SETELAH MENATA HATI

#Tantangan Gurusiana 1# Take Off lagi kita

Malam ini, tepat pukul 01.14 WIB aku mulai berselancar kembali dengan Gurusiana. Setelah tantangan hari ke-8 aku gagal, rasanya aku tidak ingin lagi menulis. Tujuh hari itu rasanya sia-sia saja. Ingin aku menagis sejadi-jadinya. Padahal sehari sebelumnya aku sangat senang karena namaku ada di urutan 616 dalam antalogi puisi yang akan diterbitkan oleh Bapak CEO. Rasa gembira itu tiba-tiba direnggut. Aku harus remedi. Seperti slogannya di SPBU "Kita mulai dari nol."

Seperti layaknya sebuah virus, gurusiana selalu saja menari-nari di fikiranku. Tiap hari selalu aku intip. Bahkan, aku melihat postingan temanku di Media Guru Indonesia. Ternyata dia juga mengikuti pelatihan sagusabu daring. Selama di asrama PPG UNP, aku tidak pernah melihatnya menulis. Aku sedikit amezing melihat tulisannya. Tidak hanya temanku, aku juga melihat postingan guru bahasa Indonesiaku. Ada Bu Silvia Yunita, guruku di MAN 3 Padang. Juga ada Bu Sri Hartati, guruku selama PLPG di SMAN 2 Padang. Beliau juga sangat aktif di Media Guru Indonesia. Sejenak aku berfikir, betapa briliannya seorang Mohammad Ihsan yang telah membuat akun Gurusiana ini.

Setelah remediku yang pertama ini, aku berharap tidak akan pernah remedi lagi. Sakiiiiiit rasanya. Jika bisa rasa sakit ini divisualkan, mungkin bentuknya seperti Pop Ice Campur Jl. Cendrawasih. Rasanya paling enak, tapi butuh pengorbanan untuk mendapatkannya. Kita harus rela antre 1 jam demi satu cup Pop Ice rasa Es Doger. Hanya anak-anak sekitaran UNP yang paham akan rasanya. Suatu saat, aku akan membuat resepnya di Gurusiana.

Maafkan aku coach Elly Aples Jusa. Tantangan menulis puisi selama 30 hari sepertinya sirna sudah dalam bulan Mei ini. Tapi aku yakin, suatu saat aku harus punya buku antalogi puisi dan buku-buku lainnya. Aamiin. Terima kasih sudah memeperkenalkanku dengan Gurusiana. Semoga aku bisa mengikuti jejakmu.

Suoh, 16 Mei 2020

Malam 23 Ramadhan