Achmad Nadzir

Anak bungsu dari empat bersaudara, lahir hari Sabtu, 14 April 1979 Suami dari seorang istri, menikah hari Jumat, 13 Mei 2005 Ayah dari dua orang anak, perempu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Senang Hal yang Baru

Senang Hal yang Baru

"Al Insan Jadid Yuhibbul Jadid". Demikianlah sebait perkataan yang menggambarkan satu sisi sifat manusia. Perkataan yang menjadi bahan renungan tersendiri bagi saya.

Secara sintaks, perkataan tersebut berarti bahwa "manusia adalah makhluk baru yang senang kepada hal yang hal yang baru". Semantik memberikan pengertian makna pada perkataan tersebut sesuai konteks. Dari makna semantik inilah, muncul berbagai macam makna atau arti dari perkataan tersebut.

Fenomena senangnya manusia kepada hal yang baru, adalah manusiawi. Mengapa manusiawi? karena telah menjadi kodrat manusia memiliki sifat salah, lupa, bosan, jenuh, dan malas. Sebagaimana hadits Nabi "Manusia adalah tempat salah dan lupa."

Menulis bagi saya seakan sesuatu hal baru. Uforia semangat literasi khususnya menulis lagi membahana di serambi rasa saya. Setiap hari bahkan setiap saat keinginan menulis membuncah. Apapun ingin ditulis lalu diunggah di laman media sosial, seperti Facebook, Whatshap, Instagram, dan lainnya.

Menulis apapun yang saya rasakan, lihat, alami, baca, dan dengar. Saat menulis ada rasa puas dan bahagia tersendiri pada diri saya. Benar kalimat motivasi, inisiasi dan sugesti tentang menulis yang pernah saya baca, lihat, dan dengar tentang menulis.

"Menulis adalah obat"

"Menulis adalah ekspresi"

"Menulis adalah prasasti"

"Menulis adalah terapi"

"Menulis adalah energi"

"Menuls adalah doa"

"Menulis adalah keluh kesah"

"Menulis adalah kehidupan"

"Menulis adalah eksistensi"

"Menulis adalah gambaran diri"

Kala menulis menjadi hobi, dan kesenangan baru, memantik pertanyaan dan pernyataan negatif dari sejawat sekitar.

"Jangan-jangan hanya spontanitas dan rutinitas sesaat!"

"Lihat saja, paling 2 - 3 ke depan akan hilang musnah!"

"Mana buktinya, bukunya kok gak terbit-terbit!"

"Tulisannya amatiran!"

"Tulisan kok gak tampak isinya."

Sontak kalimat "Al Insan Jadid Yuhibbul Jadid" terngiang di relung telinga dan benak saya. Benarkah hobi dan kesenangan menulis saya hanya efek uforia sesaat! Apa yang harus saya lakukan untuk menjaga semangat menulis yang bersemi dan tumbuh ini.

Renungan dan muhasabah perlu saya lakukan. Hobi dan kesenangan menulis ini harus dipertahankan. Saya perlu membuat deklarasi untuk diri sendiri agar hobi dan kesenangan ini  terjaga bahkan terus bertumbuh kembang.

Deklarasi saya:

"Jika buku adalah jendela dunia, maka menulis adalah isi dunia"

"Buku adalah prasasti, maka menulis dan membukukannya akan menjadi bukti kalau saya pernah ada"

"Saya bukan anak penguasa dan orang kaya, menulis buku menjadi bukti saya bisa  berkarya"

"Jangan menjadi pecundang literasi, menulislah dengan hati"

"Saya harus membuktikan mampu menulis buku, meski hanya satu buku"

"Motto menulis SaGuSaBu harus terus saya gugup dan tiru" 

Semoga dengan deklarasi di atas, semangat literasi khususnya menulis bisa  terus terpatri dalam diri saya, aamiin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat menulis dan terus menulis

26 Dec
Balas

Insyaallah...aamiin

26 Dec

Benar sekali. Yang baru selalu menarik. Sukses selalu dan barakallahu fiik

26 Dec
Balas

Aamiin YRA. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga hikmah dan semangat kita dalam menulis

26 Dec



search

New Post