Ade Erma Wardani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
RUDAD YANG LESTARI

RUDAD YANG LESTARI

Euforia 17 agustus membahana dari sabang sampai merauke, dari kota sampai ke desa dalam balutan merah putih dengan pekik MERDEKA untuk bangsa kita. Merdeka dari penjajah merdeka dalam mereguk kebebasan yang hakiki.

Seperti biasa selepas upacara bendera 17 Agustus, masyarakat berbondong-bondong memenuhi tanah lapangan desa Karangkobar Banjarnegara disuguhi musik tradisional dari seluruh desa. Ada ebek, ada drum band, ada rudad. Ya Rudad, kesenian tradisional yang masih lestari, masih kental dengan nuansa desanya. Dengan iringan yang sangat sederhana, rebana dan bedug dalam harmonisasi nada yang berpadu satu dalam iringan yang menyejukkan rasa diikuti oleh tarian yang ala kadarnya yang menggambarkan semangat patriotisme orang-orang tua dalam merebut kemerdekaan. Sambil menyanyi sambil mengalun gerakannya. Padu dan seirama dengan musik nya. Yang unik dari seni Rudad ini adalah semua penari dan penabuh tidak ada yang muda. Semua sudah sepuh atau tua tapi semangatnya luar biasa. Semangatnya dobel 45. Menari menghentakkan kaki, meliuk dengan nada bersama. Kaca mata hitam penghias pakainnya untuk menahan panas yang menggila.

Mari kita telusuri apa seni Rudad itu. Seni rudat adalah paduan seni gerak dan vokal yang di iringi musik terbangan yang di dalamnya terdapat unsur ke agamaan, seni tari dan seni suara.

Pertunjukan seni terbang (termasuk Rudat) pada mulanya bertujuan untuk penyabaran agama islam yang dilaksankan pada setiap acara Maulidan, yaitu upacara memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, Rajaban (memperingati isro mi’raj), Hari Raya Idul Fitri dan Hari besar Islam lainnya. Pada perkembangan berikutnya seni Rudat biasa dipertunjukan dalam acara hiburan di lingkungan pesantren, upacara perkimpoian atau khitanan. Dengan demikian pada zaman dahulu kesenian Rudat memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Media Dakwah

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa kesenian Rudat adalah salah satu jenis seni tari yang bernuansa islam. Pada setiap pertunjukannya, kesenian Rudat yang dipentaskan oleh para pelakunya senantiasa membawa pesan-pesan ke-islaman kepada setiap penontonnya. Syair-syair yang dilantunkan pada saat pertunjukan merupakan syair yang bernuansa dakwah melalui lantunan salawat nabi dan firman-firman ilahi yang dikemas menjadi syair pengiring tari.

2. Media Penyambung Silaturrahmi

Salah satu alat untuk mempererat tali silaturrahmi masyarakat adalah pementasan kesenian, baik itu kesenian yang berupa seni tari, seni pewayangan, seni derama ataupun yang lainnya. Kesenian Rudat juga demikian, artinya dengan pementasan kesenian Rudat ini maka masyarakat akan berkumpul dan bertukar cerita pada saat mereka menonton pertunjukan tersebut.

3. Media Hiburan

Pada tahap perkembangannya kesenian Rudat dipentaskan sebagai hiburan bagi masyarakat dan bahkan bisa dikatakan bahwa kesenian Rudat dipentaskan untuk kepentingan matrial, artinya kesenian Rudat ini dipentaskan sebagai hiburan dimana setiap melakukan pementasan, kelompok kesenian Rudat disewa oleh orang-orang yang menyelenggarakan acara pernikahan, khitanan dan acara-acara lainnya.

Jumlah pemain rudat berkisar antara 12 sampai 24 orang. Dari segi geraknya rudat menggunakan gerakan silat, namun dalam permainan Rudat unsur tenaga tidak banyak mempengaruhi. Lagu Rudat hampir sebagian besar bernafaskan keagamaan. Sedangkan gerakannya terdiri dari gerakan kaki yang serempak ketika melangkah kedepan, belakang dan samping yang melambangkan kebersamaan langkah dan keserasian bentuk koreografi. Kaki, terdiri dari gerak kuda-kuda, adeg-adeg, masekon rengkuh, duku depok dan lain-lain.

