Adi Ciputra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Perjalanan Hidup

Perjalanan Hidup

Perjalanan Hidup

Mungkin terlalu dini jika saya menceritakan akanmasalah hidup ini, namun tak ada salahya jika saya mencari akan arti hidup ini, dan mencari tau tujuan saya dilahiran kedunia. Karena manusia selalu ada rasa ingin tahu apa yang tidak diketahuinya, atau istilah anak-anak jaman sekarang “Kepo”.

Dahulu sewaktu saya kecil, saya selalu takut akan namanya kematian. Ada seribu pertanyaan di pikiran saya apa benar tentang adanya kematian, apakah manusia semua akan mati, dan bisakah kita berlari untuk menghindari kematian tersebut. Sewaktu kecil setiap saya mendengar akan suara petir dan hujan badai yang besar saya selalu menangis. Satu-satunya pikiran yang ada di otak saya waktu itu adalah apakah ini sudah saatnya kiamat (akhir jaman).Asumsi tersebut selalu berada di otak saya dan membuat saya ketakutan.

Salah satu factor yang membuat saya takut akan kematian adalah, saya takut kehilangan anggota keluarga saya, ketakutan tidak bisa bertemu keluarga lagi di kehidupan yang lain menjadi ketakutan yang amat besar. Mungkin waktu kecil saya salah satu anak tercengeng dari saudara-saudaraku yang lain, namun saya sangat menyayangi semua anggota keluarga saya.

Saya anak ke 2 dari 3 bersaudara, mungkin ayah dan Ibuku merupakan orang tua terhebat di dunia ini.Keluarga kami sangat harmonis, namun semua keluarga pasti ada masalah yang datang, setiap ada masalah keluarga kami selalu bisa menyelesaikannya dengan baik. Mungkin masalah yang sudah saya rasakan belum ada apa-apanya dengan apa yang dirasakan kedua orang tuaku.

Ayahku termasuk keturunan dari keluarga yang bisa di bilang kaya.Dan ibuku berasal dari keluarga yang kurang mampu.Namun cinta memang tak memandang kasta, kelas, ras, dll.Ketika ayah dan ibuku menikah dan membentuk sebuah keluarga, mereka memulai kehidupan baru dari titik nol. Perjuangan hidup mereka untuk membentuk suatu keluarga yang harmonis sangat dramatis menurut saya.Namun itulah hidup selalu ada lika liku kehidupan, tidak selamanya menemui jalan lurus, terkadang kita dihadapkan pada dua pilihan atau lebih untuk melanjutkan perjalanan.

Hingga ayah dan ibuku mempunya 3 anak, keadaan keluarga kami sangat sulit.Masih sangat teringat di pikiranku kejadian dimana keadaan keluarga kami sangat krisis, sampai-sampai untuk makan kami hanya bisa menikmati perpaduan nasi dengan garam saja.

Sempat aku menyesali mengapa aku dilahirkan di keluarga seperti ini, dan aku berfikir mengapa hidup ini tidak bisa memilih, andai aku bisa memilih, akuakan memilih untuk dilahirkan di keluarga yang kaya raya, namun semua itu hanya sebuah khayalan belaka.

Saat aku duduk di bangku 4 SD keluarga kami terkena musibah, saat itu ayah saya jatuh sakit, hampir setahun ayah saya sakit dan telah mencoba berbagai macam pengobatan, namun tidak menemukan titik terang.Hingga timbul desas desus dari orang kalau ayahku di guna-guna, apapun itu aku dan keluargaku ingin agar ayahku di sembuhkan dari penyakitnya.

Setelah hampir setahun ayahku jatuh sakit, dan pada akhirnya beliau di panggil oleh yang Maha Kuasa.Keadaan saat itu, di rumah hanya ada saya dan ibuku, kakak dan adikku sedang sekolah, hanya ada tetangga-tetangga yang membantu. Airmatapun jatuh dari seorang ibuku dengan sangat histeris, pikiran saya saat itu masih pendek, namun saya tahu kalau saya akan kehilangan ayah saya selamanya, dan tangispun takkan bisa tertahankan. Sampai mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, tangis dari seorang ibuku dan keluarga tak terhenti-henti.

