Sejak dikeluarkannya surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Makarim tanggal 16 Maret 2020 mengenai diliburkannya sekolah dan perguruan tinggi dan menganjurkan untuk belajar di rumah sebagai upaya pencegahan menyebarnya virus covid-19 untuk tidak lebih meluas lagi. Anjuran untuk belajar di rumah ini pun menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan koneksi jaringan Internet. Sistem Pembelajaran seperti ini lebih dikenal dengan E-Learning.

E-Learning memudahkan pengajar dan peserta baik siswa atau mahasiswa untuk tetap melakukan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa platform e-learning yang open source maupun yang gratis atau tidak berbayar. Salah satu platform yang open source dan bisa diimplementasikan di lingkungan sendiri maupun menggunakan via website mereka adalah Moodle. Sedangkan salah satu platform yang gratis atau tidak berbayar adalah Google Classroom. Disini akan saya bahas sedikit mengengai Google Classroom.

Di dalam Google Classroom, pengajar dapat membuat kelas atau Class yang disesuaikan dengan kelas pada pembelajaran sesungguhnya seperti nama kelas, seksi (pertemuan ke berapa), subjek (materi yang akan dibahas) dan room (adalah ruangan seperti sekolah atau nama perguruan tinggi nya yang bersifat umum). Setelah Class selesai dibuat, aplikasi akan menampilkan access code (kode akses) yang akan diberikan oleh pengajar kepada peserta ajar nya agar dapat bergabung pada kelas tersebut.

Di sisi atau akun peserta ajar, mereka dapat memilih join class (bergabung ke dalam kelas) yang telah dibuat oleh pengajarnya. Untuk bergabung, peserta memasukkan access code (kode kelas), kemudian peserta dapat melihat mulai dari materi, tugas, kuis atau berkas-berkas yang dibuat oleh pengajar kelas tersebut. Peserta yang sudah tergabung akan terlihat pada sisi pengajar sehingga dapat dijadikan dokumentasi kehadiran untuk pengajar. Pada akun pengajar akan terlihat para peserta yang telah mengerjakan tugas/kuis dan dapat segera memberikan nilai atau pun umpan balik kepada para peserta.

Inti dari Google Classroom adalah setiap peserta yang memiliki access code lah yang bisa mengakses materi atau pun tugas yang diberikan. Bila tidak memiliki access code maka mustahil untuk mengetahui bahkan bisa mengerjakan tugas tersebut. Kembali lagi permasalahan sistem informasi yang berbasis perangkat lunak bukan pada kesalahan pemrogramannya, melainkan kesalahan pada manusianya baik sebagai brainware maupun sebagai user.

Pada aplikasi, access code berfungsi layaknya kunci masuk kelas pada kelas nyata sesungguhnya. Sebelum dilaksanakan kegiatan belajar mengajar, pastinya pengajar melakukan pemeriksaan absensi para pesertanya. Pengajar akan mencatat setiap peserta yang hadir di kelasnya dan apabila ada tugas yang diberikan, pengajar pastinya akan memeriksa tugas berdasarkan daftar peserta yang terdaftar sebelumnya.

Kejadian ini akan menjadi aneh tapi nyata bila ada peserta dari kelas lain yang tidak pernah hadir di kelas pengajar tersebut tetapi mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas tersebut kepada pengajar yang tidak pernah dihadiri sama sekali sebelumnya.

Akhirnya, saya hanya bisa mengelus dada dan tepok jidat. Rasa kesal dan kecewa bercampur jadi satu sambil saya berpikir ternyata oknum peserta ajar tersebut lebih jenius dari albert einstein. Saya harus lebih banyak bersabar.

Sumber gambar: freepik.com