
PELAJARAN DARI BERITA DUKA
(Tantangan hari ke-6 (1))
Hari ini agak istimewa. Sudah tiga berita duka menghiasai chat we-a. sedikit bergeser pikiran. Kematian memang rahasia. Panjang-pendek usia itu rahasia. Tua-muda usia itu rahasia. Pokoknya rahasia. Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa merenungkannya sebagai sebuah pelajaran.
Pertama, kakak kandung teman sekolah. Dua orang. Kalau dilihat dari sisi usia mungkin sudah tua. Kadang kita beranggapan hal itu sebagai kewajaran. Apalagi jika usianya sudah berkepala enam. Mungkin karena imam kita, nabiyullah berusia 63 tahun. Meskipun tidak diawali dengan penderitaan karena sakit, misalnya, kita tetap memandang hal itu sebagai hal yang lumrah.
Lain halnya dengan berita kedua, kuterima dari mantan anak didik. Anak pertamanya yang baru duduk di kelas delapan sekolah menengah pertama dipanggil Yang Maha Kuasa. Yang ini agak menghentak. Apalagi setelah mengetahui bahwa kematiannya disebabkan oleh kecelakaan berkendara di jalan. Si anak baru beranjak remaja. Ada rasa kasihan yang bercampur dengan rasa sayang yang mengiringi kepergiaannya.
Lepas dari perasaan yang berkecamuk, perenungan diri otomatis terbangun. Setidaknya mulai tersadar lagi bahwa usia tidak lagi muda. Sudah mulai tua. Bekal kematian mesti dipersiapkan. Kalau sudah fokus pada masalah ini rasanya harus banyak menata diri. Amal saleh diperbanyak, dan akan lebih bagus kalau tersusun dalam sebuah program. Bisa jadi dinamai program pembekalan. Program ini harus lebih dari segalanya. Ibadah wajib dan sunah harus terlaksana. Dan yang terpenting adalah menjaga konsistensi atau keistikamahan. Benar begitu?
Pelajaran lain yang dapat dipetik dari berita kematian adalah kita perlu selalu menjaga kesehatan. Hal ini merupakan bentuk ikhtiar pribadi. Kesehatan memang perlu dibina. Misalnya dengan menjaga pola hidup sehat: pola makan seimbang, pola kerja dan pola istirahat. Ketiganya harus mendapat porsi sesuai kebutuhan.
Satu lagi, kasus kecelakaan yang menimpa anak remaja. Mereka belum memiliki izin berkendara. Seharusnya mereka tidak dilepas sendiri tetapi harus didampingi. Bekali mereka dengan kesadaran berkendara. Kenalkan mereka pada aturan berlalu lintas. Lengkapi kendaraan dan tidak perlu dimodifikasi agar standar keselamatan pengendarannya dijamin. Mengapa demikian? Secara psikis, remaja masih sangat labil. Emosinya mudah tersulut. Mudah naik pitam. Karena itu, sistem control meraka lemah. Apalagi diperparah dengan rendahnya kemampuan mereka dalam mengendalikan kendaraan, terutama masalah kecepatan. Kalau gas pol rem blong digunakan, ya, alamat diri celaka.
Akhirya, sesuai paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kematian itu keniscayaan yang harus dihadapi dengan persiapan yang baik. Kewaspadaan atau kehati-hatian dalam berkendara merupakan kunci keselamatan. Pendampingan dalam berkendara kepada anak remaja perlu ditingkatkan. Kalau perlu izinkan mereka berkendara setelah menginjak usia dewasa. Semua itu bentuk ikhtiar. Semoga berhasil.
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selalulah manembah.
Innalilahi wainnaillahirojiun. Pasrah atas takdirNya