Abu Husen

Guru Biologi di SMAN 1 Kasiman Bojonegoro sejak tahun 2005. Lulus S-1 dari Jurusan Biologi FMIPA Univeritas Negeri Malang Tahun 2004. Saat ini tinggal di sebuah...

Selengkapnya
Navigasi Web
MOGOKMU UJIAN BAGIKU TantanganGurusiana (hari ke-3) Oleh Abu Husen
Ilustrasi Pelaksanaan Tes CPNS

MOGOKMU UJIAN BAGIKU TantanganGurusiana (hari ke-3) Oleh Abu Husen

“Hai dik, Kita bertemu lagi ya. Gimana kabarnya?” Sapa Bu Yuni padaku yang baru tiba di tempat registrasi. Selama tiga hari ke depan kami akan menjalani masa pembekalan CPNS di Tirta Wana Dander sebagai salah satu persiapan untuk menjadi CPNS baru di bawah Pemkab Bojonegoro.

“Alhamdulillah baik Bu, Bu Yuni juga baik-baik saja kan?” Jawabku.

“Alhamdulillah dik. Sampeyan itu lho beruntung sekali, baru lulus kuliah, sekali tes CPNS langsung diterima. Apa sih rahasianya?”

“Tidak ada rahasianya Bu. Ya sama saja seperti orang lain Bu, belajar dan berdo’a.” “Tapi sampeyan itu beruntung sekali ya, kemarin terlambat lho tesnya, koq ya masih boleh masuk sama pengawasnya.”

“Lha itu panjang ceritanya Bu. Alhamdulillah, kan tidak ada aturan kalau terlambat tidak boleh mengerjakan soal, kan tetap boleh mengerjakan, cuma tidak mendapatkan tambahan waktu.”

Sungguh aku bersyukur sekali kepada Allah SWT diterima menjadi CPNS Pemkab Bojonegoro hasil seleksi tahun 2004. Kalau menurut orang lain, aku mungkin memang beruntung, tapi sungguh aku tidak menyukai kata-kata “beruntung” tersebut, karena itu seperti meniadakan usahaku, menafikan perjuanganku, dan doa-doaku serta doa orang tuaku.

Aku mendaftar tes CPNS Pemkab Bojonegoro pada pendaftaran Oktober 2004. Saat itu aku sebenarnya sudah bersiap mendaftar untuk ikut tes CPNS menjadi guru di bawah naungan Departemen Agama Bojonegoro yang waktu tesnya hampir bersamaan. Namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku malah mendaftar seleksi CPNS Pemkab Bojonegoro.

Kemudian aku mempersiapkan diri dengan belajar siang-malam, berusaha menghafal dan memahami materi tes CPNS, mengerjakan latihan soal, tirakat, dan berdoa kepada Allah SWT agar aku bisa diterima menjadi CPNS Pemkab Bojonegoro. Tak lupa aku meminta doa restu kedua orang tua agar terwujud keinginanku tersebut.

Hingga tibalah malam hari menjelang tes. Kami sekeluarga hanya punya satu sepeda motor, yang sehari-hari dipakai oleh kakak perempuanku pergi bekerja mengabdi di SMPN 3 Sumberrejo.

“Mbak Tutik, besok aku tes CPNS, motornya aku bawa ya?” Tanyaku pada kakakku.

“Lho, kamu tesnya besok?, kok tidak bilang-bilang?” Jawab kakakku.

“Lho aku pikir mbak sudah tahu, kan kemarin mbak lihat-lihat pengumuman formasi CPNS yang aku bawa.”

“Lha mbak kan cuma baca-baca saja, kan tidak ada formasi guru agama di Pemkab, kok kamu tidak bilang kalau tesnya besok.”

“Terus gimana mbak? Sepeda motornya kan cuma satu?”

Kemudian mbak Tutik sms temannya. Beberapa saat kemudian mbak mengizinkan aku bawa motornya karena dia akan berangkat bersama teman yang sama-sama mengajar di SMPN 3 Sumberrejo.

“Oke, kamu boleh bawa motornya. Tetapi sepeda motor itu sebenarnya dah waktunya servis. cuma aku belum sempat menyerviskan.”

Entah kenapa hatiku tiba-tiba menjadi tidak enak.

“Lha emang kenapa mbak kalau belum diservis, selama ini baik-baik saja kan? Tidak ada masalah kan sepedanya? Tidak pernah mogok?”

“Ya semoga baik-baik saja, kemarin sempat mogok, tidak bisa benerin aku, untung mbak ketemu sama temennya mbak yang mengerti motor, diotak atik kemudian dah bisa jalan lagi”.

Perasaanku menjadi benar-benar tidak enak saat itu, namun aku berharap semoga tesku besok lancar dan sepeda motornya tidak rewel serta lancar kukendarai hingga pulang.

