AdeSy

Lulusan Universitas Negeri Padang tahun 2003. Mengajar di SMAN 14 Medan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tolong saya bu guru....

Tolong saya bu guru....

Kisah ini terjadi pada awal tahun ajaran baru tepatnya setahun yang lalu. Rutinitas di tahun ajaran baru, diantaranya aku menginput data-data pribadi siswa siswi di kelas binaanku. Para siswa cukup mengisi formulir yang kubagikan pada mereka. Data-data siswa tersebut akan mempermudahku dalam mengenali siswa siswi binaan.

Kulangkahkan kaki menuju kantor guru dan langsung menuju meja dimana aku selalu menghabiskan waktu kosong dengan mengkoreksi tugas-tugas siswa serta tugas administrasi guru lainnya. Kulihat satu persatu data-data para siswa. Perhatianku tertuju pada salah satu kertas. Rasa ingin tahu itupun semakin besar. "Bu saya ada masalah dalam keluarga saya. Saya tinggal dengan ayah dan adik saya. Sejak kelas 2 SD saya sudah berpisah dengan ibu saya karena ibu saya jadi TKW di Malaysia. Beberapa bulan pertama ibu saya rutin menghubungi kami dan mengirim uang buat penghidupan kami. Akan tetapi, sejak saat itu sampai sekarang saya sudah SMA tidak ada kabar dari ibu saya. Ibu, tolong bantu saya untuk menemukan ibu saya lagi. Saya rindu ibu saya. Saya inginkan keluarga yang utuh. Bantu saya bu..." Mataku terasa berat menampung genangan air mata yang siap untuk menetes. Dadaku sesak, seakan aku dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Asya, nama panggilan siswaku itu. Jam istirahat kugunakan untuk bicara empat mata dengan Asya. Asyapun dengan leluasa menceritakan kisahnya padaku. Ia menceritakan tentang ayahnya yang sekarang bekerja sebagai petugas jaga malam di sebuah kompleks perumahan dekat dengan rumahnya. Sedangkan adiknya saat ini masih duduk di bangku SD. Semua pekerjaan rumah diambil alih oleh asya, termasuk mengurus adiknya. Sesekali pihak keluarga ibunya yang tinggal dekat dengan rumah mereka ikut membantu meringankan tugas Asya.

Salah satu benda yang paling efektif untuk mencari seseorang adalah foto. Saat kutanyakan tentang foto ibunya, sangat disayangkan semua foto-foto ibunya disimpan ayahnya dan tidak pernah di perlihatkan pada asya dan adiknya. Menurut Asya, ayahnya tidak menginginkan ibunya kembali sejak ayah merasa lelah mencari keberadaan ibu mereka. Sangat bertolak belakang dengan keinginan anak-anaknya yang merindukan kehadiran seorang ibu. Lalu akupun menanyakan tentang lembaga penyalur TKI yang mengirim ibunya pada waktu itu. Asya mengatakan bahwa ia sudah pernah mengusahakan mencari info tentang ibunya. Tapi, tidak ditemukan nama ibunya. Dan sekarang lembaga yang mengirim itu sudah tutup.

Kasus ini bukanlah kasus biasa. Sedangkan petunjuk yang di dapat minim sekali. Tapi, apa yang bisa aku lakukan buat siswaku itu. Sambil memikirkan cara apa lagi, akupun meminta Asya untuk berusaha lagi agar mendapatkan foto atau keterangan lain tentang ibunya. Agar bisa di sebar dengan bantuan media sosial.

Setelah Asya kembali ke kelas, aku mendekati seorang perempuan cantik paruh baya yang berbusana syar'i. Dialah ibu Raihana yang akrab kupanggil dengan sebutan Uthi (sebutan nenek di keluarga beliau), karena kebetulan beliau sudah memiliki 2 orang cucu yang lucu-lucu. Ibu Raihana adalah sosok yang menginspirasiku dan mengajariku tentang banyak hal. Akupun berbagi cerita pada uthi, tentang siswa-siswiku yang pantas mendapatkan bantuan dana pendidikan akan tetapi tidak dapat kesempatan dikarenakan kuotanya sudah habis. Termasuk masalah Asya juga menjadi pembicaraan legit kami. Ibu Raihana yang merupakan seorang penulis handal berencana akan menulis kisah Asya ke dalam karyanya. Dengan harapan kisah ini sampai kepada para pembaca lalu mengarah pada yang bersangkutan yaitu ibu Asya ataupun pada orang yang mengetahui keberadaan ibu Asya. Keesokan harinya, Asya datang menghampiriku yang saat itu sedang duduk di kantor guru. Ia menyerahkan sebuah KTP lama ibunya yang ada terdapat foto ibunya. Kuterima KTP itu, walaupun aku merasa foto di KTP itu kecil kemungkinan sama dengan keadaan sekarang, karena KTP itu dicetak pada tahun 2004 yang lalu. Aku tidak ingin menyurutkan semangat Asya yang ingin sekali tahu keberadaan ibunya, kalau masih hidup bisa tahu dimana tempat tinggalnya dan jikapun sudah meninggal bisa tahu dimana kuburnya. KTP tersebut ku foto dengan menggunakan hp. Foto KTP itu ku share pada uthi agar di masukkan dalam tulisannya.

Pada hari berikutnya, uthi menyampaikan sebuah kabar gembira. Ada seseorang kolega dari uthi yang tersentuh hatinya saat membaca tulisan uthi dan bersedia menjadi donatur bagi Asya dan temannya yang saat itu menunggak uang komite selama beberapa bulan disebabkan faktor ekonomi keluarga. Alhamdulillah, Allah langsung memberikan pertolongan melalui tangan-tangan orang baik dan berhati mulia. Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal. Sementara kolega yang ada di batam menyampaikan bahwa ia ada melihat orang yang mirip dengan ibu Asya. Akan tetapi, setelah di selidiki ternyata bukan ibu Asya. Satu masalah sudah terselesaikan, tinggal masalah Asya yang belum menemukan titik terang. Tapi yakinkah anakku, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semoga Allah mengirimkan bala bantuanNya melalui orang-orang baik di luar sana. Usaha tidak pernah mengingkari hasil. Jangan putus berdoa dan tetap giat belajar, agar kelak kau dapat menggapai cita-cita dan mengangkat derajat keluargamu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post