JEJAK MENJELANG FAJAR
Pada suatu pagi yang gelap, alarm di smartphone berdering menunjukkan Pukul 02.30. Aku bangun menuju kamar anak-anak dan sang istri sudah bangun lebih awal. Dia sibuk di dapur menyiapkan masakan. Satu per satu kamar anak aku buka, semua masih terlelap. Mengambil bukunya yang masih dipegang, karena membaca sampai tertidur. Aku mengusap kepalanya satu per satu sambil berdoa semoga menjadi anak yang sholih-sholikhah. Aku menyalakan kompor, memasak air, mencuci dengan mesin cuci, mengambil air wudlu untuk bersujud kepada-Nya.
Alarm di smartphone berdering kembali, tidak henti-hentinya sampai menunjukkan pukul 03.30. Kemudian Maks anak pertama Aku bangunkan, Adam anak kedua bangun setelah Aku ketuk-ketuk pintu kamarnya, Dopal anak ketiga yang paling susah bangunnya harus ditarik-tarik selimutnya biar bangun. Pada saat masuk ke kamar anak yang keempat dan kelima yang masih duduk di SD kelas IV dan III masih tidur pulas di dalam buaian mimpi. Karena masih terlalu pagi aku biarkan dan membetulkan selimutnya yang berantakan.. Sementara catatan barang-barang yang harus dibeli ke pasar sudah disiapkan istri untuk dagangan pagi ini, Suara motor yang Aku membahana saat motor dinyalakan. Seluruh penghuni rumah terbangun, hingga terdengar sayup-sayup menandakan sang ayah akan berangkat ke pasar .
Berjalan menenteng tas belanja dan membawa catatan, menyusuri jalan kampung yang mesih sepi. Masuk ke pasar menyapa para pedagang, seperti biasa ibu-ibu penjual sayur menyapa : “ biasa bos ?” Aku menjawab dengan memberi catatan kepadanya sambil senyum. Sambil berjalan dengan cepat Aku hampiri beberapa penjual. Sambil menenteng sayur, ikan, daging ayam, tempe, tahu dan macam-macam bumbu dapur menyusuri lorong-lorong pasar. Semua barang dagangan sudah digantungkan dikendaraan hingga penuh.
Pulang ke rumah menyusuri jalan kampung yang masih sepi. Tidak sadar laju kendaraan semakin cepat. Pada saat melewati jalan yang agak gelap dan BLAAR ! Ada polisi tidur terlindas, keseimbanganku hampir hilang. Aku berhenti sejenak, meperhatikan ada sesuatu yang jatuh di bagian depan. Satu persatu barang dagangan aku raba . ternyata ada plastik menggantung yang telah kosong Karena bagian bawahnya sudah jebol. Dua kilogram kentang ukuran sedang jatuh tercerai berai karena guncangan yang mendadak, plastiknya sobek dan jatuh menyebar di pagi yang gelap. Aku ber gumam, “polisi tidur kok ya masih nggangu juga,hmmm”. Akhirnya kendaraan yang sarat dengan muatan disandarkan.
Satu per satu butir kentang dipunguti dan dimasukkan ke plastic baru. Pagi hari yang masih gelap memaksaku harus memperhatikan butiran-butiran yang bertebaran di jalan. Tinggal satu butir yang belum terambil. Pada saat memungut selanjutnya ada hal yang dirasakan Aku berbeda. “ Biasanya bulat keras, kok kentang ini agak lembek” gumamnya. Setelah dicoba ditekan-tekan akhirnya sadar kalo yang dipegang bukanlah sebutir kentang. Kemudian tangan kudiendus-endus. “ kampret, tai anjing!” Sambil mengambil kertas catatan belanja, tanganku diusap-usapkan karena tidak ada air.
Tiba di rumah, klakson kendaraan dibunyikan empat kali yang panjang seperti bel sekolah. Anak-anak berlarian mengambil dan menurunkan barang-barang sambil Aku hitung dalam hati satu per satu siapa saja yang sudah bangun, kemudian anak-anak membawa barang-barang ke istri yang ada di dapur. Aku lari ke belakang, semua kamar mandi masih dipakai. Mencari kran air kemudian membasuh tangan kananku tujuh kali dengan dengan air diberi sabun. Maks bertanya : “Ada apa abah ?” Kamudian aku gosok-gosokan tanganku di tanah, setelah itu dicuci dengan air kembali. Anak-anak semakin heran, Si Adam juga Tanya : Ada apa Abah?” Aku jawab :”Mandi dan sarapan dulu, siapa yang belum bangun dan sholat subuh, adam ?”. Adam menjawab :”dopal, Abah.”
Aku berjalan ke kamar dopal sambil membaya segayung air. Ia melihatku walaupun masih memicingkan mata. Kontan saja Si Dopal bangun bergegas lari ke kamar mandi dari pada dibasuh mukanya di tempat tidur. Setiap pulang dari pasar kejar-kejaran untuk sekedar biasa bangun pagi dan sholat shubuh tepat waktu.
Setelah mereka mandi dan sarapan, Maks bertanya lagi :” Ada apa Bah, kok dari tadi senyum-senyum”. Kemudian aku ceritakan kejadian pulang dari belanja di pasar sampai dapat “hadiah” yang harum baunya. Semuanya tertawa, bahkan istri yang didapur mencuri dengar sampai tertawa dan terbatuk-batuk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pembiasaan yang bagus. Berat di awal tetapi hasilnya luar biasa
Menakjubkan, Pak. Kerjasama yang luar biasa. Salam.
Luarr biasa, pak....inspiratif...ini baru contoh pendidikan keluarga yg baik
جزاكم الله abah, mudah mudahan ke depan lebih baik lagi