah tengah digodok oleh Kemdikbud. Hal tersebut sesuai dengan rencana Kemdikbud bahwa tahun ajaran baru 2020/2021 akan tetap dimulai pada 13 Juli 2020.

Wacana Kemdikbud untuk kembali membuka sekolah ketika masa pandemi Covid-19 belum berakhir menjadi sorotan berbagai pihak. Ada pihak yang setuju dengan rencana tersebut namun tidak sedikit pula yang tidak setuju. Salah satu pihak yang kontra dengan keputusan Kemdikbud yang akan segera membuka kembali KBM di sekolah adalah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDAI menyatakan bahwa pemerintah harus benar-benar mempertimbangkan dari berbagai sudut kepentingan untuk kembali membuka sekolah untuk proses KBM. IDAI mendesak agar pemerintah dan pemangku kepentingan di Indonesia selalu mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan anak dalam memutuskan wacana masuk sekolah kembali.

Berdasarkan data kasus Covid-19 pada anak yang berhasil dihimpun oleh IDAI, diketahui bahwa hingga 18 Mei 2020 jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) anak sebanyak 3.324 anak, 129 anak di antaranya berstatus PDP meninggal. Sebanyak 584 anak sudah terkonfirmasi positif Covid-19, dengan jumlah korban meninggal sebanyak 14 anak. Data tersebut membuktikan bahwa anak-anak juga rentan terkena serangan virus Corona. Data tersebut juga menunjukkan bahwa angka kesakitan dan kematian anak akibat virus Corona cukup tinggi. Berdasarkan data tersebut, IDAI mendesak agar pemerintah menunda wacana masuk sekolah kembali di tengah pandemi Covid-19.

Keinginan pemerintah untuk menerapkan New Normal sesungguhnya mengundang banyak pertanyaan dari berbagai pihak. Atas dasar apa pemerintah percaya diri untuk menerapkan New Normal padahal grafik penderita Covid-19 di Indoneisa masih terus meningkat? WHO selaku otoritas kesehatan dunia mempersyaratkan bahwa penerapan New Normal hanya bagi negara yang angka penambahan penderita Covid-19 sudah menunjukkan grafik menurun. Sedangkan di Indonesia, angka penambahan penderita Covid-19 masih menunjukkan grafik naik. Hal tersebut berarti bahwa masih banyak terjadi penyebaran virus Corona di tengah-tengah masyarakat kita. Meskipun belum terbebas dari Corona, penerapan New Normal masih dapat dipahami jika dilakukan ketika angka penambahan pasien positif Covid-19 menunjukkan grafik menurun. Maka dapat dipahami dengan mudah bahwa penerapan New Normal yang dipaksakan untuk segera diterapkan oleh pemerintah sesungguhnya bermotif ekonomi belaka.

Pelaksanaan New Normal di bidang pendidikan memerlukan persiapan yang matang. Persiapan tersebut meliputi persiapan sarana dan prasarana serta budaya baru yang harus diterapkan ketika pemerintah membuka kembali kelas-kelas sekolah bagi para pelajar. Dalam rangka pelaksanaan New Normal di sekolah, pihak sekolah harus menyediakan fasilitas-fasilitas baru yang memadai demi terjaminnya keselamatan dan kesehatan siswa dalam pelaksanaan New Normal. Misalnya penyediaan watafel-wastafel lengkap dengan sabun dan air mengalir agar anak-anak dapat melakukan cuci tangan setelah melaksanakan berbagai aktifitas. Pihak sekolah juga harus melakukan pengaturan meja kursi dengan memberikan jarak antar siswa ketika berada di dalam kelas. Penerapan budaya dan tradisi baru juga wajib dilakukan misalnya mewajibkan siswa untuk selalu memakai masker dari awal datang ke sekolah hingga pulang sampai di rumah masing-masing. Bapak dan Ibu guru juga harus mewajibkan siswa untuk selalu menjaga jarak dari teman-temannya baik ketika mengikuti KBM maupun pada saat istirahat. Pertanyaannya adalah siapkah lembaga pendidikan kita termasuk di dalamnya Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu guru untuk melaksanakan New Normal dengan segala konsekuensinya tersebut? Penyediaan fasilitas sekolah mungkin bisa diusahakan. Tetapi mampukah Bapak dan Ibu guru mengawasi dan membiasakan anak-anak untuk melaksanakan tradisi dan budaya baru sesuai protokol kesehatan sepanjang hari? Sedangkan Bapak dan Ibu guru juga harus melaksanakan tugas lain yang sesuai denga tupoksinya misalnya membuat RPP, merencakanan penilaian, dan sebagainya. Mungkin Bapak dan Ibu guru bisa melaksanakan pengawasan dan membiasakan penerapan protokol kesehatan oleh siswa ketika di dalam sekolah. Namun bagaimana pelaksanaan protokol kesehatan tersebut pada saat anak-anak berangkat dan pulang sekolah? Bapak dan Ibu guru tentu tidak bisa mengontrol tingkah laku siswa ketika berada di luar pagar sekolah. Kita tidak tahu anak-anak bertemu dan bergaul dengan siapa? Bagaimana mereka berinteraksi dengan sesamanya ketika berangkat dan pulang sekolah? Hal tersebut berarti bahwa anak-anak sangat rentan untuk melanggar protokol kesehatan yang berarti juga sangat rentan untuk terpapar Covid-19 ketika berada di luar pagar sekolah. Tegakah kita?

Menjalankan New Normal di bidang pendidikan mungkin memang harus dilakukan di masa depan. Karena tidak selamanya kita dapat melaksanakan pembelajaran daring dengan baik di tengah segala keterbatasan baik dari sisi guru maupun siswa. Kita juga tidak tahu sampai kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Tetapi memaksakan penerapan New Normal terhadap dunia pendidikan di tengah situasi pandemi Covid-19 yang masih melanda sungguh bukan suatu tindakan yang bijak. Bagaimana mungkin kita tega mengorbankan anak-anak kita dengan mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan mereka demi jalannya kurikulum pendidikan? Menyelamatkan satu jiwa anak manusia jelas lebih penting dibanding apapun, termasuk dibandingkan lancarnya proses pembelajaran. Kita bisa memulai proses pembelajaran kapanpun, bisa lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya. Tetapi kita tidak bisa mencari ganti satu nyawa anak yang terpaksa menjadi korban dari ambisi kita untuk segera membuka sekolah dan kegiatan pembelajaran di tengah masa pandemi.

Bojonegoro, 30 Mei 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mudah-mudahan mampu pak, kalau tidak sayang gedung sekolahku baru dipakai 2 bulan sudah dikosongin lagi, mubazir, semoga korona cepat menyingkir dari bumi Indonesia tanpa bekas salam literasi

31 May
Balas

Aamiin Bu.. semoga Corona sgera enyah dari Indonesia tanpa meninggalkan korban dari anak-anak kita..

31 May

Siswa bakal jadi guru nanti, kalau mereka jadi korban, siapa yang akan meneruskan jejak kita. Perlu pertimbangan yang lebih matang lagi

31 May
Balas

Perlu dipertimbangakan lagi ya Pak....

31 May
Balas

Betul Pak. penerapan New Normal tidak boleh grasa-grusu.

31 May

Betul sekali pak kehilangan satu nyawa tak bisa ada yg menggantikan...srmoga corona 19 cpt berlalu...salam literasi

31 May
Balas

Aamiin.. semoga Corona segera pergi dari Indonesia tanpa ada lagi korban dari anak-anak kita. Salam literasi.

31 May



search

New Post