Achmad Sochib

#576

Semalam tidurku lelap sekali. Tidak ada mimpi, tidak ada igau. Menjelang Subuh barulah aku terbangun. Itu pun lantaran cubitan lembut istriku. “Mas, berisik, tuh, hp Mas. Sepagi ini sudah berpuluh kali kudengar dering panggilan dan chat,” lanjut istriku seraya beranjak ke kamar mandi.

Kutahan diri untuk tidak dulu menyentuh gadget itu. Kuutamakan menyelesaikan kebiasaan jamaah Subuh dan mengaji di musala sebelah rumah. Setengah jam kemudian barulah aku mengambilnya. Tanganku bergetar. “Duh, mateng aku!” teriakku agak keras. Tetiba aku gugup dan keringat mengucur. Aku merasa sangat bersalah. Empat teman sekantor menelepon. Bahkan ada yang beberapa kali melakukannya sejak semalam. Puluhan lainnya mengirim whatsapp dengan nada yang sama. Tak henti aku mengutuki diri. pikiran dan perasaanku benar-benar tak karuan. Tak kuhiraukan istriku yang menyapa dan membawakan secangkir kopi. Istriku melongo. Bersegera aku mandi dan berdandan. Aku tahu istriku heran.

“Maafkan, Mas, ya. Jika bernasib baik, Mas tidak akan kehilangan pekerjaan. Bos jatuh sakit. Semalam Mas salah pencet. Seharusnya syafakallah … malah terkirim Allahummaghfirlahu …. Doakan, Mas!” Istriku terdiam, mungkin didera kekhawatiran. Aku berlalu untuk bersegera menemui Bos. Mungkin masih ada maaf.

Boyolali, 13 September 2021