Setelah meninggalnya ayah saya, kehidupan keluarga sayapun berubah derastis, ibu saya merangkap dua jabatan dalam keluarga ini, yang pertama sebagai ibu rumah tangga, dan kedua sebagai tulang punggung keluarga yang harus menopang kehidupan keluarga ini. Demi menyekolahan ketiga anaknya, beliau rela bekerja banting tulang, siang dan malam, tanpa henti demi kelancaran sekolah kami. Dari menjadi kuli cuci pakaian, pembantu rumah tangga, berjualan, dll.

Seiring waktu berjalan kami tumbuh dewasa, kaka saya sudah menyelesaikan sekolah menengah kejuruannya, dan mulai bekerja membantu mencari nafkah keluarga.Dan sayapun masuk SMA.Bukan hanya umur yang bertambah, namun pengalaman, wawasan, dan kedewasaanpun bertambah.Dari sini saya sudah mulai berfikir, posisi saya dalam keluarga ini.Dengan meninggalnya ayah saya, otomatis lelaki tertua dalam keluarga ini adalah saya sendiri, dan secara tidak langsung saya harus mampu menggantikan peranan kepala keluarga di sini, dalam artian menjaga keutuhan keluarga ini. Namun saya ingin meringankan beban yang tertancap di pundak ibu saya, entah bagaimana caranya saya harus mampu membiayai kebutuhan hidup saya sendiri, lalu saya mulai mencari duit demi kebutuhan sehari-hari saya, dari menjadi tukang parkir di masjid, mengamen, dan pekerjaan lainnya, dan yang terpenting saya memperoleh rezei yang halal.

Setelah kakaku lulus dari sekolah menengah kejuruannya, beban ibuku sedikit terbantu, kakaku langsung bekerja di salah satu hotel ternama di Jakarta. Dan ikut membantu membiayai kebutuhan keluarga dan adik-adinya yang masih bersekolah.

Tak terasa sedikit lagi saya akan melepas seragam putih abu-abu, banyak rencana yang sudah saya pikirkan setelah saya lulus SMA. Salah satunya saya ingin langsung bekerja dan membiarkan ibuku untuk beristirahat dan menikmati masa tuanya. Namun takdir berbicara lain.

Saya sejak SD bersekolah dibantu dari yayasan sampai SMA, ya walaupun tidak seberapa dalam membantu, namun itu sangat membantu saya dalam bersekolah. Dan salah satu kaka yayasan yang bernama Rizki berbicara kepada saya, menanyakan mau kemana saya setelah lulus SMA.? Dengan tegas saya menjawab, saya ingin langsung bekerja, entah apa pekerjaannya, yang terpenting saya dapa meringankan beban orang tuaku. Namun ka Rizki berbicara lagi kepadaku, “lalu pekerjaan apa yang akan kau dapatkan denga tamatan SMA.?OB, itupun kalo dapet, kalo tidak. Lebih baik kau meneruskan sekolahmu kejenjang yang lebih tinggi, dengan kuliah hidupmu dimasa depan akan lebih terjamin. Tak usah kau memikirkan biaya, masalah biaya nanti yayasan yang akan mengurus.” Lalu saya terdiam dan berfikir.Dan ka Rizkipun memberi saya waktu untuk berfikir.

Saya langsung membicarakan hal ini kepada ibuku. Memepertimbangkan apa yang terbaik unukku dan keluarga ku. Lalu ibuku pun setuju untuk melanjutkan pendidikan ku ke jenjang yan lebih tinggi.Namun di dalam hatiku masi ada gejolak untu menerimanya, namun saya berfikir idak ada salahnya untuk dicoba.

