Ade Erma Wardani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rasa

Chapter 7 by Ade Erma Wardani

Di seberang sana nun jauh di Sumbawa yang jauh oleh hiruk pikuk lampu-lampu kota dan suara deru knalpot yang semakin menyesakkan dada. Berjuang dengan ikhlas dan sabar dalam mencerdaskan anak-anak bangsa di sekolah nun jauh di pelosok sana. Sebuah desa yang masih asri dan perawan karena belum terjamah oleh mesin-mesin canggih dan teknologi. Pancang tiang sutet menjulang tinggi untuk menyediakan listrik yang bergiliran adanya. Sawah terbentang luas bak permadani hijau terhampar mempesonakan hati. Kebun kopi yang menebarkan harum bunganya saat musim kopi tiba. Desa kecil dengan tradisi yang masih kental dengan gotong royongnya. Desa kecil yang haus akan ilmu. Baru di bangun sekolah satap 5 tahun yang lalu. Sekolah tingkat menengah pertama yang menyatu dengan sekolah dasar. Kepala Sekolahnya masih diampu oleh Kepala Sekolah SD. Perekrutan guru untuk sekolah-sekolah terpencil dalam pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Namanya ibu Umi, Umi Latifah. Seorang wanita muda yang berkeinginan tinggi untuk mencerdaskan anak-anak bangsa di seberang sana. Guru di Jawa semakin banyak dan persaingannya semakin hebat. Sudah 4 tahun ini tidak ada pengangkatan CPNS, adanya perekrutan guru untuk daerah terpencil yang tersebar di seluruh Indonesia. Umi, begitu antusias mengikuti seleksi tersebut. Semua sudah dipikirkan dengan matang. Harus mandiri dan lepas dari orang tua tercinta. Jauh dari sanak saudara hanya demi satu tujuan mulia, mencerdaskan anak-anak bangsa. Tidak tebang pilih harus anak-anak Jawa, anak-anak Sumbawa juga anak-anak Indonesia yang harus melek dunia, harus bisa bersaing di era global. Adalah ibu Umi yang mempunyai paras cantik nan ayu, siap berjibaku dengan medan yang penuh tantangan. Sekolahnya ada di ujung desa, harus naik bukit, lewati pematang sawah yang berhektar-hektar, lewati kebun kopi yang berjajar rapi dan harus menyebrang sungai yang bila musim kemarau yang terlihat bongkahan-bongkahan batu yang menjulang. Batu yang menghitam terkena terik matahari setiap hari. Ibu Umi harus berjalan 10 km dari tempat kost nya di dekat kelurahan, di rumah ibu Samion. Bila di rata-rata setiap hari berjalan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit. Perjalanan itu sudah di lakukan selama 1 tahun ini. Begitu menikmati tugasnya, punya dedikasi tinggi dan kreatif. Selalu saja ada inovasi yang dibuatnya. Tidak hanya melulu tanggung jawab sebagai guru. Ibu Umi selalu belajar dan mau mengembangkan ilmunya. Seni tari menjadi bagian dari kesehariannya. Selalu berinovasi dengan kesenian yang ada di sana. Sekolah sangat berterima kasih kepadanya karena semakin semarak dengan hadirnya. Ekstrakurikuler seni ramai diminati. Dengan keterbatasan dana dan juga alat kesenian bisa mengkombinasikan dengan alat yang ada. Perkusi bagian dari garapannya dengan tariannya. Anak-anak senang dan betah berlama-lama di sekolah. Pelajaran seni hanya 2 jam, materinya umum sehingga butuh materi khusus untuk mengembangkan ilmu seni tarinya. Jumat dan Sabtu untuk ekstra seni. Bapak ibu guru disana juga sangat apresiasi dengan kegiatan tersebut. Kepala Sekolah sangat mendukung dan selalu memberi motivasi.

Hari ini hari Sabtu, anak-anak di sekolah sudah ramai berceloteh tentang ekstra nanti siang. Bu Umi meminta anak-anak membawa botol bekas dan sendok atau garpu alumunium. Kelas yang lain membawa ember bekas atau kaleng bekas. Ada juga yang membawa besi bekas sudah dipotong 30 cm per biji. Ada juga yang membawa kentongan bekas dan wajan atau panci bekas yang sudah bolong dan peot sana sini. Bu Umi akan mengajarkan tarian panen kopi dengan alat-alat yang ada di sekitar rumah.

Bu ... maaf, saya tidak punya panci bekas. Panci di rumah cuma satu, kalo dibawa ibuku tidak bisa masak nasi. Botol pun tidak ada," kata Mandelo sedih.

Tidak apa-apa Mandelo. Nanti bergantian dengan temanmu atau pakailah botol milik ibu di kantor," jawab bu Umi dengan sabar.

Saya tidak mau mengganggu milik teman dan juga milik ibu. Saya nanti pakai tangan dan kaki aja ya bu," kata Mandelo lagi.

Boleh boleh. Ide yang bagus. Kamu memang pinter Mandelo," ucap bu Umi dengan memberikan 2 jempolnya.

Mandelo sangat senang dengan jawaban bu Umi. Dia lari ke kelasnya dengan tawanya yang renyah. Anak bangsa yang kreatif, anak bangsa yang penuh semangat. Cita-citanya ingin jadi guru. Cita-cita ini. Cita-cita Mandelo

*bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Anak bangsa yang kreatif, anak bangsa yang penuh semangat." Insyaa Allah jadi orang bermanfaat kelak.

08 Aug
Balas

Amin Pingin membuat cerita anak bgs yg kreatif unt menginspirasi anak2 pelosok desa

09 Aug

Datangnya pemburu .. Desa perawan.. Oh Sutet.. !!

08 Aug
Balas

Hehehe

09 Aug

Hehehe

09 Aug

Hehehe

09 Aug

Hehehe

09 Aug



search

New Post