Lain Tingkat Beda Perlakuan

Baru sekali ini menemukan guru yang sudah lama mengajar terlihat kesulitan memposisikan diri ketika mengajar di depan siswa. Gerakan badannya, perhatiannya, intonasi kata katanya, bahkan strategi pembelajarannya seperti tidak berjalan sesuai skenario yang direncanakan.

Sempat bertanya dalam hati, ada apa dengan bu guru ini. Satu jam berlalu ia masih belum bisa menaklukkan kelas dua yang tidak bisa duduk tenang di kursinya. Menjelang berakhirnya jam supervisi, barulah kondisi kelas mulai kondusif dan tenang, mungkin karena mereka juga sudah mulai kelelahan dari polah tingkahnya, atau karena bu guru mulai mengajak mereka praktek memeragakan gerakan sholat, dari semula yang banyak menjelaskan tentang rukun Islam yang kedua itu.

Begitu selesai kegiatan, kita diskusi mengapa sampai terjadi hal seperti itu. Ternyata bu guru kita belum familier dengan dunia sekolah dasar. Selama ini ia berkecimpung pada sekolah menengah pertama. Karena tugas yang lebih prospektif ia harus meninggalkan siswa remajanya untuk berganti mengajar siswa sekolah dasar.

Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa ternyata dibutuhkan kemampuan lebih ketika mengajar siswa sekolah dasar, terlebih kelas satu dan dua.

Maka kalau selama ini ada slogan di sekolah dasar "rumah guru senior ada di kelas satu dua", memang ada benarnya. Sangat dibutuhkan senioritas ketika mengasuh kelas rendah. Guru Senior apalagi bu guru, lebih telaten sabar dan penuh kasih sayang.

Apakah sesederhana itu?

Tentu tidak juga. Bagi seseorang yang sudah mantab mengabdikan diri pada dunia pendidikan anak, sudah seharusnya membekali diri dengan banyak kemampuan untuk menghadapi situasi baik-baik saja maupun ketika dalam situasi tidak sedang baik-baik saja.

Selamat berjuang bu guru, terus belajar menjadi yang lebih baik.