Ade Sari Dewi

Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Kedungjati. Menulis adalah salah satu hobi yang saya lakukan di sela-sela waktu. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Wejangan Ayah (Part 1): Ayah Aku Rindu

Wajah keriput itu masih teringat jelas dikala aku pun mulai menghaturkan doa-doa kepada Sang Khalik. Bibirku terasa begitu bergetar saat kupinta begitu banyak harapan baginya. Yah untuknya, ayahku tersayang. “Ya Allah, berikan usia yang barokah dan kesehatan lahir dan bathin untuk ayahku,” Begitu syahdunya kumemohon, tak terasa ada bulir bening pun jatuh di kedua pipiku. Bulir kerinduan pada sang ayah yang begitu penyayang.

Ayahku bukan orang yang memiliki harta benda yang tumpah ruah. Ia hanya memiliki cinta yang begitu dahsyat pada anak-anaknya. Tak pernah sedikit pun kata-kata kasar yang keluar di bibirnya. Hanya teguran-teguran kecil yang selalu keluar menghiasi bibir tipisnya. Teguran yang disampaikan pun dengan cara yang santun. Cintanya pada ke-5 anaknya melebihi dari cintanya pada dirinya sendiri. Apapun akan ia kerjakan untuk kebahagiaan anak-anak tercinta.

Takkan pernah habis kuceritakan tentang ayah karena begitu banyak wejangannya yang selalu menyelimuti kehidupanku hingga saat ini. Dari kecil hingga remaja aku hanya diberikan ajaran-ajaran kehidupan yang baik. Sampai-sampai aku jarang tahu tentang jahatnya dunia pada manusia. Namun sampainya aku menginjak remaja akhir barulah ayah menceritakan betapa banyak kejahatan dunia yang harus aku hadapi jika telah berpisah dari ayah dan ibu. Ayah mengajarkanku bagaimana mengatasinya hingga nantinya aku harus siap jika badai menyerangku.

Pernah suatu hari aku dan ayah berjalan-jalan di pinggir laut. Tiba-tiba ada kejadian yang sangat mengejutkanku. Dari kejauhan kulihat ada 2 orang preman sedang memeras seorang nelayan untuk menyerahkan sejumlah uang kepada mereka. Kala itu nelayan langsung menyerahkan uang tanpa perlawanan. Aku hanya melongok tanpa bisa memberikan solusi yang baik. Ayah pun bergerak menuju preman itu untuk menghentikannya. Tapi belum sempat sampai ke situ, para preman pun telah berlari meninggalkan sang nelayan. Ayah pun merasa bersalah tak bisa menolong sang nelayan.

Dari kejadian itu ayah selalu mengingatkan kepadaku tentang makna-makna kehidupan. Sebagai seorang purnawirawan polisi yang tak punya apa-apa, ayah selalu mengingatkan kepada kami bahwa jika hidup bergelimang harta hanya karena memeras atau menipu orang maka nantinya hidup takkan barokah. Keberhasilan hidup bukan karena banyaknya harta tetapi bagaimana kita menikmati hidup itu apa adanya. Memperoleh harta dengan jalan yang benar tentunya akan menambah keberkahan.

Jika kuingat wejangan ayahku ini, rasanya aku takkan pernah berani untuk melanggarnya. Karena begitu kuat cintanya hingga wejangan yang sudah dikatakan bertahun-tahun lamanya terus terngiang di telingaku. Masih banyak sekali pelajaran hidup yang ayah simpan. Tetapi ayah tak pernah memberikan itu tanpa ada kejadian yang menyertainya. ayah selalu memberikan wejangan beserta contoh nyata bukan mengada-ngada.

Namun disaat ayah duduk terdiam, aku tak bisa bicara apa-apa. Aku hanya tahu bahwa pasti ada masalah yang dihadapinya. Aku kadang berpikir kenapa ayah tak mau menceritakan masalahnya. Saat itu aku tak berani untuk menanyakannya. Hingga aku dewasa kini barulah kutahu bahwa ayah tak ingin kami tahu tentang masalah ayah, karena ayah menganggap dirinyalah tulang punggung keluarga sehingga anak dan istri tak perlu tahu apa yang ia rasakan. Jika ayah mau mendengar apa yang kurasakan saat itu, aku hanya ingin berkata,”Ayah jangan bersedih, ceritakan apa masalahmu, walaupun aku tak bisa mengatasinya, setidaknya aku siap mendengar keluh kesahmu.” Namun itu telah berlalu. Sekarang aku hanya bisa mendoakannya agar selalu dilindungi Allah di tanah sebrang. Ayah aku rindu.

Gubug, 12 Nopember 2018, 22.20 # Hari ayah # Rindu Ayah#K

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ayah memang luar biasa....banyak rindu yang harus dititipkan pada ayah...

13 Nov
Balas

Bersyukurlah yg masih punya seorang ayah...

18 Nov
Balas



search

New Post