Oleh : Ach Taufiqirrohman, S.Pd

( Guru MTsN 2 Bondowoso)

Tantangan hari ke - 74

#TantanganGurusiana

Disaat diriku mempunyai anak kedua, yaitu seorang putri cantik yang lahir dengan cesar. Hal ini terjadi karena sebelumnya putra pertamaku yang dilahirkan dalam kondisi cesar. Tidak ada niatan dari sang istri untuk lahir cesar. Disaat istri pergi ke bidan segala, hal pun dilakukan agar bisa lahir normal. Namun sekian lama di tempat bidan tersebut, sang bayi pun belum lahir juga, hingga akhirnya saya pun memutuskan agar istri saya segera dibawa ke Rumah Sakit Umum untuk mendapatkan penanganan serius dari dokter ahli di rumah sakit tersebut. Akhirnya dokterpun memerintahkan saya untuk menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk dilakukan operasi/cesar. Setelah masuk ruang operasi tidak begitu lama, terdengar suara tangisan bayi, dan itu adalah putraku. Aku merasa senang mendengar sang bayi menangis, dan dokterpun mempersilahkan aku untuk mengadzani ditelinga kanan dan iqomah di telinga kiri.

Adanya putra pertama lahir cesar inilah akhirnya dokter menganjurkan putra kedua kami untuk lahir cesar juga. Pada putra kedua, kamipun mengikuti anjuran sang dokter untuk lahir cesar, dan alhamdulillah, putra kedua kami lahir dengan selamat dengan jenis kelamin perempuan. Kami sebagai orang tua merasa senang sekali, terutama sang kakek dan nenek yang menginginkan cucu perempuan. Di keluarga kami saat ini hampir semua saudara memiliki anak laki-laki semua. Tak heran lahirnya putriku ini orang tuaku sangat bahagia sekali melihat kelucuan putriku tersebut.

Sekian tahun berjalan, memasuki tahun kedua, aku mendapat tugas sekolah untuk mengawal anak-anak di tempat sekolahku melakukan perjalanan ke wali delapan dan jogja. Dalam perjalan tersebut, disaat saya mengawal anak – anak untuk ziarah ke makam sunan muria, aku melihat boneka kuning yang sangat lucu sekali. Kuhampiri pedangan tersebut, disitulah kami melakukan transaksi jual beli. Kubelilah boneka tersebut buat putriku yang masih kecil. Entah kenapa, ada perasaan senang pada diriku saat membeli boneka tersebut, meski boneka tersebut tampak sangat sederhana. Kusimpan rapat-rapat boneka tersebut di tasku agar tidak terjatuh. Sekian lama kami melakukan perjalanan, akhirnya kami pun melakukan perjalanan pulang. Sesampai dirumah, kuberikan boneka tersebut pada putriku. Putriku yang masih kecil tersebut tampak senang sekali meski belum bisa berkata apa-apa. Dipeluklah boneka tersebut erat-erat, dibelai dan di tidurkan di samping tempat tidur putriku tersebut. Putriku sangat senang sekali dengan boneka yang aku beli tersebut. Kemanapun pergi saat ini, boneka tersebut selalu dibawa.

Pernah suatu ketika saat diriku bersama keluarga bepergian ke sanak saudara yang lumayan jauh, boneka putriku lupa tidak terbawa. Kami pun tetap melakukan perjalanan ke saudara kami. Hingga akhirnya kami pun sampai. Sesampai di tempat saudaraku, putriku menanyakan bonekanya tersebut. Akhirnya saya sampaikan bahwa bonekanya ketinggalan, maka menangislah putri kecilku tersebut mengingat boneka kesayangannya tidak dibawa. Kubawa jalan – jalan di sekitar rumah saudaraku agar tidak menangis yang berkepanjangan. Putrikupun lupa dengan boneka kesayangannya. Saat putriku mau tidur, putriku kembali mecari boneka kesayangannya. Kambali kami menyampaikan bahwa bonekanya lupa tidak dibawa, maka tiba tiba putriku menangis dengan sekeras-kerasnya dan tidak mau tidur. Akhirnya dengan tidak begitu lama kami silaturrahmi, kamipun memutuskan untuk segera pamit dan kembali kerumah. Sesampai di rumah, putriku langsung mencari boneka kecil tersebut dan memeluknya erat-erat. Putriku pun akhirnya dapat tidur dengan pulas dengan didampingi sang boneka tersebut.

Hingga kini, boneka tersebut masih menjadi boneka kesayangan putriku, dimana kami sering membelikan boneka yang lebih bagus dan lebih mahal dari boneka kesayangannya tersebut, namun itu semua bagi putriku tidak berarti, semuanya hanya sebagai hiasan saja, bagi putriku, boneka kuning yang sudah tampak jelek tersebut lebih enak dipegang dari pada boneka yang masih baru dan harganya mahal. Entah apa yang ada dibenak putriku, yang begitu sangat menyayangi boneka kecil tersebut saat aku membeli area ziarah sunan muria. Istriku menyampaikan padaku bahwa boneka tersebut sepertinya bukan boneka sembarangan, belinya saja di lapak dekat makam wali sunan muria, mungkin ini barokahnya dari kegiatan ziarah wali mas”, kata istriku sambil tersenyum padaku.

Bagi putriku, semakin boneka tersebut kusut, maka putriku semakin sayang dengan boneka tersebut. bahkan hingga berhari-hari boneka tersebut jarang dicuci, mengingat oroma boneka yang sudah kusut tersebut lebih nikmat dari pada aroma deterjen bagi putriku. Untuk mencuci saja, kamipun harus merayu hingga berjam-jam, bahkan berhari-hari. Terkadang ketika akan dicuci, putriku malah menangis karena aroma khas boneka tersebut telah hilang. Sudah kami sampaikan berkali-kali pada putriku bahwa boneka tersebut sudah kotor, sudah waktunya untuk dicuci. Namun putriku masih belum juga menerima kenyataan tersebut. Terkadang kami harus menunggu hari libur untuk mencuci boneka tersebut, dan putriku pun akhirnya mau bonekanya tersebut untuk dicuci. Hingga kini, boneka tersebut tetap utuh dan selalu menjadi pendamping tidur putriku, meski kondisi boneka tersebut sudah tak sebagus saat awal beli dulu.

Bondowoso,

Baiti, Villa Kembang Asri, Senin, 30 Maret 2020