Tangan, terdiri dari gerak mengepel, tonjok, gibas meupeuh, keprok kepret. Kepala, mengikuti arah tangan yang bergerak yaitu ke seluruh arah. Beberapa gerakan antaralain yang dalam seni rudat antaralain gerakan nonjok, yaitu kaki kanan melangkah ke depan dengan posisi kuda-kuda dan tangan kiri mengepal sementara kepala lurus ke depan. Gerakan gibas, yaitu kaki kanan tegak lurus. Tangan kiri menekuk dengan arah gerak ke kanan. Kepala ke arah kanan dan membalik langsung ke kiri.

Yang paling menonjol dalam pementasan seni rudat adalah perpaduan unsur tari, olah kanuragan, dan shalawat. Pementasan diawali dengan lantunan shalawat As-Salam yang mengiringi masuknya penari. Selanjutnya, mereka menari diiringi musik dan lantunan syair rudat, yang diyakini sebagai peninggalan ulama Banten saat melakukan penyebaran agama Islam. Syair yang biasa digunakan untuk mengiringi penari rudat di antaranya adalah Thalab-Naba, Khasbiyun,Ya khayyu ya Qayyum. Syair utamanya adalah Shalawat As-Salam, Khasbiyyun, Ya Khayyu Ya Qayyum, dan Shalawat. Selain itu syair lagu tentang daerah tersebut yaitu daerah Ambal Karangkobar, untuk mengingatkan kepada generasinya ingat akan kampung halamannya. Penutup yang akan mengiringi penari rudat keluar.Jika diresapi secara mendalam, syair rudat memiliki makna batin yang kuat. Misalnya syair, “Ya Khayyu ya Qayyum, La khaula wa laa quwwata illa billahi aliyyil adzim.” Syair ini memiliki arti bahwa tiada daya dan upaya tanpa hidayah dan izin Allah. Syair rudat mengisyaratkan munajat dan kepasrahan total akan keterbatasan manusia. Gerakan tariannya juga demikian, tiap tembang yang dilantunkan akan memiliki gerakan yang berbeda.

Saat bisa dikatakan kesenian tradisional ini hampir punah, hal itu juga didukung oleh memudarnya antusias masyarakat untuk mempertahankannya. Memudarnya antusias masyarakat untuk mempertahankan kesenian Rudat di ambal Karangkobar Banjarnegara. Sehingga secara tidak langsung kesenian Rudat ataupun kesenian-kesenian tradisional lainnya berlahan-lahan dilupakan oleh masyarakat.Selain itu, memudarnya seni pertunjukan tradisional seperti Rudat dan tari-tarian yg lain juga disebabkan oleh terkontaminasinya unsur seni pertunjukan tradisional oleh seni pertunjukan ataupun seni musik modern. Padahal pada masa lalu Seni Pertunjukan Rudat hampir digemari oleh sebagian besar masyarakat Lombok. Hal ini terbukti dengan berkembangnya kelompok-kelompok rudat di berbagai

Namun, saat ini kelompok-kelompok Rudat tersebut sudah hampir punah sebab tersisih oleh atraksi budaya modern yang umumnya tidak mencerminkan nilai luhur budaya kita.

Rudad kini sama dengan Rudad dulu. Mari kita lestarikan. Mari kita uri-uri budaya lokal yang kita punya. Kebersamaan dalam bergotong royong terpadu jadi satu. Ciri khusus penduduk desa yang kental akan gotong royong.

Sebuah catatan

By bunda Ade Erma Wardani

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Seru rudatnya bu. Jadi ingin lihat.

17 Aug
Balas

Keren...penasaran bu...

17 Aug
Balas

Iya bu, ada videonya, cb nanti saya share

17 Aug

Media andal satukan tujuan. Kala itu sungguh luar biasa. Kini kita bisa meniri gaya para marstro dulu. Salam.. Merdeka

17 Aug
Balas

Ya pak MERDEKA

17 Aug

Seru banget pak, td brasa pingin ikutan gerak

17 Aug
Balas

Seru banget pak, td brasa pingin ikutan gerak

17 Aug
Balas



search

New Post