Rasa
Rasa
Chapter 5 by Ade Erma Wardani
Ditepisnya rasa yang ada. Rasa yang selalu bergolak untuk selalu dekat dengan mimpinya. Mimpi menemukan seseorang yang bisa melindungi sekaligus mengayomi nya. Dibukanya netbook kesayangannya yang telah menemani kesibukan menulis selama 5 tahun. Netbooknya awet karena memang aktifitas penggunannya senin kamis alias jarang. Hanya digunakan untuk menyimpan file administrasi guru dan lagu-lagu kesayangannya. Dibukanya satu per satu file yang ada. Een bingung apa yang harus di tulis. Begitu susah mengungkapkan dalam tulisan karena tulisan harus bentuk baku. Diketuk-ketuknya meja 2 3 bahkan 4 kali dengan nada yang sama. Sesekali menggaruk kepala yang tidak gatal. Masih dalam tanda mati, cursor berkedip-kedip. Kata pertama muncul dilanjut kata-kata berikutnya. Kalimatnya masih belum tertata rapi namun tidak menyurutkan semangatnya untuk membuat laporan.
Ku tulis dulu seadanya, nanti minta tolong bu Sefrin yang pandai menulis dan sudah juara di mana-mana. Ucapnya lirih.
30 menit berlalu, laporan selesai. Laporannya hanya butuh 2 lembar. Singkat jelas dan sederhana. Een beranjak dari kursinya. Kantor guru mulai sepi, hanya ada satu dua guru yang masih betah duduk di kursinya. Masih pukul 2 kurang 10 menit, belum waktunya pulang. Jam kerja sampai pukul 2 lebih 30 menit. Aturan itu ditaati oleh semua guru di sekolahnya. Jam-jam santai usai pelajaran dimanfaatkan guru-guru untuk membaca di perpustakaan, mengerjakan tugas-tugas tambahan yang lain, mengisi ekstrakurikuler tapi ada juga yang hanya menghabiskan waktu dengan ngrumpi di ruang tamu. Rumpiannya selalu berbeda setiap hari. Topiknya terkini dan up to date. Ada juga yang asyek main gadget, chatting di medsos sambil berkelakar dengan teman-temannya. Suasana yang harmonis dan padu.
Bu Indah ,,, lihat bu Fajrin ga?, " tanya Een kepada bu Indah yang sedang ikut ngrumpi dengan topik beras maknyus.
Di perpus sama anak-anak lagi buat KIR, tumben nyari bu Fajrin, ada perlu apa, " kata bu Indah pingin tahu.
Mau minta tolong buatin power poin," jawab Een sambil berjalan menuju perpus.
Ruang perpus ada di ujung sebelah timur deket taman bunga dan gazebo baca. Ruangnya tertata rapi dan nyaman sehingga anak-anak betah duduk lama di sana. Memang seharusnya perpustakaan itu tenang, nyaman dan menarik. Mbak Raras pinter mendesain perpus sebegitu rupa dan hasilnya anak-anak betah gurunyapun betah. Mbak Raras lulusan UIN Jakarta jurusan perpustakaan. Suaminya seorang designer ruang. Konsep penataan ruang perpus adalah ide suaminya saat ikut silaturahmi keluarga besar SMP. Setelah melihat perpus yang jadul kemudian disulap menjadi perpus yang menarik dan menyenangkan. Pihak sekolah sangat senang dengan hasil karyanya dan memberikan imbalan tapi ditolaknya.
Een masuk ke perpus dan mencari bu Fajrin. Dilihatnya bu Fajrin dan 5 anak di sudut baca lesehan. Mereka asyek berdiskusi dan berdebat. Andang, siswa kelas 8 sibuk browsing tentang materi yang sedang dibahas sambil ikut berdiskusi. Een mendekat dan ikut duduk dalam forum diskusi itu. Bu Fajrin menengok ke belakang dan bergeser sedikit.
Eghh ,, bu Een. Ada apa? , " tanya bu Fajrin.
Mau minta tolong untuk melihat laporan kegiatan pelatihan kemarin dan minta dibuatkan power pointnya," kata Een.
Coba sini ku lihat, " jawab bu Fajrin.
Sekilas bu Fajrin membaca tulisan Een di laptop. Dia dengan cepat memberikan saran dan masukan mana yang harus ditambah dan mana yang harus dibuang karena tidak perlu. Kemudian bu Fajrin menulis sistematika penulisan laporan dan Een suruh mengembangkannya. Begitu cepat dan cekatan. Untuk power poin besok akan dibuatkan. Een tersenyum lega dan mengucapkan terima kasih.
Ops .. sudah pukul 3 lebih 10 menit," ucap Een lirih. Ruang kantor sudah sepi dan teman-temannya sudah pulang. Tasnya ditenteng dan keluar kantor menyusuri koridor demi koridor. Mobil di tempat parkir tinggal 1, brio metalik miliknya. Masih setia menu ggu tuannya. Masih ada sepeda motor berderet di sebelah kanannya. Een masuk dalam mobilnya. Musik keras Metallica menghentakkan hatinya. Entersandman mengalun naik turun. Seperti hatinya saat ini. Intronya menusuk hati. Pukulan drumnya berdegum keras.
...
Exit light enter night take my hand.
...
Dum dum dum
If I die before I live
....
Een tersengal sengal menirukan lagunya sambil melaju smoothly.
*bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjutannya semoga lebih seru. Penasaran nih.