Thek thek sebuah seni yang murah meriah
6 Agustus 2017
Kesenian tradisional banyak macamnya. Ada berpuluh puluh di setiap daerah. Setiap daerah juga mempunyai kesenian yang khas. Seperti di Jawa Tengah ada seni ebeg atau kuda lumping, ketoprak, hadroh, thek thek dan lainnya. Thek thek mulai berkembang tahun 1996 an. Baru satu dua yang memiliki alat musik ini. Satu paket alat musik ini bisa jutaan. Ada penari yang mengikutinya. Kurang lebih personil thek thek sampai 30. Penabuh alat-alat kurang lebih 10, sementara yang lainnya sebagai penari. Semakin banyak penari semakin ramai. Para penari bisa anak-anak, pemuda pemudi atau orang tua. Awalnya yang mempopulerkan musik thek thek ini adalah sekelompok pemuda dan orang tua dari desa sigaluh, Banjarnegara. Terkenal dengan berbagai macam musik yang bisa di mainkan. Paduan lagu dan gerak tarinya sangat harmonis sehingga penonton sangat terpukau dengan penampilan group thek thek tersebut. Berjalannya waktu, semua kalangan menyukai musik thek thek ini. Hampir setiap kelompok pemuda desa atau RT memiliki alat musik ini. Merambah ke sekolah-sekolah, dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Maraknya thek thek ini sehingga pemerhati musik tradisional menggelar ajang lomba musik thek thek setiap tahun, dari kategori umum sampai tingkat sekolah. Musik yang rancak bunyinya sangat indah bila di hayati. Pada setiap perayaan 17 agustus atau sering dikenal agustusan, musik thek thek ini mendominasi musik yang lain. Tidak hanya pada perayaan agustusan, pada perayaan hari-hari besar juga ditampilkan musik thek thek. Sering juga musik thek thek menghibur masyarakat setiap bulan pada penanggalan Jawa.
Banyak yang menonton dan mengikuti alur musiknya yang mudah di cerna masyarakat. Sering disebut musik masyarakat. Lagu-lagu yang disajikan dari dang dut, campur sari sampai lagu WE ARE THE CHAMPION nya QUEEN. Semua lagu bisa masuk dalam balutan nada-nada musik thek thek ini.
Penarinya sangat enjoy menikmati alunan lagu yang disajikan. Lenggok kanan lenggok kiri merujuk nadanya. Tua muda bersenandung menikmati sajian musik tradisional ini.
Mari kita lestarikan budaya yang kita punya. Kita uri-uri lagi seni tradisional yang kita punya. Cintailah seni tradisional yang kita miliki. Seni tradisional kita tidak kalah dengan seni-seni modern luar negeri sana. Dari diri kita sendiri, cintailah musik tradisional kita. Budayakan kepada anak didik kita untuk mencintai budaya lokal, budaya Indonesia yang semakin tergeser dunia gadget yang melenakan. Budaya lokal yang semakin meringis dan menjerit karena tergeser budaya barat.
Bunda Ade Erma Wardani

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mirip rampak gendang ya.
Peduli dengan mengapresiasi kesenian lokal agar tetep handal di era digital. Salam kenal..
DCF ya bu?
Salam kenal pak
Iya pak, rame dan renyah
Yoha jeng pur
Yoha jeng pur