Achmad Junaidi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAHAGIA!

BAHAGIA!

BAHAGIA !

Oleh Achmad Junaidi Alfaruqi Almadury

“Ketika kita berada di padang terik sahara lagi panas dan nyatanya kita kehabisan air minum. Sungguh dirasa sangat haus mencekit, tenggorokan seakan hangus dan tubuhpun sempoyongan. Nah di saat yang bersamaan, kita bertemu dengan seseorang , kemudian Ia pun berucap bahwa Ia baru saja dari oase dan dengan sunyum Ia menunjukkan jalan menuju arah oase itu, saat ini kita senang, senang dengan berita itu. Tanpa berpikir panjang, kita segera menuju arah jalan itu berlari sekuat tenaga (sempoyongan itupun seketika hilang). Sesampai di tempat yang dituju, dan ternyata memang bertemu dengan oase itu. Nah dengan spontan kita berujar: horeee!, akhirnya oase ini ditemukan, Alhamdulillah. Nah saat inilah kita bergembira. Lalu, ketika kita menciduk air jernihnya, dan kita berendam menyegarkan tubuhmu di tepiannya, saat itu kita bahagia. Tak ada lagi bahasa yang meluap-luap. Yang ada hanya bahwa kita tenggelam dalam samudra kebahagiaan. Kata, kalimat, status, bahasa sudah tak mampu lagi menjelaskannya. Antara kamu dan kebahagiaan sudah identik, satu dan sama. Kamu adalah bahagia dan bahagia adalah dirimu. Itu namanya bahagia”

Seorang rakyat jelata akan sangat bahagia kalau ia dapat berkenalan dengan Sang Bupati atau Sang Gubernur. Kebahagiaan itu naik berlipat ganda kalau ia dapat berkenalan pula dengan Presiden. Tentu saja berkenalan dengan Allah SWT merupakan puncak dari segala macam kebahagiaan, lebih dari apa yang dapat dikira-kirakan oleh manusia. Tidak ada makhluk di dunia ini yang lebih mulia untuk ditaati dari Allah SWT. Tidak ada makrifat dan ketaatan yang lebih nikmat daripada ma’rifatullah dan tho’atillah. Inilah hakikat bahagia.

Asal dari segala kebahagiaan adalah ketaatan kepada Allah SWT dan asal dari kesedihan dan kegelapan adalah kemaksiatan kepada Allah SWT. Ketaatan ini yang menjadi sebab bagi diraihnya cahaya hati dan tersingkapnya rahasia. Allah SWT berfirman “ Katakanlah, dengan fadilah dan rahmatNya maka dengannya hendaklah mereka berbahagia. Dia lebih baik dari segala yang mereka kumpulkan (Yunus: 58).

Kebahagiaan manusia dengan ketatannya terbagi dalam tiga golongan:

1. Golongan Ibadatuhum lillah, yakni kebahagiaan yang diraih setelah mereka memperoleh nikmat atau karunia yang memang diharapkan (diupayakan) dan terhindar dari azabNya yang pedih. Mereka menemukan upaya dirinya telah berhasil diraih untuk dirinya yang tidak lepas dari daya, upaya, serta kekuatan meraka. Mereka ini tergolong kepada hambaNya “ Iyyaka Nakbudu”, yakni hamba mempersembahkan ibadahnya hanya kepada Allah SWT.

2. Golongan Ibadatuhum Billah Wabiqodrillah, yakni kebahagiaan yang diraih karena pertolongan ridlo dan qobul Allah SWT dan demgan sebab dekat dan nyambung dengan Allah SWT. Mereka inilah yang telah mendapat anugerah hidayah dari Almulkul Karim (Diraja Yang Mulya). Mereka tidak menemukan suatu upaya dari dirinya atau meninggal upaya dari dirinya, tiada daya dan tiada upaya melaikan dengan kodrat Allah SWT. Mereka ini tergolong kepada hambanya “ Iyyaka nasta’in”, yakni hanya kepadaNya mereka minta tolong.

3. Golongan Alwashilun Al’arifun, yakni kebahagiaan dengan Allah SWT bukan dengan yang lain selain Allah SWT. Kebahagian telah sirna dari dirinya dan abadi dengan Allah SWT. Kalaupun tampak ketatan semata anugrah Allah SWT. Tak sedikitpun berkurang kebahagiaan walau terjadi kebaikan, dan tidak bertambah walaupun tampak ketaatan, karena mereka dengan Allah SWT (Billah) dan untuk Allah SWT (Lillah). Merekalah dari kelompok Lahaula Wala Quwwata Illa Billah.

Dengan demikian, jika ketaatan dan kebajikan itu dirasakan timbul dan muncul dari kalian maka janganlah berbahagia, karena disaat ini kalian menyekutukan Allah SWT. Allah SWT kaya, tidak butuh kalian, tidak butuh ketatan kalian, tidak butuh kepada sesuatu yang kalian butuhkan selainNya. Allah SWT berfirman: Barang siapa berupaya dengan sungguh-sungguh maka sesungguhnya mereka berupaya dengan sungguh-sungguh untuk dirinya. Dan sesungguhnya Allah SWT pasti kaya (tidah butuh) dari alam semesta. Nabi SAW bersabda dari hikayah Allah SWT: wahai hambaku, sesungguhnya jika sekiranya mulai dari generasi awal sampai akhir baik golongan jin dan manusia, mereka merupakan para hambaku yang paling takwa maka sedikitpun takkan menambah kerajaaan dan kekuasaanku.

Berbahagialah, sekiranya ketatan dan kebajikan itu merupakan hidayah dan taufik dari Allah SWT kepada kalian, hal ini pertanda merupakan kehormatan (karomah), fadilah, dan kebaikan dari Allah SWT. Inilah kebahgiaan yang meupakan anugerah (fadhol) dan rahmat Allah SWT. Inilah makna firman Allah SWT “ Katakanlah, dengan fadilah dan rahmatNya maka dengannya hendaklan mereka berbahagia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bu Qomariah, semoga bahagia hr ini.

17 Mar
Balas



search

New Post