Adilla Putri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Filosofi Lemang

Filosofi Lemang

Tebing Tinggi adalah kota lemang. Begitulah kira-kira gambaran yang akan diingat oleh para pendatang ke kota kecil yang terletak antara Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Batu Bara ini. Lemang banyak ditemukan di beberapa daerah seperti di tanah Batak (yang disebut masyarakat dengan istillah Lomang), di ranah Minang (yang disebut lamang), atau di tanah melayu (lemang) termasuk kota Tebing Tinggi. Kenapa Tebing Tinggi bisa dikenal sebagai kota lemang, padahal lemang tidak hanya berada di kota ini saja? Tebing Tinggi dikenal sebagai kota lemang karena produksi lemang tidak pernah berhenti setiap hari dan menjadi salah satu makanan yang dapat dijadikan oleh-oleh bagi pendatang yang mampir ke kota Tebing Tinggi. Beberapa sumber tulisan mengatakan bahwa lemang adalah makanan asli dari Minangkabau. Tetapi sebenarnya belum ada satu daerah pun yang mengklaim lemang adalah makanan asli dari suatu daerah tertentu. Bagaimana pun kisahnya, lemang adalah salah satu makanan yang lezat di makan bersama keluarga baik saat mengadakan acara, merayakan hari raya maupun disaat santai bersama keluarga.

Umumnya, masayarakat mengetahui lemang sebagai salah satu makanan yang terbuat dari beras ketan putih. Padahal jika membaca hikayat tentang asal-usul lemang, maka kita akan menemukan makna lemang yaitu metode memasak beras menjadi nasi dengan menggunakan wadah bambu yang di dalamnya dilapisi daun pisang. Beras yang sudah menjadi nasi dengan metode bambu inilah yang selanjutnya disebut lemang.

Berbicara tentang lemang, ada filosofi yang menarik yang bisa kita petik hikmahnya. Memasak lemang membutuhkan waktu dan proses yang tidak instan. Beras ketan harus dicuci bersih, diberi bumbu, lalu dimasukkan ke dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang untuk kemudian dibakar dengan cara dijejerkan secara miring dalam waktu berjam-jam agar menghasilkan kudapan yang nikmat dan istimewa. Begitu juga hidup manusia. Untuk menjadi orang yang bahagia dan dianggap eksistensinya, kita butuh waktu dan proses yang tidak mudah dan tidak sebentar. Kita harus belajar, mencoba, jatuh bangun, berkumpul bersama teman-teman yang mau berjuang, bahu-membahu, saling membantu yang tidak jarang meneteskan air mata. Semua itu mengajarkan kita bahwa menjadi manusia bahagia tidak didasarkan pada kata-kata, tetapi juga pengorbanan yang nyata.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post