ADRIANUS YUDI ARYANTO

Adrianus Yudi Aryanto, kelahiran 49 tahun yang lalu ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ini Curhatanku, Mas Nadiem
Sketsa dari FB

Ini Curhatanku, Mas Nadiem

Ini Curhatanku, Mas Nadiem

Masih melekat kuat hingga kini betapa sakitnya ditekek (dijitak) kepalaku saat disuruh ke depan oleh guru matematikaku yang sekaligus wali kelasku. Saat itu aku masih kelas 5 SD. Penyebabnya satu, aku tidak bisa mengerjakan PR matematika. Sungguh apes memang. Sudah sakit diminta berdiri di sudut kelas pula. Sudah sakit ditambah malu lagi.

Ah, sudahlah. Tidak usah diungkit kembali. Mungkin sudah bagian dari masa lalu. Meskipun masih membekas.

Mas Nadiem,

Yang mau kusampaikan sebenarnya betapa kerasnya pendidikan yang kualami saat itu. Ada yang mengatakan bahwa pola pendidikan saat itu memang benar-benar menggembleng mental kami. Bila tidak mengalami tindak kekerasan (fisik) seperti waktu itu, pastilah tidak memperoleh pengalaman apa-apa.

Pola pendidikan dan pengajaran dari guru kami saat itu “otoriter”. Bahkan terkesan kaku, gurunya galak, “killer” dalam memberikan hukuman fisik. Berlari keliling halaman sekolah atau lapangan olahraga sebanyak 7 kali menjadi “menu” hampir setiap hari. Terbayang, kan tingkat kenakalan seperti apa anak sekolah saat itu?

Atau sebaliknya, dapat dibayangkan perlakuan guru terhadap siswa saat itu bila didapati siswa yang melanggar langsung dihukum. Bentuk hukumannya macam-macam tergantung jenis kesalahan. Misalnya, mistar kayu siap menempel dengan manis. Sebuah sapuan sayang “Plak” begitu terasa setelah mendarat di pantat.

Kesan bengis, “killer”, dan ringan tangan (suka memukul) pun langsung muncul. Seram, kan?

***

Lha, sekarang Mase? Siswaku makin berani kepada gurunya ketika dia dinasihati. Apa kata dunia? Tapi, tunggu dulu! Dunia yang mana? Karena dalam dunia pendidikan sekarang ini justru guru tidak “berkutik” dalam membentuk mereka (peserta didik). Bila berlaku kasar dalam memberikan ganjaran (hukuman), oknum guru bukannya dibela. Sebaliknya, siap dijerat dengan undang-undang perlindungan anak yang berlaku.

Sungguh kontras, kan? Potret pola pendidikan tempo dulu yang sampai kini tetap membekas dalam ingatan tidak bisa disamakan dengan kondisi kekinian. Generasi milenial (zaman now) tidak bisa menerima kekerasan fisik maupun mental sebagai bentuk hukuman. Guru dituntut kesabaran dalam level tingkat tinggi. Pokoknya jangan sampai terpancing untuk memukul. Bahkan, menyentuh pun tidak boleh.

Pola pendidikan kekinian menuntut guru selain sabar, juga harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran. Sudah waktunya guru mengikuti arus perkembangan zaman. Menjadi guru milenial yang diidolakan para siswanya. Dirindukan kehadirannya setiap hari di depan kelas. Tentu dengan mental baja. Siap menghadapi karakter siswanya yang akan dibentuknya.

Mase, apakah aku masih diharapkan oleh mereka? Kadang kala aku merasa tidak lagi dibutuhkan oleh muridku. Mereka toh sudah pintar dari gurunya. Mereka pintar mungkin karena sudah les privat sebelumnya. Segala mata pelajaran yang mereka ikuti setiap hari, sudah mereka pelajari sebelumnya. Tentulah yang dimaksud mata pelajaran di dalam benak mereka lebih penting dan berguna untuk mereka pelajari. Selain mata pelajaran yang dianggap favorit, mereka pandang sebelah mata.

Apa kata dunia? Dunia yang mana dulu, tentulah dunia yang dipandang mereka (peserta didik) sebagai dunia yang cocok untuk masa depannya. Sungguh ironis, bukan?

Ya sudahlah, Mase. Aku tak mengajar dulu. Semoga mereka masih membutuhkan aku di kelas dan dengan senang hati menyambutku.

Batununggal, 28 Oktober 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Byuuuh kok medhok men. Aku tak mengajar dulu. Kusuka gayamu. Mesraaaaah bingit

28 Oct
Balas

Matur nuwun, Bude.

29 Oct

hmmm ntahlah

31 Oct
Balas

Ohhh yesss esssiippps

31 Oct
Balas

Dijitak........kesannya jadi lebih paham dg psikis anak, jadi tak ingin diulang keanak........

31 Oct
Balas

Pak Yudi pernah dikotak juga? Hehehe.....

29 Oct
Balas

dijitak, ya maksudnya....sering hehehe.....

29 Oct

Mantap...

31 Oct
Balas



search

New Post