Bermain Bekel, Hilangkan Kepenatan
Oleh : Ach Taufiqirrohman, S.Pd
( Guru MTsN 2 Bondowoso)
Tantangan hari ke - 43
#TantanganGurusiana
Pagi itu, kegiatan di madrasah kami berjalan sebagaimana biasa. Dari kegiatan shalar dhuha berjamaah, pembacaan surah yaasin, istighosah serta ditutup dengan doa, merupakan sebuah rutinitas yang selalu kami lakukan disaat sebelum berkegiatan pembelajaran di kelas. Usai kegiatan ibadah, seluruh siswa –siswi dan dewan guru kembali melaksanakan tugas dan kewajiban masing – masing. Saya sebagai pengajar di kelas sembilan, saat itu mendapat jam pembelajaran mengajar di kelas sembilan penuh dari jam pertama hingga akhir. Di jam pertama, saya mendapat tugas mengajar tiga jam sekaligus. Saya pun masuk kelas, kemudian menyapa anak-anak yang sudah menunggu saya,” Assalamualaikum...bagaimana kabarnya anak-anak, sehatkah?” tanyaku pada anak – anak. Mereka menjawab ,” Waalaikum salam, Alhamdulillah, baik bapak.” Kemudian saya pun mengajak mereka berdoa terlebih dahulu,” anak-anakku semua, mari sebelum pembelajaran dimulai, kita berdoa terlebih dahulu,”ajak saya kepada anak-anak di kelas tersebut. Mereka pun berdoa menurut pembiasaan doa yang mereka lakukan setiap hari. Setelah kami berdoa, kembali saya ajak anak-anak untuk membacakan surah al fatehah satu kali, dalam rangka mmendoakan mereka kembali sebagai surah pembuka,”Anak-anakku semua, mari kita baca surah al fatihah satu kali, kita memohon kepada Allah SWT agar ilmu kita hari ini dapat bermanfaat, serta apa yang menjadi hajat dan cita-cita kita semua terkabul, Aamiin....Alfatihah”. Serempak semua siswa di kelas tersebut ikut membaca surah alfatihah.
Kegiatan pembelajaran di kelas pun berlangsung dengan lancar. Mendekati pelaksanaan ujian nasional, saya berikan latihan-latihan soal hingga jam pembelajaran materi yang saya ampu berakhir. Mereka tampak lega sekali, karena tugas mereka juga selesai, kemudian saya akhiri pembelajaran tersebut,” anak-anakku semua, hari ini pembelajaran samapai disini dulu, kita lanjutkan kembali di hari berikutnya ya, dengan materi yang berbeda, Assalamualaikum..,” kata saya sambil merapikan buku saya . Anak-anakpun serempak menjawab,”waalaikum salam..makasih ustaz atas ilmunya, semoga apa yang diberikan bapak dapat bermanfaat bagi kami, “ kata salah satu dari mereka. Sayapun bergegas menuju lantai bawah untuk kembali ke ruangan saya. Melihat saya msih butuh sinyal wifi di lantai dua tersebut, saya tidak jadi bergegas ke ruangan saya. Saya masih asik menyelesaikan tugas saya dengan fasilitas wifi di lantai atas tersebut. Sekian lama saya berada di lantai atas, saya melihat ada beberapa anak bermain permainan zaman dulu, yaitu bermain bekel. Permainan bekel yang awal mulanya dari tanah jawa ini merupakan permainan tradisional yang cukup populer di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan menyebarnya permainan bekel di berbagai daerah di Indonesia sebagai permainan namun dengan beberapa variasi. Salah satunya di jawa timur, permainan ini dimainkan menggunakan menggunakan bola karet seukuran bola pingpong dan biji bekel yang terbuat dari kuningan atau plastik. Permainan bola bekel biasanya dimainkan oleh 2-5 orang pemain. Saat itu, siswi yang ada di sekolah saya hanya dua orang yang melakukan permainan ini. Mereka tampak senang sekali, sekian lama belajar dan membahas soal, akhirnya dapat terobati dengan bermain di teras depan kelas mereka, yaitu bermain bekel.
Bondowoso,
Baiti, Villa Kembang Asri, Jumat, 28 Pebruari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
He he...makasih bu
Memang asyik juga Bapak