Rasa

Chapter 4 by Ade Erma Wardani

Bel berdentang 6 kali di ikuti lagu teeima kasih guruku, usai sudah pembelajaran hari itu. Een bergegas ,, rush time, rasa rasanya pingin terbang secepat kilat ke ruang guru. Duduk di kursi empuknya dengan balutan biru muda penghias meja dan bunga anggrek di mejanya. Pingin bales pesan buat Aa Ilham. Dari tadi jam nya urutan 3 4 5 6 dan 7. Tidak sempet istirahat karena anak-anak antusias dengan tugas baru yang di buat Een. Haruse tadi tu ga usah kasih tugas begonoan ya ,, ucap Een lirih sambil terus berjalan cepat.

E e e e eee ... teteh kok keburu banget, ada apa??? Kebelet yaaa , " ucap b Rini di koridor pertama.

Egghhh ,,, ogghhh ,,, eghhh ,,, ga papa, " jawab Een tergagap.

Duluan yaaa .. penting nih teh ,,, ucap Een lagi.

Braaakk ,,, buku dan kertas berhamburan.

Ops ... maaf pak Dadang, " Een tersipu malu sambil memungut kertas yang berhamburan.

Iya ,, ga papa bu ... aya naon kok tergesa gesa gitu, kayak dikejar jejurig aja," kata pak Dadang spontan.

Hik ,,, enggak pak.. buru buru aja, aya yg tos pisan atuh ..., " ucap Een sambil menutup mulutnya.

Een melaju dengan langkah 1 2 yang rush time, nafasnya memburu. Kursinya sudah melambai lambai ingin di duduki. Bunga anggreknya tersenyum manis dengan wanginya yang khas.

Bruuukkk ... pantat Een terhempas tak terkira. Kursipun menjerit lemah tak berdaya.

Dibuka hp nya. Opsss ... ada message lagi dari Aa Ilham.

Maaf ganggu kerjamu ya .. pasti lagi sibuk dengan anak anak di kelas. (Msg 1)

Jangan marah ya ... (pesan 2)

Aku tunggu pesan mu ( pesan 3)

Een tersenyum, hatinya plong. Rasa yang dirasa ketika di kelas. Galau yang unlimited terbayarkan. Desahan nafasnya menandakan semua berjalan lancar. Aa Ilham memang pengertian. Itulah mengapa rasa Een tumbuh setelah sekian lama terkunci rapat karena rasa sakit. Hatinya damai walo hanya denger suara nya. Rasanya melambung walo hanya baca pesan pesannya. Sehari tidak ada pesan apalagi suaranya bagai hutan di gurun pasir. Tak bernyawa.

Een membalas pesan panjang dan semua diceritakan dari A sampe Z. Renyah kata katanya. Tak ada yang tersirat. Semua tersurat dengan lugu, lugas dan enak di cerna. Begitu mengalir ceritanya. Ada beberapa poin dari setiap pesannya.

Kluning ,, kluning ,,, kluning ...

Semua pesannya telah terkirim. Een menunggu balasannya. 5 menit 10 menit lamaaa tidak ada suara dari dering khusus nomor Aa Ilham.

Doooorrrr ,,, hayoooo ngalamun saha teh," ucap bu Ranti tiba tiba.

Een begitu kaget. Sampe kertas yang dimeja terbang ke meja depan.

Plok ... pak Janu sampe kaget.

Ops ... kertas siapa ini ,,, jatuh kok ga bilang bilang," kata pak Janu.

Maaf pak, kertas nya bu Een yang lagi itu tuuuu ... ," ujar bu Ranti lagi.

Itu tuuuu apa yaaa ... pake kode segala. Ngomong aja atuh," jawab pak Janu.

Bah ... rame kali kantor ni, ada yang dapat lotere kah? ," tiba tiba pak Togar masuk dan berteriak ikut nimbrung.

Ruang kantor tambah rame bila pak Togar mulai berkoar. Semua guru saling berkoar dan berkomentar. Renyah penuh canda namun bermakna.

Een terdiam. Dibukanya satu per satu satu buku tugas anak anak. Di koreksi dengan rasa dengan hati, kadang kadang tersenyum dengan jawaban anak anak yang nyleneh, tidak sesuai dengan keinginannya. Een selalu membubuhi nilai Good, great and excellent. Apresiasi untuk anak anak luar biasa sehingga anak anak suka dan senang dengan bu Een.

*bersambung