Ade Putra

Guru MTsN Dharmasraya. Prestasi adalah " Apa yang bisa kita lakukan, sementara orang lain tidak bisa melakukannya"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menolong bukanlah sebuah pekerjaan

Menolong bukanlah sebuah pekerjaan

Menolong bukanlah sebuah pekerjaan

( Tantangan menulis hari ke - 27 )

#TantanganGurusiana

Judul diatas saya kutip dari " Resonansi Jiwa ". Semua kita pasti sudah pernah mendengarkannya. Kisah ini dimulai dari seorang wanita paruh baya, terjebak dalam dinginnya malam, ketika mobil yang dikemudikannya mengalami kerusakan. Rasa takut pada gelapnya malam, menghantui perasaan wanita tersebut.

Selang beberapa waktu, lewat pemuda dan ingin menawarkan bantuan kepada wanita tersebut. Perasaan tidak enak, cemas, takut pemuda itu bukan orang baik - baik. Namun karena tidak ada yang dimintai pertolongan di tempat itu, wanita tersebut mempersilakan pemuda untuk memberikan bantuan, memeriksa mobil yang mengalami kerusakan.

Pemuda itu langsung masuk kebawah kolong mobil, berusaha memperbaiki. Beberapa menit kemudian, dengan wajah yang penuh noda, pemuda tersebut keluar dari kolong, dan meminta wanita paruh baya itu, menghidupkan mobilnya.

Alhamdulillah, mobil tersebut kembali menyala.

" saya tidak cukup mengucapkan terima kasih kepada anda, berapapun biaya yang anda minta, pasti akan saya bayar ". Ucap wanita tersebut.

" Ah..sudahlah buk, tidak apa - apa, kebetulan tadi saya lewat sini, dan melihat ibuk yang membutuhkan pertolongan. Lagian menolong bukanlah suatu pekerjaan ". Jawab pemuda itu sambil tersenyum.

" Tapi apa yang bisa saya berikan kepada anda, untuk membalas kebaikan atas jasa anda ini "

" Jika ibuk ingin membalas jasa saya, pada saat ibuk melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, maka tolonglah orang tersebut " jawab pemuda itu.

Mendengar ucapan pemuda tersebut, wanita paruh baya itu pergi dan berlalu dari pandangan. Beberapa mil berkendara, wanita itu singgah di sebuah cafe hanya sekedar istirahat dan makan malam. Sambil menunggu pesanan, wanita itu melihat pelayan yang melayani dalam kondisi hamil tua.

Setelah selesai makan, dan membayar kepada kasir, wanita itu berlalu secara diam - diam. Saat pelayan ingin membersihkan meja tempat wanita itu makan, dia melihat sebuah tulisan dan beberapa lembar uang. Tulisan itu berbunyi " tadi ada pemuda yang menolong saya, untuk itu saya juga mau menolong kamu. Terimalah beberapa lembar uang ini, untuk menanti kelahiran buah hatimu "

Pelayan tersebut meneteskan air mata, dan sesampainya di rumah, dia pun melihat suaminya yang sedang tertidur pulas.

Ternyata, pemuda yang menolong wanita paruh baya tersebut adalah suami dari pelayan yang sedang hamil tua di sebuah cafe tempat wanita itu makan.

Dari kisah ini dapat kita mengambil sebuah pelajaran. Selama ini mungkin kita pernah mengalami kejadian serupa. Tetapi kebalikannya. Ketika ada teman yang mau meminta pertolongan, agar membuatkan surat izin, atau mengentri data, mengupload foto, atau meminta pertolongan yang lain. Padahal kegiatan tersebut tidaklah membutuhkan tenaga dan waktu yang lama.

Ternyata teman yang kita tolong tadi, memberikan sebuah imbalan sebagai ucapan terima kasih. Lantas, apakah kita kita mau menerimanya ? Walaupun mereka berkata, bahwa mereka ikhlas dengan itu semua.

Apakah dengan demikian, setiap orang yang kita tolong, ataupun meminta pertolongan harus dibubuhi dengan sebuah imbalan?.

Jika hal ini kita pertahankan, tentu akan berdampak pada karakter kita semua. Budaya hidup tolong menolong, budaya saling mengasihi, sebagai makhluk sosial tentu berfungsi lagi.

Karena setiap kita menolong dan di tolong selalu diberikan upah.

Saya pernah menolong orang mengantarkan dia pulang ke kontrakannya, kebetulan dia punya anak kecil. Sampainya di rumah, dia memberi saya uang, dengan sopan saya menolaknya. Bahwa saya menolong dia ikhlas.

Ada juga teman - teman yang minta pertolongan saya, memasukkan data online, kebetulan saya tidak terlalu sibuk. Namun teman tersebut membelikan saya minuman. Lantas saya tidak mengambil minuman tersebut, karena saya membawa air minum dr rumah. Saya berfikir bahwa menolong sedikit ini saja, belum pantas rasanya kita menerima upah. Walaupun itu hanya sebotol minuman.

Saya selalu teringat dengan kisah " Resonansi Jiwa " ini, bahwa menolong bukanlah sebuah pekerjaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post