Adi Faridh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ke Sekolah Kita Kan Kembali

Ke Sekolah Kita Kan Kembali

Ke Sekolah Kita kan Kembali

Oleh

Adi Faridh*)

Ikhtiar dan doa sudah kita tempuh agar wabah corona ini segera terputus mata rantai penyebarannya. Senjakala pandemi semoga akan segera berakhir seiring melandainya grafik paparan positif infeksi di berbagai negara belahan dunia. Senjakala pagebluk akan terbenam terganti fajar harapan yang akan menyingsingkan kehidupan normal baru.

Kembali ke kehidupan yang tak berjarak sosial dan fisik menjadi harapan kita. Sudah terlampau jenuh kita menempuh pola kerja dan belajar dari rumah. Berjumpa dengan relasi dan belajar di sekolah kembali adalah kepingan semangat yang ingin segera termanifestasi.

Ke sekolah kita kan kembali. Duduk berderet rapi presensi pagi hari. Bapak dan ibu guru tersenyum menyapa dan saling berucap salam. berlanjut dengan doa keselamatan dan keberkahan atas luasnya ilmu yang akan kami tampung dari curahan yang dipanjatkan orang tua, guru, dan teman kita.

Pelajaran dan pengetahuan kita baca, dengar, resapi, dan praktikkan. Tentu saja dengan bimbingan bapak dan ibu guru yang asih mengasah dan mengasuh para muridnya. Ada tanya jawab, diskusi, dan presentasi dalam kegotongroyongan pembelajaran.

Betapa kebersamaan dalam pembelajaran itu sudah hampir dua bulan ini tak lagi kami rasakan. Wabah corona merentang jarak keakraban kita, sehingga belajar tak lagi di sekolah tapi terganti dengan pembelajaran jarak jauh. Moda dalam jaringan (daring) istilah padanannya online.

Tentu saja darurat pembelajaran daring ini tak dapat menggantikan belajar di kelas yang nyata. Banyak keterbatasan yang merintangi. Bagi sebagian kita yang gagap teknologi mengharuskan adaptasi bagaimana memanfaatkan piranti TIK. Guru dan siswa terkadang berada pada kondisi yang sama, kesulitan berteknologi. Ini perlu ditelisik solusinya.

Belum lagi persoalan biaya. Berdaring membutuhkan internet. Jaringan internet tak berkualitas sama antar wilayah. Ada yang lemot dan belum lagi saluran listrik di desa sering byar pet. Harga kuota jelas bikin permasalahan tambahan. Apalagi yang platform pembelajarannya berbasis audio visual, Streaming, dan mengunduh serta mengunggah video.

Bosan jelas menjadi persoalan berikutnya. Apalagi ditimpali pembelajaran yang miskin strategi, kehabisan metode, dan sedikit improvisasi. Jadilah pembelajaran daring yang kering tak menyegarkan.

Ke sekolah kita kan kembali, itu harapan yang selalu kita doakan menjelma kenyataan. Kita sudah kangen sudut kantin sekolah tempat kita menikmati aneka kuliner di saat bel istirahat berdentang. Kita juga rindu rak-rak buku perpustakaan yang menjadi jendela mengintip dunia dan luasnya semesta.

Setiap orang memang bisa menjadi guru, setiap rumah memang sejatinya adalah sekolah. Tetapi di sekolah kita bisa menyempurnakan belajar untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.

Bukankah dalam konsep Ki Hajar Dewantara, sekolah itu ibarat taman? Tempat bertumbuh dan bermekarannya bunga bangsa, bermain dan belajar yang menyenangkan. Belajar agar dapat memanusiakan manusia dan memerdekakan manusia.

Ya, pandemi ini akan berakhir dan Allah SWT mengabulkan doa kita: ke sekolah kita kan kembali.

*) Guru SMAN 1 Karangbinangun Lamongan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post