#4

.

Ramadhan hari ke 5 ini, aku masih berkutik dengan proses laporan akhir pajak. Sudah cukup terganggu konsentrasiku dengan hilir mudik agent membawa client -nya untuk menyewa di apartment yang kami tawarkan.

.

"Ada pak, tapi nggak bisa kurang lagi, tujuh juta perbulan. Masih boleh, bila Bapak ambil sewa untuk satu tahun bayar pertiga bulan. "

"Iya, saya ambil. Yang penting nyaman buat Ayu." Ujar Hanit, lelaki setengah bayar yang sedang dilanda kasmaran.

.

Cukup mengganggu konsentrasiku, hingga ku tanyakan ke kawan agent, Dea.

"Tadi Bapak, mba? "

"Bukan, itu sugar daddy -nya."

.

Owalah, ternyata yang selama ini aku hanya mendengar dari cerita atau ku saksikan di film, kini nyata terlihat dimataku.

.

Esoknya, Hanif kembali, untuk memastikan Ayu suka dengan unit apartment yang disewakan. Gadis belia, pekerja sebagai pramugari di maskapai cukup terkenal. Kudapat info dari agent, Sita yang pada akhirnya menjadi tahu client -nya. Ayu, katanya.

.

"Ayu, ya.... Dia cuma pengin gajinya utuh, dan ada tempat tinggal nyaman. Nah, sugar daddy dikenalnya di penerbangan, dipepet nya. Dia, Direktur sebuah perusahaan besar di Indonesia.

.

" Perempuan begitu sudah tahu, baca situasi mereka, sambil terbang dipantau nya sugar daddy yang banyak cuan." Tambah Dea.

.

Benar saja, Dea berharap client -nya menyewakan unit yang dia tawarkan, sedangkan Ayu hanya berharap kenyamanan dengan uangnya.

.

Ramadhan hari ke 5 ini tak terasa apa-apa dengan mereka yang hanya memikirkan kebahagian di dunia, kenikmatan singkat dan berharap mendapat dengan instan. Sedangkan para sugar daddy, ia mendahului ego-nya. Sebagai lelaki mapan yang bisa membeli suka cita menurutnya dan menghamburkan pada perempuan yang mengincarnya. Keduanya sama-sama menikmati pilihannya dengan pembenarannya.

.