Kurencanakan besok aku akan berangkat pukul 05.30 dari rumahku di desa Sidorejo kec. Kedungadem. Tes akan dimulai pukul 07.30 namun peserta harus tiba 30 menit sebelumnya. Jadi kuperkirakan punya cukup waktu perjalanan untuk menuju ke Bojonegoro. Jarak rumahku hingga tempat tes CPNS di SMPN 6 Bojonegoro ± 40 Km. Cukuplah waktu 60 menit dalam perjalanan dan aku masih punya waktu untuk menenangkan hati yang sudah terasa dag dig dug, melihat lokasi tes, dan mengikuti pengarahan sebelum mengerjakan soal-soal tes.

Keesokan harinya, akupun berangkat tepat pukul 05.30, awalnya semua terasa lancar. Aku mengendarai sepeda motor dengan tenang karena merasa punya waktu yang cukup. Tiba-tiba sesampainya di desa Karang dinoyo, motorku mengalami gangguan, tersendat-sendat, dan kemudian benar-benar mogok. Aku turun, kemudian kulihat tangki bahan bakar, masih cukup sampai ke Bojonegoro. Aku mulai Panik, aku tidak mengerti tentang tetek bengek mesin kendaraan. Aku jarang mengendarai sepeda motor, karena kami hanya punya satu motor dan itu sudah dipakai oleh mbak Tutik. Bahkan aku baru punya SIM beberapa hari yang lalu. Kemudian aku terdiam beberapa saat, sambil berharap dalam hati, semoga ada seseorang yang mau menolong. Beberapa saat kemudian ada seorang menghentikan motornya, beliau menawarkan bantuan. Beliau melihat karburator sepedaku. Kemudian di gosoknya beberapa kali dengan amplas yang dia bawa. Di pasang kembali, kemudian Beliau nyalakan motorku, Alhamdulillah motorku menyala. “Karburatornya perlu diganti, dah lama sekali ini, sudah tidak berfungsi. Dan motornya perlu di servis, kelistrikan motor sampeyan sudah tidak normal.”

“Inggih Pak, terima kasih sudah membantu, tapi ini bisa jalan kan Pak?”

“Bisa, tapi saya tidak menjamin bisa jauh. Sampeyan mau kemana?”

“Bojonegoro Pak, mau tes CPNS.” “Tidak bisa dik kayaknya kalau sampai Bojonegoro, masih 30Km.”

Deg! Hatiku bergetar hebat. Pikiranku kalut, aku membayangkan hal yang buruk akan terjadi, tapi ku coba berpikir positif. “Terus gimana Pak?”

“Coba saja sampeyan kendarai, semoga bisa lancar sampai Pohwates. Saran saya, nanti sampeyan naik bus dari Pohwates ke Bojonegoro. Karena motornya sudah tidak normal. Takutnya nanti mogok lagi.”

Inggih Pak, terima kasih.”

Kamipun berpisah, Akupun mengendarai sepeda motorku menuju Pohwates. Namun tidak berapa lama, sepeda motorku kembali ngadat. Aku mulai panik. Kucoba menstarter motorku. Tidak mau hidup. Kucoba beberapa kali lagi. Tetap tak mau hidup. Aku kemudian membuka karburator seperti yang penolongku tadi lakukan. Aku gosok-gosok menggunakan amplas yang diberikan bapak penolong tadi. Ku pasang kembali, tidak berpengaruh apa-apa. Aku benar-benar panik. Pohwates masih 3 km lagi. Apa yang harus kulakukan. Aku mengotak-atik motor hingga beberapa lama padahal aku tidak tahu apakah akan berhasil menyalakan motor atau tidak. Kulihat jam tangan waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 menit. Seharusnya aku sudah sampai di SMPN 6 Bojonegoro. Tapi ini sampai Pohwates pun belum. Banyak orang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Tapi aku tidak mengenalpun seorang di antara mereka. Ada 1-2 orang diantara mereka yang berhenti ingin menolongku, namun mereka juga tidak bisa menolong karena yang rusak dari motorku adalah kelistrikannya. Aku kemudian berpikir, apakah aku kembali pulang dan ikut tes CPNS lagi tahun depan atau aku nekat ke Bojonegoro. Namun kutepis pikiranku tersebut. Aku tidak boleh menyerah. Nanti aku naik bus saja ke Bojonegoro.

Aku menuntun motorku berharap menemukan bengkel terdekat. Namun tidak ada bengkel yang buka karena memang masih belum ada jam 7 dan Jalan raya Kedungadem-Pohwates bukanlah jalan ramai sehingga tidak terlalu banyak terdapat bengkel. Aku terus menuntun motorku menuju ke arah Pohwates. Waktu terus bergerak dan aku terus berjalan, kulihat jam tanganku menunjukkan waktu pukul 07.00. Akhirnya aku menemukan bengkel setelah hampir 1 Km berjalan. Aku bertemu dengan seorang pemuda yang sedang menyapu halaman bengkel tersebut.

