Proses Mahal Nilainya
PROSES MAHAL NILAINYA
Oleh Achmad Nadzir
“Mie instan saja harus diolah sebelum dimakan, apalagi mendidik anak-anak.”
“Untuk bisa berjalan, seorang anak butuh untuk belajar secara bertahap.”
“Sudahlah, tidak apa-apa, yang penting kakak sudah berusaha.”
Ayah dan bunda, ungkapan itu terucap karena tabiat manusia yang selalu menginginkan segala sesuatu berubah dengan cepat dan berhasil. Termasuk perubahan dalam hasil belajar. Padahal hasil belajar terjadi melalui proses (runtutan) perkembangan belajar.
Hasil dan proses adalah dua hal yang berbeda dalam bidang apapun, termasuk dalam mendidik anak. Hasil berfokus kepada pencapaian (tujuan) yang kadang mengabaikan bagaimanan prosesnya. Pada proses, fokus kepada bagaimana melakukan sesuatu dengan baik dan benar, meski hasilnya kadang tidak sesuai harapan.
Ayah dan bunda, saat orang tua memilih hasil, maka ia akan melakukan hal apapun demi mencapai harapan dan keinginan atas anak-anaknya. Semuanya akan diatur, bagaimana caranya agar anak bisa mencapai hasil seperti yang diinginkannya. Anak hanya semata mengikuti apa yang dilakukan oleh ayah dan bundanya.
Saat orang tua menginginkan anaknya mendapat nilai yang bagus saat ujian kelulusan, maka orang tua hanya akan fokus bagaimana caranya mendapatkan nilai itu. Les privat, tambahan jam belajar, dan melarang anak bermain adalah hal yang lumrah dilakukan orang tua pada anaknya. Anggapan ayah dan bunda apa yang dilakukannya adalah benar, karena demi nilai kelulusan yang baik. Jika nilai baik, maka anak akan mudah untuk masuk di sekolah unggulan atau sekolah favorit.
Ayah dan bunda, berdeda dengan orang tua yang fokus pada proses. Ia kan melihat bagaimana anak menjadikan segala hal sebagai pengalaman yang berharga. Orang tua hanya mengarahkan, bagaimana anak mendapatkan pengalaman terbaik untuk bekalnya di masa kemudian.
Orang tua yang fokus pada proses, tidak merasa bingung dan khawatir akan hasil yang dicapai anak-anaknya. Motivasi, semangat, dan dukungan senantiasa ia berikan kepada anak-anaknya. Kegagalan anak dijadikan senjata motivasi sebuah proses untuk mencapai sukses di masa mendatang. Ia kan berucap, “Kegagalan hari ini adalah kesuksesan hari esok yang tertunda”.
“Setiap orang tua adalah guru pertama dan terpenting yang ditemui oleh setiap anak ketika lahir di dunia. Peran orang tua tersebut tentu tidaklah mudah, karena mereka harus mampu melihat dan kemudian menfasilitasi segala bakat yang dimiliki seorang anak.” (Tony Buton, 2012)
“Seberapa banyak peran orang tua dalam mendidik anak jelas akan menentukan sukses si anak. Sayangnya, banyak orang tua masih belum memahami hal ini.” Dominic Brian, 2012: 7)
Ayah dan bunda, proses belajar merupakan perpaduan kegiatan antara kegiatan belajar anak dengan orang dewasa (orang tua) sebagai pebelajar. Dalam proses belajar terjadi interaksi antara orang dewasa dengan anak yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi anak, orang tua memantau, mengoreksi cara belajar anak, dan memastikan anak memahami apa yang dipelajarinya.
Bagi orang tua, belajar kerkaitan dengan keadaan bagaimana anak berproses menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Kewajiban orang tua dalam proses anak belajar ada empat. Pertama belajar itu asyik, maka orang tua dalam mendidik anak-anaknya haruslah dengan pola dan cara yang asyik. Anak merasa senang dan bersemangat untuk belajar. Tidak ada beban pada dirinya karena belajar adalah proses bagaimana dia menjadi bisa.
Kedua pendamping yang efektif. Ayah dan bunda, jadilah pendamping, dan pembimbing yang berkomitmen tinggi, untuk selalu siap membantu, memotivasi, dan mendampingi anak dalam proses belajarnya. Atur waktu khusus untuk mengevaluasi hasil belajar anak. Tanamkan pada anak, bahwa proses lebih penting dari hasil semata. Ayah dan bunda akan lebih senang jika apa yang kamu raih adalah hasil belajar sendiri. Hasil kurang baik asal itu hasil proses belajar sendiri lebih bernilai dibanding hasil baik namun dihasilkan dari proses yang tidak baik, mencontek misalnya.
