achmadi

Penulis Adalah Guru SMK swasta di surakarta. Mengikuti diklat sagusabu di surakarta bulan juli 2017...

Selengkapnya
Navigasi Web
Si “Oemar Bakri” ke pasar Lagi

Si “Oemar Bakri” ke pasar Lagi

Pagi-pagi buta sehabis sholat shubuh, Oemar bakri menenteng tas warna hijau sambil menutun kendaraan keluar rumah. Tidak ke sekolah yang dituju, namun agenda pertamanya ke pasar terlebih dahulu. Setiap hari Ia jalani pergi ke pasar membelanjakan berbagai bahan sayur dan lauk untuk keperluan warung usaha istrinya. Bulan November cuaca yang sering mendung, tidak jarang sejak pagi sudah gerimis. Padi hari itu bekas hujan semalam belum kering. Jalan yang becek dan lumpur yang berada di kanan kiri bahu jalan menandakan semalam air meluap sampai ke jalan.

Sambil menenteng tas kerjanya oemar bakri menyusuri jalan dengan motor tuanya. Oemar bakri memiliki dua tas kerja, untuk pagi hari tas anyaman plastik berwarna hijau untuk dinas belanja ke pasar. Sedangkan tas yang satu , tas ransel coklat yang sudah bertahun-tahun lamanya menemani tugas utama sebagai pengajar. Lelah letih yang masih tersisa tidak menyurutkan Ia membantu Istri yang akan membuka warung untuk jualan seharian.

“sudah menjadi resiko” katanya dalam hati. Oemar Bakri yang memiliki tujuh anggota keluarga harus bangun pagi-pagi, sebelum Ia lanjutkan tugasnya di bangku sekolah untuk mengajar. Setelah sampai di pasar Ia buka selembar kertas yang sudah kucel, kertas yang berisi daftar barang-barang yang harus dibeli pagi itu. Sebelum tidur Istri oemar bakri selalu menulis daftar barang-barang yang akan dibelanjakan Oemar Bakri.

Pagi itu Ia belanja ke pedagang langganannya, “cabe kritingnya sekilo, bawang sekilo, brambang sekilo, Bayam tiga,kangkung empat, kacang satu ikat,” katanya. Sambil memberikan tas karung plastik ke pedagang sayur,Oemar Bakri melanjutkan langkah ke pedagang ayam potong. “ Dada satu kilo dibelah seperti biasa” katanya, sambil memberikan uang pecahan duapuluh delapan ribu kepada pedagang ayam. Pada saat Ia meninggalkan pedagang ayam tadi, Oemar bakri di panggil kembali. “Pak, uangnya kurang seribu,” kata pedagang ayam. Hari ini harganya naik seribu, padahal tiga hari sebelumnya sudah naik dua ribu.

Kenaikan harga sayuran menjelang hari Natal sudah mulai terasa. Dapat dikatakan tiap hari harga barang naik, namun kalau harga turun tidak secepat saat naiknya. Kemudian Oemar Bakri membelanjakan tahu dan tempe ke pedagang langganannya. Tahu dan tempe harganya tidak pernah naik. Akan tetapi kalau bahan baku kedelai harganya naik, bukan harga tahu dan tempenya yang naik. Untuk menjaga kestabilan langganan para pedagang tahu tempe sering mengurangi ukuran tahu dan tempe. Akan tetapi apabila menghendaki ukuran yang sudah sering dibeli memang harganya agak naik. Itulah triknya pedagang tahu dan tempe.

Sudah tiga pedagang yang Ia hampiri,, tingggal pedagang sayur yang Ia hampiri sekaligus membayar sayur yang telah Ia pesen sebelumnya. “Semuanya tujuhpuluh ribu pak” kata pedagang sayur. “lho, kemarin belanjanya sama kok sekarang harganyabeda ?” Tanya Oemar Bakri. Pedagang sayur menyampaikan kalau hari ini harga cabe keriting per kilo menjadi tigapuluh enam ribu, dibandingkan dengan hari kemarin naik dua ribu. Sambil menghela nafas Ia memunguti bungkusan sayur yang sudah diplastik untuk dimasukkan ke dalam tas hijau, tas dinas ke pasar kesukaanya.

Sambil menghitung sisa-sisa uang pecahan ribuan, ia berjalan menyusuri lorong-lorong di pasar, menuju tempat parkir kendaraan. Berharap ada sisa receh untuk membayar jasa parkir dan ditabungkan di rekening sekolah anak-anaknya. Satu tas karung plastik yang dipenuhi sayur menggelantung di pundak kirinya. Tangan kanannya memegang tas belanja hijau dan tangan kirinya menenteng satu plastik tahu agar tidak remuk bila dicampur dengan barang yang lain. Badannya doyong ke kanan menyeimbangkan belanjaan yang cukup berat agar tidak jatuh. Ia berjalan keluar pasar diantara Ibu-ibu yang baru dating untuk belanja.

Sebelum mengendarai motor untuk pulang, Oemar bakri sempatkan beli beberapa buah jajan pasar untuk ketujuh anaknya yang sedang sibuk menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Tiba di rumah, lelah letih sehabis belanja dari pasar, sudah sirna. Anak-anak Oemar Bakri berebut membantu mengangkatkan belanja dari kendaraannya. Mereka bersemangat karena ada jajan pasar yang akan dibagikan sebelum ia sarapan. Itulah “Si Oemar bakri” di pagi hari.

Warung Ummi Surakarta, 24 November 2017

Sumber gambar : Surakarta. go.id

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post