Rasa
Rasa
Chapter 1 by Ade Erma Wardani
Pelatihan literasi SAGU SABU solo
Gemerlap pendar cahaya malam kota Jakarta tak pernah pudar. Semakin malam semakin berwarna dan bercahaya layaknya siang hari dengan sinar mentarinya. Jakarta kota yang tidak pernah mati. Semakin malam semakin padat. Merayap seperti kerlip kunang-kunang beriringan. Indah pendarnya nuansa malam gemerlap. Melaju merayap Brio silver di iringi bossanova Ermi Kulit mengalun merdu menerjang gemerlapnya lampu jalan. Serak basah mengiringi melodinya. Sesekali Een ikut bersuara lirih sambil sesekali memegang punggung yang mulai tak bersahat ,,
Malam ini kasih .. ku akan pergi bersamamu
Ku lambaikan tangan ...
Opps ... salah syairnya hehehe, " ucap Een lirih.
Bossanova terus menguing dengan merdunya. Menemani malam yang gemintang. Seharian tadi Een dapat undangan workshop sehari tentang menulis buku. Tugas dari bapak kepala sekolahnya yang sangat paham kompetensi Een sebagai guru yang profesional. Sebenarnya Een menolak untuk ikutan workshop tersebut karena pasti membosankan. Boro boro menulis. Meringkas materi pelajaran saja 1 BAB bisa kelar 1 sampe 2 minggu. Mobil brio silver terus melaju. Baru pukul 10 malam namun kota Jakarta tetaplah ramai. Een terus melajukan mobilnya. Berkali kali menguap karena sangat lelah dari pukul 10 pagi sampe 5 sore duduk manis mendengarkan celoteh penulis-penulis terkenal yang notabene sudah merambah juga ke luar negeri. Semuanya hebat dan luar biasa dalam menyampaikannya. Sampe sampe Een bisa terbius dengan suara lantang nya dari mocropon yang meraung raung. Raungannya masih dengan knalpot KW 1 jadi suaranya lembut tapi tegas. Sesekali kantuk mendera dan tak kuasa tidur sesaat dalam duduk manisnya. Tak mengurangi rasa yang selalu ada dalam rasanya. Een memulai memori pertama. Memori masa kini. Memori yang dulu sudah dikubur di samudera Indonesia. Tidak akan terbuka karena gemboknya pake kunci no. 1002. Gembog paling besar. Ikan pauspun tidak akan mampu mendobraknya. Memori kelam yang harus diganti dengan coretan baru, hidup yang baru, semangat baru menuju kebahagiaan yang hakiki. Sebulan yang lalu, Een bertemu dengan seseorang, seseorang yang membuatnya bergairah. Seseorang yang bisa membuatnya tertawa. Tatapannya lembut. Tak banyak bicara tapi sekali bicara meluncur bak air bah dengan derasnya. Ucapannya santun dan lembut. Pelan tapi pasti. Orang mengatakan laki-laki berkelas. Hatinya tidak ditipu. Hatinya tidak sesuai dengan kata-katanya. Een selalu bilang sudah benci sampe mati sama laki-laki. Laki laki itu gombal cuma PHP, ngakunya kaya eeee banyak hutangnya. Ngakunya single eeee sudah berbini. Awalnya baek banget saat pedekate semua permintaannya dituruti ketika sudah jadian gantian diporoti. Karena terlanjur cinta ya mau saja.
Sekarang Een mulai tahu arti kehidupan dan sifat laki-laki. Laki - laki yang satu ini sangat beda. Kebapakan, tegas dan pengayom. Setiap kali beradu pandang hatinya berdesir, jantungnya berdegup 1 2 kadang 6 8 keras berdegum. Rasa yang dirasa beda. Terlihat kaku dan salting.
Een tersenyum dengan laju mobilnya. 15 menit lagi sampe di gerbang perumahannya. Rumah mungil tipe 54 bersama 2 jagoannya.
Rasa ini semakin blooming. Blooming 7 warna.
*bersambung
Pelatihan penulisan SAGU SABU SOLO
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Nice! Let the feeling blooms. How beautiful it is. Congrats!