Ketiga menyelami kepribadian anak. Ayah dan bunda harus memahami bahasa cinta anak. Apa yang paling disukai anak, waktu yang tepat untuk bersamanya, penghargaan yang tepat, pelayanan perhatian, dan sentuhan kasih sayang. Komunikasi yang baik akan membantu anak dalam proses belajarnya menjadi produktif dan efektif.
Keempat sasaran sukses. Dalam proses belajar anak, menjadi kesempatan bagi orang tua untuk memproses tumbuh kembang anak dengan mendidik. Orang tua memberikan pendampingan dan bimbingan kepada anak sejak dini guna merumuskan sasaran-sasaran dalam belajarnya, serta membuat anak memiliki komitmen dan bersemangat untuk mencapai sasaran-sasaran yang dibuat.
Ayah dan bunda, empat hal tersebut merupakan pondasi proses belajar bagi anak. pondasi yang baik akan dapat dicapai jika interaksi orang tua dan anak bermakna. Tegaskan kembali bahwa proses lebih berharga dan bernilai dari sekedar hasil. Melalui empat hal di atas, tanamkan kesadaran pada diri anak, untuk terus berproses menuju pencapaian hasil yang maksimal sesuai sasaran-sasaran yang telah dibuatnya.
“Kok gambarnya jelek.”
“Nilai adik, kok kecil!”
“Sudah kelas satu, kok belum bisa baca!”
“Tulisan kakak jelek, gak bisa dibaca.”
Ayah dan bunda, kalimat-kalimat di atas sering kita jumpai dalam kehidupan di lingkungan sekitar. Kekecewaan orang tua atas hasil kerja anak-anaknya yang dinilai jelek, tidak mencapai target, tidak sesuai keinginan dan sebagainya. Kekecewaan yang terlihat hanya fokus kepada hasil.
Seharusnya orang tua menghargai apa yang telah diraih oleh anaknya. Dia pastinya telah berusaha untuk belajar agar bisa meraih hasil yang baik. Namun tingkat pemahaman, daya ingat, dan keterampilan tiap anak berbeda. Maka proses untuk mencapai tujuan pun akan berbeda, baik dari segi waktu, kualitas, serta kuantitasnya.
Ayah dan bunda, alangkah baiknya orang tua mendampingi dan membimbing anaknya untuk terus bersemangat dalam belajar guna meraih harapan dan cita-citanya. Berikan motivasi pada dia, katakan kegagalan bukanlah akhir segalanya. Anak masih bisa untuk terus berproses guna meraih cita-cita dan harapannya. Kalimat-kalimat negatif di atas ubahlah menjadi kalimat-kalimat sugesti dan motivasi yang positif.
“Gambar-gambar berikutnya, lebih diperindah ya, Dik...”
“Kalau mau punya nilai baik, adik harus lebih semangat belajarnya!”
“Siapa yang berusaha dia pasti bisa, ayo terus semangat belajar membacanya ya!”
“Kakak, belajar menulisnya lebih giat lagi ya?”
Ayah dan bunda, betapa sering orang tua tidak menghargai proses yang sudah dilakukan oleh anak-anaknya. Untuk menjadi baik, juara, dan berprestasi dibutuhkan proses yang tidak ringan. Maka hargailah proses yang telah dilakukan oleh anak-anak kita.
Jika orang tua tidak mampu memberi apresiasi, setidaknya tidak mencela, mencemooh, dan menghakimi anak dengan pemikiran-pemikiran yang negatif. Memberikan kesan positif kepada anak-anak yang lagi berproses, adalah lebih bijak. Alangkah bijaknya orang tua memberikan apresiasi dan motivasi kepada anak-anak yang telah belajar (proses).
Dari Aisyah RA berkata. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)
Marilah kita teladani Nabi Muhammad SAW dalam menghargai sekecil apapun karya dan proses yang telah dilakukan oleh anak-anak. Apa saja yang patut kita contoh dari pribadi Rasulullah SAW. Pertama mengayomi dengan baik. Nabi SAW selalu mengayomi anak-anaknya, khususnya anak perempuan. Sebab anak perempuan cenderung lemah dan membutuhkan perlindungan. Mengayomi berarti memberikan perhatian, menjaga dan merawat dengan baik, hingga anak tumbuh dewasa.
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata, Nabi menggabungkan jari jemari beliau.” (HR. Muslim)
Kedua, memberikan hadiah. Rasulullah SAW pernah membariskan Abdullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya. Kemudian beliau bersabda, “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka pun berlomba lari menuju tempat Nabi SAW berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz Zawaid)
Marilah kita hargai proses yang telah dilakukan oleh anak-anak. Jangan paksa mereka mencapai tujuan dan keinginan orang tua yang hanya menginginkan hasil tanpa melalui sebuah proses. Berikan hak mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai fasenya. Berikan kasih sayang, motivasi, dan pendampingan terbaik agar anak-anak kita bisa berproses dengan baik untuk kemandiriannya.
Bilik Keluarga, 17 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar