JERITAN PILU GURU HONORER
JERITAN PILU GURU HONORER
Oleh : Ade Putra, S.Pd
Harus menulis dari mana, ibarat benang kusut, jika ingin membahas tentang guru honorer. Belum ada yang mampu menyelesaikan persoalan guru honorer ini. Puluhan tahun mengabdi, statusnya masih anak tiri, bahkan tidak dianggap sama sekali.
Berbicara tentang guru honorer, hal utama yang disorot adalah penghasilan. Sudah 76 tahun Indonesia merdeka, namun gaji guru honorer jauh dari kata layak. Bahkan gaji Asisten rumah tangga saja, lebih tinggi dari gaji guru honorer. Padahal, tugas dan tanggung jawab sama, jam kerja sama, tetapi mengapa penghasilan mereka dimarginalkan?.
Persoalan gaji tidak dapat dipungkiri, guru honorer diupah Rp.300.000 - Rp500. 000 tiap bulan. Itupun dibayar tiga bulan sekali, jika dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bisa dicairkan. Gaji sebanyak itu mana cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ditengah bahan-bahan pokok yang terus merangkak naik. Bukannya mereka tak bersyukur, tetapi realitas begitu adanya, gaji yang sangat jauh dari kata layak. Kemana guru honorer akan mengadu?.
Guru honorer bukan berarti tidak punya kompetensi dalam test CPNS, malahan nilai test mereka memenuhi passing grade yang telah ditetapkan. Hanya nasib dan keberuntungan yang belum berpihak lantaran harus bersaing dengan banyak kandidat. Kata sabar adalah obat yang paling manjur bagi ribuan guru honorer di Indonesia.
Tahun ini pemerintah berencana merekrut guru dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Saat informasi ini disampaikan, ibarat angin segar bagi guru honorer, tetapi ada syarat yang harus mereka lengkapi. Seperti harus lulus passing Grade yang telah ditetapkan. Hal ini tentu menjadi momok yang menakutkan bagi guru honorer yang rata-rata umur mereka diatas 35 tahun.
Menjerit pilu, setiap penerimaan CPNS, selalu ada penerimaan khusus untuk atlet-atlet berprestasi, baik prestasi secara nasional maupun internasional. Hal ini tentu menjadi kebanggan bagi mereka karena jasa –jasa mereka sangat dihargai oleh pemerintah dan mereka tidak terlalu bersaing dengan ribuan pelamar lainya. Yang menjadi persoalan , mengapa penerimaan CPNS jalur prestasi hanya diperuntukkan untuk olahraga saja, sedangkan jalur prestasi yang lain tidak ada penerimaan seperti seni budaya, bidang pendidikan maupun bidang agama. Rasanya tidak adil jika pemerintah hanya menghargai para atlet saja.
Menjerit pilu, menjelang Hari Raya Idul Fitri. Guru honorer hanya bisa menyaksikan euforia guru-guru PNS mendapat Tunjangan Hari Raya yang jumlahnya satu bulan gaji. Guru honorer belum tahu kapan bisa mendapatkan THR. Mereka Hanya bergumam dalam hati, tanpa satupun orang yang tahu, betapa pilu hatinya, bak teriris sembilu. Setiap menyongsong tahun ajaran baru dalam dunia pendidikan, gelak tawa guru PNS terpancar. Gaji ke-13 masuk ke rekening mereka. Setidaknya bisa digunakan untuk keperluan sekolah anak-anak. Guru honorer lagi-lagi menelan air ludah, ketika berita pencairan gaji ke-13 itu diumumkan.
Dilihat dari segi tuntutan dan tanggung jawab, guru honorer sama dengan guru yang berstatus PNS. Mereka mengajar seperti guru PNS ,membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran. Mereka juga dituntut untuk profesional dalam mendidik dan mengajar peserta didiknya. Yang membedakan guru honorer dengan guru PNS adalah, guru honorer belum mendapat gaji tetap dari pemerintah, jaminan kesehatan, jaminan hari tua, di mana mereka belum mendapatkan itu semua. Guru honorer hanya mendapat gaji dari komite masing-masing sekolah tempat dia mengabdi. Itupun pembayarannya dicicil. Jaminan kesehatan dan jaminan hari tua entah dimana rimbanya.
Tahun 2020, disaat wabah Covid-19 menyerang, pernah satu kali guru honorer mendapat Bantuan Subsidi Upah. Setidaknya bisa meringankan beban mereka, disela ekonomi yang sangat melemah. Tapi sayang di tahun 2021, Bantuan Subsidi Upah bagi guru honorer belum ada kabar. Begitu juga dengan Tunjangan Fungsional Guru (TFG) bagi guru Non-PNS di Kementerian Agama, sampai saat ini belum ada tanda-tanda pencairan.
Padahal tunjangan senilai Rp.250.000 per bulan itu sangat diharapkan oleh semua guru honorer. Sedangkan, kebutuhan mereka terus bertambah, karena mereka diharuskan datang ke sekolah, membuat materi untuk pembelajaran daring, yang semuanya membutuhkan ongkos kuota. Sedangkan, untuk membeli kuota mereka harus hutang sana sini.
Memang belum ada undang-undang yang mengatur berapa gaji yang layak buat guru honorer. Tetapi setidaknya pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan guru honorer. Jangan fokus kepada PNS, yang setiap tahun ada kenaikan gaji hampir 10%. Menarik sekali bagi penulis salah satu spanduk yang ditulis oleh Forum Guru Honorer (FGH) se-Jawa Barat yang berunjuk rasa didepan gedung sate 10 tahun silam. Mereka menuntut agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan para guru honorer, memeroleh kesempatan menjadi guru PNS, dan kemudahan akses pembiayaan bagi putra-putri guru honorer. Spanduk itu bertuliskan:
Hymne Guru Honorer
Terpuruklah wahai engkau, Ibuk bapak guru, Gajimu takkan menanggung hidupmu, Dalam hari-harimu, Semua baktimu takkan terpikir, Oleh pemerintahmu, Sebagai pengabdi trima gajimu, Tak cukup seminggu, Engkau tak pernah pelitnya, Dalam dunia pendidikan, Engkau patriot pahlawan bangsa, Tanpa imbalan jasa
Di harapkan kepada pemerintah, karena masih dalam suasana kemerdekaan bangsa Indonesia, sudah seharusnya status guru honorer menjadi prioritas utama. Hargailah pengabdian mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun, dengan gaji yang layak. Kumpulkan semua portofolio yang mereka miliki, dinilai dengan baik, terus ambil kebijakan untuk mengangkat status mereka menjadi PNS. Guru honorer harus merdeka dari jasa mereka dengan mencerdaskan anak bangsa.
Di akhir tulisan ini, berikut saya tuliskan beberapa pantun berkait tentang kemerdekan Indonesia.
Hijau daun buah semangka
Pakai penyangga pohon akasia
76 Tahun Indonesia Merdeka
Saya Bangga saya Indonesia
**
Pakai penyangga pohon akasia
Pancaran surya berwarna jingga
Saya bangga saya Indonesia
Beragam budaya harus dijaga
**
Pancaran surya berwarna jingga
Menyulam katun tertawa bahagia
Beragam budaya harus dijaga
Mari berpantun untuk Indonesia
**
Menyulam katun tertawa bahagia
Pakai lentera agar bercahaya
Mari berpantun untuk Indonesia
Agar nusantara tetap berjaya
**
Pakai lentera agar bercahaya
Santun berbudi orang Indonesia
Agar nusantara tetap berjaya
Pantun menjadi warisan dunia
**
Santun berbudi orang Indonesia
Guru mencerdaskan anak bangsa
Pantun menjadi warisan dunia
Menjadi tuntutan bagi semua
**
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar