Achmad Junaidi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
5 TIPS SUKSES UJIAN NASIONAL

5 TIPS SUKSES UJIAN NASIONAL

MEMETIK HIKMAH DIBALIK UJIAN NASIONAL

Oleh:

Achmad Junaidi Alfaruqi Almadury

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia menyangka dibiarkan begitu saja berkata “Kami beriman” dan mereka tidak akan diuji (difitnah)? (QS: Al-Ankabut – 2)”

Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran (assessment) capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan. Produk dari Ujian Nasional adalah nilai yang dilaporkan dalam rentang nilai 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus), dengan tingkat pencapaian kompetensi lulusan dalam kategori sebagai berikut:

a. sangat baik, jika nilai UN lebih besar dari 85 (delapan puluh lima) dan lebih kecil dari atau sama dengan 100 (seratus);

b. baik, jika nilai lebih besar dari 70 (tujuh puluh) dan lebih kecil dari atau sama dengan 85 (delapan puluh lima);

c. cukup, jika nilai lebih besar dari 55 (lima puluh lima) dan lebih kecil dari atau sama dengan 70 (tujuh puluh); dan

d. kurang, jika nilai lebih kecil dari atau sama dengan 55 (lima puluh lima).

Dalam penilaian konvensional, penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) lebih mendominasi dari pada penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Oleh karena itu Ujian Nasional dalam konteks penilaian tidak boleh hanya mengukur hasil belajar, namun yang lebih penting bagaimana ia mampu mentransformasi menjadi penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning) sehingga mampu meningkatkan kompetensi peserta didik yang “adaptif dan solutif” dalam segala kondisi dan situasi sesuai tantangan yang dihadapinya.

Ada persepsi yang kurang tepat bagi kebanyakan orang tentang ujian, mereka beranggapan bahwa ujian merupakan potret diri terhadap proses belajar (yang telah ditempuh), akibatnya mereka terlibat dalam pelatihan dan bimbingan keterampilan pemecahan soal agar diperoleh nilai atau skor yang optimal (lulus). Padahal tidak sedikit soal-soal yang diujikan masih terjebak pada konsep-konsep teoritis dan masih jarang menghadirkan persoalan hidup keseharian (ujian hidup) yang mampu yang dipecahkan (dengan menggunakan teori yang ada) atau bahkan bagaimana menghadirkan suatu teori (new teory) dari permasalahan hidup keseharian (ujian hidup). Sudah saatnya instrumen suatu ujian menyajikan problimatika dan persoalan kehidupan yang mampu dipecahkan dan dilatihkan kepada pelaku ujian tentang bagaimana pemecahan kehidupan yang membutuhkan kecermatan, kesabaran, keuletan, kegigihan, kesabaran, kejujuran, dan kematangan (kecerdasan hidup). Sangat diharapkan kedepan harus hadir “Ujian Adaptif dan Solutif “ terhadap problimatika kehidupan. Ujian adaptif dan solutif tidak harus “HOTS” karena ada kalanya yang “HOTS” kurang adaptif dan belum solutif terhadap ujian kehidupan.

Bagi kebanyakan peserta didik (atau kenyakan orang) ujian, entah apapaun nama sebuah ujian kehadirannya tidak dikehendaki dan tidak disukai, dan bahkan ditolak. Keberadaannya merupakan momok yang menakutkan dan misterius. Kegiatan Istiqhosah (doa bersama) di suatu sekolah membuktkan bahwa ujian adalah sesuatu yang mistis. Untuk menghadapi ujian, mereka harus belajar keras, dan jika “tidak ujian” mereka bebas dan tidak perlu belajar karena “belajar untuk ujian”. Jika paradigma ini dipakai, maka manusia “takut ujian” karena ujian menakutkan. Takut ujian berarti takut untuk memperbaiki, mengembangkan diri, meningkatkan kompetensi diri, dan pada akhirnya melahirkan mental kalah. Inilah paradigma “belajar untuk ujian” (assessment of learning) yang secara pelan tapi pasti harus ditinggalkan.

Padahal semestinya ujian dihadapi dengan bahagia (happy) dan senang (Funny), karena ujian merupakan keniscayaan. Ujian adalah kehidupan. Kehidupan terus dimamis sejalan dengan perubahan dan perkembangan jaman. Ujian mempunyai peran ganda, yakni sebagai media belajar dan sebagai media pembelajaran. Ujian sebagai media belajar mengharuskan manusia terus-menerus (tanpa henti) mempelajari fonomena dan kecendrungan. Kehidupan dengan segala persoalan dan hiruk-pikuknya harus dipecahkan dan harus ditemukan formula pemecahannya (teori) untuk memprediksi serta mengantsipasi. Sedangkan ujian sebagai pembelajaran mengharuskan manusia untuk mereview, mengevaluasi, dan menilai efektifitas rumusan pemecahan masalah (teori) yang ada.

Peran ganda ujian ini dengan sendirinya (secara otomatis) akan dilakukan oleh manusia. Mereka butuh untuk belajar sekaligus mempelajari. Mereka terus mengasah dan tidak takut ujian. Mereka hadir untuk memperbaiki, mengembangkan diri, meningkatkan kompetensi diri, dan pada akhirnya melahirkan mental kuat dan menang (terbaik). Mereka mampu merumuskan tujuan hidup dan menghadirkan mimpi-mimpi. Bill Gates (triliuner pertama di dunia), awal usia 20-an dapat menyusun kode dengan baik. Impiannya menciptakan PC sebagai perangkat yang dapat digunakan terwujud pada era 1990-an. Gates mengatakan pekerjaannya di Microsoft dari revolusi perangkat lunak adalah "hal terbesar yang harus saya lakukan.". Gates adalah pribadi yang belajar dan mempelajari. Inilah paradigma “ujian untuk belajar dan mempelajari” atau (assessment “for and as” learning). Inilah hakikat kehidupan sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT dalam firmanNya:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Allah, Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan, agar Allah menguji kalian, yang manakah di antara kalian yang terbaik perbuatannya,”(QS: Al-Mulk – 2)

Ujian Nasional adalah ujian hidup dalam skala yang sangat pendek, kegagalan atau pun keberhasilan dalam menempuhnya tidaklah serta merta akan menjadi penentu segalanya dalam hidup. Karena semua pasti akan ada hikmahnya. Namun ujian hidup dapat menentukan banyak hal ke depannya dalam hidup yang kedua. Dan itu tergantung dari sikap seorang menghadapi ujian hidup tersebut. Ujian Hidup barometernya adalah Sabar, dan indikasi lulusnya adalah ikhlas dan pengumumannya kelak di padang Mahsyar. Persoalan Hidup kadang tidak lagi membutuhkan pensil dan kelas untuk menyelesaikannya, namun membutuhkan keringat dan Doa sebagai jalannya. Bagi Insan yang beriman, akan banyak duri tertebar di jalan keimanan, dan meneguk pil pahit adalah satu keniscayaan dalam hidup ini. Bahkan ujian adalah kabar gembira bagi setiap muslim yang tengah menghadapinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

“Tiadalah bagian dari satu Musibah yang menimpa seorang muslim kecuali Allah menggugurkan (dosa-dosa) dengan sebabnya dari dirinya, sampai (walau pun) duri yang menusuknya” (HR: Bukhari)

Nah, Ujian Nasional benar-benar sudah di depan mata, Insya-Allah bagi kalian yang duduk di bangku SMA/MA tanggal 1,2, 4, dan 8 April 2019 kalian akan melaluinya. Tidak usah panik (deg dig dug), nervous dan gugup. Tetapi tetaplah rileks dan fokus. Berikut tips yang dapat dilakukan untuk menempuhnya:

1. Tetap jaga sehat kondisi sehat dengan C-IOM (cukup istirahat, cukup olah raga, dan cukup makan bergizi). Kondisi ini menjamin suasana hati tetap mots dan enjoy.

2. Kondisikan nuansa belajar yang happy, fun, dan focus, dan kolaboratif. Belajar berkelompok (kolaboratif) sangat efektif untuk mengusir rasa bosan belajar dan mudah mendatangkan bahagia, senang, saling berbagi.

3. Yakinkan diri untuk bekerja mandiri, tidak menyontek, dan percaya diri. Karena modal terbesar dari kesuksesan (lulus) adalah menghargai karya sendiri, jujur, kerja sungguh dan sportif. Prestasi penting, kejujuran tetap yang utama.

4. Sempatkan untuk me‐refresh otak. Jalan-jalan atau bersepeda menghirup udara segar atau melihat binatang kesukaan efektif me‐refresh otak.

5. Istiqomahlah dalam beribadah dan berdoa karena Allah berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖفَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Selamat menempuh ujian, semoga bermanfaat!

#sukses-unbk#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post