ade khodijah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Merakit generasi multidimensi

Dengn basmalah kubulatkan tekad menggenggam pena untuk kemudian mulai mengguratkan untaian kalimat yang terbersit dibenak.kuberanikan diri untuk menulis,tak berharap akan menuangkan ide nan hebat tapi setidaknya bisa sedikit menghilangkan hhasrat yang tiba tiba mendesakku dengan sangat.

Sesekali kudengarkan panggilan si jalu, putra kecilku yang meminta perhatian dan energiku.Dia bercerita tentang ultramen storm idolanya,teman bermain sepanjang hari ketika ku sibuk menjalankan tugasku sebagai salah seorang pribadi yang harus mencerdaskan generadi masa kini, pelanjut peradaban, penggantiku dimasa datang. Sejenak kutitipkan doa untuk jalu dan kakaknya agar senantiasa dijaga yang kuasa, karena kedua tanganku bahkan tak mampu melindunginya dari mahluk sekecil semut sekalipun tanpa bantuan-Nya.

Terhenti sejenak.

Dua puluh menit berlalu.kulanjutkan kembali guratan penaku.

Sejujurnya ingin kutulis arti kecerdasan dimataku.Bagaimana pundak ini bertugas setiap harinya demi kubangun generasi pelanjut peradaban ini menjadi pribadi yang cerdas.Cerdas secara intelektual? Cerdas secara spiritual,sosial atau emotional?

Yang manakah sesungguhnya prioritas utamaku? Di atas semua pentingnya sisi kecerdasan tersebut,langkah seperti apakah yang harus kuambil demi mewujudkan pribadi cerdas sesuai pengharapan, pilar terbaik atas hiruk pikuknya pusaran zaman.

Kecerdasan intelektual adalah permukaan yang mudah terlihat dari sebuah riakan danau bernama dunia pendidikan. Bagaimana siswa mampu menerima ilmu yang dibeberkan para pendidik tentang hebatnya ilmu berhitung, fasihnya berwacana lewat ilmu bahasa atau luasnya pengetahuan tentang jagat raya.

Cukupkan generasi baruku berbekal satu kecerdasan yanng diagungkan banyak orang?

Kulihat sisi kecerdasan berikutnya, bagaimana anak dengan kefasihannya memakai ilmu agama, berdalil dengan ayat ayat tuhan tapi kemudian menghabiskan waktunya duduk bersila seraya cukup berharap dalam doa.Cukupkah kecerdasan ini membantunya menghadapi gemuruh peradaban?

Kutengok kecerdasan ke tiga.

Kecerdasan sosial.

Kecerdasan yang menuntut seseorang memiliki pribadi pandai bergaul,pribadi yang bisa membuat orang disekelilingnya mendengarkan setiap ucapannya dan mampu mempengaruhi dengan pemikirannya.cukupkan hanya berbekal kecerdasan sosial?

Lalu bagaimana kecerdasan emosional generasi pemangku zaman ini kubangun? Kecerdasan yang mulai jarang kulihat dipegang oleh putra putri bangsa ini. Bahkan kecerdasan ini masih jadi ilmu tersulit bagiku.

Berita di tv sesaat lalu menggambarkan bagaimana anak saling berejek di media sosial bisa berujung dengan amarah dan maut. Bagaimana seorang anak melepas amarah demi sekeping rupiah terlampiaskan dengan menikam ayah dan ibunya. Lebih dari itu, ada segelintir orang yang hidup di dunia pendidkan pun tak cukup cerdas menata emosinya.

Harus bagaimanakah kutuntun putra putriku kecerdasan emosionalnya? Cukupkah kuberi beberapa petuah pentingya menata emosi hingga tak mudah digolakkan suasana nan sederhana? Atau adakah langkah kongkrit nan hebat untuk menuntun mereka hingga langkahnya tidak terdorong emosinya?

Akupun termenung sejenak.kutatap wajah putra putriku yang nampak penuh semangat. Kuberguman dalam hati. Kudoakan kalian jadi putra putra hebat yang kelak jadi pemimpin negeri ini, cerdas menimang rasa,bijak dalam melangkah dan kata serta tetap berpegang dalam doa.

Kutatap putri putriku dalam doa. Kuingin kalian jadi perempuan hebat,pendidik putra putri generasi berikutnya. Perempuan yang cerdas mengolah emosinya,menata gajolak jiwa seraya tetap sabar dan bersahaja.

Kututup tulisan penaku dalam doa.putra putriku menjadi pribadi yang pandai mengolah emosi, cerdas bergaul tanpa melukai,selalu bermmunajat dalam doa dan berwawasan sebagai bekal hidupnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hebat. Salam literasi..

27 Oct
Balas

Hatur nuhun

27 Oct

hebat neng,lanjutk

27 Oct
Balas

Siip lah, Teh Ade...

28 Oct
Balas

Hatur nuhun umi

28 Oct

Mantap bu

27 Oct
Balas

Terima kasih

27 Oct

Terima kasih.

27 Oct
Balas

Termotivasi oleh ibu yang bersemangat menulis.

27 Oct
Balas



search

New Post