Lalu saya ikutlah ujian masuk perguruan tinggi negeri, tanpa persiapan apapun, saya mengikuti ujian tersebut.Sambil menunggu hasilnya, saya selalu berdoa kepada Allah untuk memeberian yang terbaik untukku.Lalu saat-saat pengumuman ujianpun datang, apapun hasilnya, saya tau itulah yang terbaik yang di berikan oleh Allah kepada saya.Dan hasilnyapun tak disangka saya diterima di Universitas Negeri Jakarta dan saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Entah perasaan apa yang saya rasakan setelah mengetahui hasil tersebut, bangga, senang, sedih, tidak percaya, semua menjadi satu. Entah apa yang direncanakan oleh Allah kepada saya. Namun sebesar apapun rencana kita, rencana Allah lebih hebat dan besar dari apapun.

Entah apa jadi kedepannya, saya hanya bisa menerima, mulai saat itu saya mulai sadar, dalam hidup ini jangan kau jadikan impianmu, tujuanmu, atau rencanamu menjadi sebuah acuan, karena itu akan menjadikan sebuah ambisi yang meracunimu. Saya tidak tau apa yang akan terjadi di sana, namun yang saya tau terus jalani hidup yang kita hadapi sekarang dengan sepenuh hati, apapun yang kita hadapi saat ini, itu akan mempengaruhi apa yang kita dapatkan dikemudian hari.

Setelah saya diterima di Universitas, otomatis rencana awal saya tidak terealisasikan, entah apa perasaan ibuku dan keluargaku mendengar saya diterima di Universitas Negeri, namun saya tidak akan menyianyiakan kesempatan ini, saya telah mengalahkan beratus-ratus mungkin beribu-ribu orang untuk masuk ke Universitas ini.

Sampai saat ini saya masih menuntut ilmu di bangku kuliah, tentu saja ada sedikit rasa iri melihat teman-teman SMAku sudah mulai melangkah kedepan mencari rezeki untuk masa depan, dan saya masih disini berdiam diri, namun saya tau berdiam diri saya adalah sedang mengambil ancang-ancang untuk berlari sekencang-kencangnya kedepan, saya yakin itu. Dan sampai saat ini pertanyaanku sewaktu kecil, tentang apa tujuannya saya dilahirkan di dunia ini belum saya temukan jawabannya. Namun yang saat ini saya tau adalah seiap manusia sudah dituliskan takdirnya dalam kehidupan sewaktu masih didalam Rahim, tinggal bagaimana kita mampu menjalani hidup ini dengan sepenuh hati, kearah yang lebih baik. Dan mungkin tujuan saya dilahirkan di dunia ini, dalam keluarga ini, menjadi anak kedua dari tiga bersaudara, diberi nama oleh orang tuaku dengan nama Adi Ciputra, saya yakin akan mampu mengubah diri saya sendiri ke arah yang lebih baik, membawa keluarga ini kekehidupan yang lebih baik, hanya itu yang saya tau saat ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi pengalaman tidak terlupakan. Sepertinya saya pernah membaca kisah ini ya. atau hanya mirip ya.

06 Aug
Balas

boleh kasih link nya pak tulisan yang sepertinya hampir sama dengan ini? sebab ini tulisan yang sudah lama yang saya posting di blog pribadi saya, semasa kuliah.

06 Aug

Romantika hayat.. Unik dan menarik. Sebagai uji diri tuk tentukan kualitas hidup.

06 Aug
Balas

sabar dan iklas adalah senjata ampuh menjalani kehidupan. janji tuhan ''dibalik satu kesulitan terbuka banyak kemudahan''

06 Aug
Balas

Perjalanan yang mengharukan dan kamu cukup tegar melaluinya dengan takdirmu. Kalau boleh saran, ledih dekat pada perkumpulan ilmu Allah. Belajarlah. Belajar jangan mengajar. Belajar dan ambil ilmunya, ambil dan simpan untuk bekal. Belajar dan terus belajar.

06 Aug
Balas



search

New Post