Rasa
Rasa
Chapter 3 by Ade Erma Wardani
Pukul 7 kurang 5 menit, mobil Een masuk pelataran garasi sekolahnya. Anggun bersahaja berjejer dengan mobil yang lain. Tit tot ,, suara alarm berbunyi. Serombongan anak putri menyambut bu guru cantik nan anggun setelah keluar dari mobilnya. Bersalaman satu persatu, tersenyum dan sedikit sapa dengan malu malu. Kadang bu Een kalo lagi marah seluruh kelas diam seribu basa takut kena semprot yang lebih panjang takut kena damprat yang lebih seru. Tapi sisi baeknya banyak. Baik, ramah, suka menolong dan perhatian dengan anak-anak. Saat berjalan menuju kantornya yang berada di ujung, semua anak bersalaman dan mengucapkan salam. Itu sudah menjadi budaya di sekolah tersebut dalam program salam senyum sapa. Bapak ibu guru sudah di kantor semua. Bapak kepala sekolah juga sudah duduk di depan meja guru-guru.
Bunyi bel berbunyi dengan merdunya ,, intronya pas. Anak-anak berlarian ke kelasnya masing masing. Berbaris rapi di depan kelas sebelum masuk ke kelas. Bersalaman dengan ibu bapak guru sebelum jam pelajaran dimulai. Pemandangan itu begitu indah. Berbaris rapi, belajar budaya antri, belajar bertanggung jawab.
Bu Een ,, ada kelas tidak jam ini, " kata pak kepala sekolah.
Tidak ada pak, nanti jam ke 3-4. Gimana pak," jawab Een lembut.
Ke kantor saya sebentar. Pingin tahu hasil pelatihan kemaren di LPMP," kata pak Subandi, kepala sekolahnya.
Iya pak .. bisa, "jawab Een lagi.
Duuhhh ,, apa ya yang harus kulaporkan. Kemaren separo mendengarkan seperempat ngantuk yg selebihnya diskusi dengan sebelahnya. Biasanya kalo ada pelatihan ga ditanya atau ga suruh buat laporan. Aduuhhh ... pusing pale berby. Ucap Een lirih.
Een berjalan menyusuri koridor kelas menuju ruang Kepala Sekolah. Melewati ruang TU yang bersih dan rapi, ibu Ka TU yang cantik sudah sibuk dengan kertas-kertasnya. Bapak dan ibu staff juga sudah sibuk dengan pekerjaannya di meja masing-masing. Een tersenyum kepada semuanya. Bu Nurul, Ka TU bertanya ," dipanggil bapak ya, ada apa?
Itu ,,, suruh laporan kegiatan kemaren di LPMP tentang penulisan buku, " jawab Een.
Oghhh ... ," kata bu Nurul.
Een masuk ke ruang Kepala Sekolah. Pak Suwandi sudah duduk di kursi nya. Sambil membuka buka buku dan menulis di buku yang lain. Pak Suwandi sudah 7 tahun jadi Kepala Sekolah. Di sekolah ini baru 1 tahun. Sudah pernah di dua sekolah sebelumnya. Ini sekolah yang ketiganya. Orangnya baik, ramah dan visioner. Selalu fokus dalam bekerja. Tegas dan berwibawa. Sudah separuh umur lebih tapi tetep energik. Sayangnya kurang humor sehingga semua guru tidak berani sembrono atau yang lainnya. Sekolah ini sudah berumur juga. SMP N 45 Depok.
Silakan bu Een ,,, duduklah," kata pak Subandi.
Iya pak," jawab Een.
Coba saya minta oleh oleh nya dari pelatihan kemaren. Sepertinya bagus bila diterapkan di sekolah kita, " tanya pak Subandi.
Een mulai bercerita dari A sampai Z. Begitu lancar. Tertata rapi bahasanya. Kadang diselingi senyum biar pak Subandi ikut tersenyum tapi cuma dikit senyumnya. Itu semua tidak mengurangi semangat Een untuk terus bercerita.
Ooghhh ,,, ya ya ya .... terima kasih oleh-olehnya. Coba besok dibuat laporan untuk kegiatan yang telah di ikuti dan buatkan program untuk mengimplementasikan pelatihan kemarin. Buat panitia untuk program tersebut dan presentasikan di depan guru-guru yang lain. Setelah itu buat program untuk anak-anak, " kata pak Suwandi panjang lebar.
Iya pak, insya Allah saya buat laporan dan programnya, " jawab Een.
Kalo bisa secepatnya. Lebih cepat lebih baik, " kata pak Suwandi bersemangat.
Iya pak ... , " jawab Een.
Bel ganti pelajaran berbunyi. Sudah masuk jam ke 3 , Een undur diri dan keluar dari ruang KS. Aduuuuhhh suruh buat laporan dan program. Seumur umur belum pernah presentasi. Ini suruh presentasi. Mana keder ieee .. kumaha atuh ... bikin posing aja bapak ini. Ucap Een dalam lenguhan biramanya. Uftt ... Een merebahkan pantatnya. Menata buku untuk kelasnya.
Kluning. Hp nya berbunyi. Dibukanya. Ada pesan masuk di WA.
Adek knapa ga jawab Sms ku, " kata Aa Ilham dalam barisan pesan ke 10 nya.
Ops ... Een bengong membaca pesan nya. Bingung sudah bel dan harus masuk kelas. Tidak enak dengan anak anak bila telat. Tapi ini juga penting. Berkecamuk rasa, rasa yang berlebihan. Tetep masuk kelas dengan galau yang ada dan tidak nyaman. Sebentar sebentar lihat jam tangannya. Waktu terasa lamaaaa baginya. Dudukpun tidak nyaman. Menerangkan tidak fokus. Sudah kesepakatan sekolah, tidak boleh buka HP ketika mengajar, tidak boleh sms atau telpon bila tidak penting sekali. Tidak boleh chatting di medsos atau di dumay. Harus fokus dengan anak anak. Begitu juga sebaliknya dengan anak anak. Awalnya berat tapi sudah biasa jadi terbiasa. Rasa ini. Rasa galau. Galau unlimited.
*bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh. Dilematis dong.
Terima kasih telah membaca ceritaku Kasih saran or kritik pak, wong aku pemula
Belum mengikuti cerita dari awal,,, Menarik juga alurnya,,, Salam santun Salam literasi
Monggo Salam literasi
Monggo Salam literasi
Monggo Salam literasi