“Assalamualaikum, mas tolong, saya mau nyerviskan motor?” Ucapku meminta tolong.

“Waalaikum salam. Maaf mas, bengkelnya hari ini tidak buka mas. Coba sampeyan ke bengkel dekat rel kereta api sana mas.” Jawab pemuda tersebut.

“Maaf mas, kalau begitu bolehkah saya minta tolong? Bisakah saya titip sepeda motor saya di sini, kemudian tolong antar saya ke Pohwates agar saya bisa naik Bus ke Bojonegoro. Saya mau ikut tes CPNS di SMPN 6 Bojonegoro hari ini.”

“Oh mau tes CPNS, Lha ini sudah jam 07.05. Nanti sampeyan terlambat.”

“Tidak apa-apa mas, saya tetap mau coba ikut tes. Tolong ya mas, titip sepeda motor saya disini, nanti siang saya serviskan ke bengkel yang buka. Tapi sekarang saya minta tolong diantarkan ke Pohwates?”

“Terus sampeyan mau naik apa ke Bojonegoro? Kalau naik Bus sampeyan terlambat lama nanti, belum ke SMPN 6 nya.” “Saya naik bus ke Bojonegoro, kemudian nanti saya ngojek mas dari Terminal ke SMPN 6.” “Ya sudah, saya tolong, sepeda motornya sampeyan taruh sini, saya antar ke Pohwates, semoga sampeyan masih bisa ikut tes CPNS.” Iya mas, terima kasih.”

Kemudian aku diantarkan oleh pemuda tersebut ke Pohwates.

Sampai di Pohwates pukul 07.15. Aku berubah pikiran, jika aku tetap naik bus, aku akan terlambat. Kemudian aku mencari Tukang Ojeg yang mangkal di daerah Pohwates.

“Pak, saya minta tolong, saya mau ikut tes CPNS di SMPN 6 Bojonegoro. Tolong antar saya ke Bojonegoro, nanti saya bayar 2x lipat dari tarif normal, tapi tolong naiknya agak cepat.” Pintaku setengah memaksa.

“Iya mas, tapi jangan cepat-cepat ya. Pokoknya saya antar dan sampai tujuan dengan selamat.” Jawab Tukang Ojeg tersebut. Kemudian aku diantarkan oleh Tukang Ojeg tersebut menuju ke Bojonegoro. Sepanjang perjalanan aku meminta agar Tukang Ojeg tersebut memacu kendaraannya lebih cepat agar aku tidak terlambat terlalu lama. Namun beliau meminta aku bersabar dan selalu mengingatkan bahwa keselamatan dan keamanan berkendara tetap yang utama. Hingga sampailah kami di SMPN 6 pukul 07.45. Aku terlambat 15 menit dari waktu mengerjakan soal. Aku bersyukur sekali diperbolehkan masuk oleh pengawas ruang dan bahkan disemangati untuk mengerjakan soal dengan tenang.

Alhamdulillah, tepat pada tanggal 27 Desember 2004, namaku tercantum sebagai peringkat 1 peserta tes CPNS Pemkab Bojonegoro yang diterima untuk mengisi formasi guru Biologi SMA. Tentu saja bukan keberuntungan yang membuatku diterima menjadi CPNS, tetapi ada banyak usaha, perjuangan, dan ribuan doa di situ. Belajar siang-malam dan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk menguasai materi tes CPNS. Tak lupa meminta restu kedua orang tua, melakukan tirakat, berdoa, dan meminta pertolongan kepada Allah. Termasuk menjawab keraguan hati ketika menemui kendala serius di tengah perjalanan pada hari H. Jika saja aku menuruti rasa pesimisku untuk kembali pulang pada saat motorku mogok di desa Karangdinoyo, tentu semua ini tidak akan terjadi, dan aku tidak akan diterima sebagai CPNS hasil tes 2004. Aku takkan pernah melupakan jasa mas Budi pemilik bengkel yang kutitipi motor dan mau mengantarkanku ke Pohwates, dan juga bapak tukang ojeg yang lupa tidak ku ajak berkenalan.

Alhamdulillah, sekarang aku memahami bahwa semua kejadian itu adalah ujian dari Allah terhadap seberapa besar tekadku untuk mengikuti tes CPNS. Ketika aku menjawabnya dengan keteguhan hatiku untuk tetap mengikuti tes CPNS, Allah memberikan hasil yang manis. Sekarang di sinilah aku, di Tirta Wana Dander bersiap untuk menerima SK CPNS. Dan Senin depan aku siap mulai bekerja untuk ikut mempersiapkan generasi muda Indonesia menuju masa depan yang gemilang.

Pinggiran Bojonegoro, 2 Pebruari 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post