Melatih Kesabaran dan Ketelatenan Itu Perlu

Saya masih ingat ketika usia "mencoba-coba" anakku yang masih berusia, 4,5 tahun.

Dia mencoba "menumpahkan" segala imajinasi dalam pikiran pada dinding rumah kami. Sewaktu dia sudah mulai beraksi, saya pun memiliki sebuah strategi gar tembok rumah kami tidak terlihat kotor oleh "sapuan kreativitas"-nya. Saya langsung menempelkan karton manila yang cukup besar pada dinding atau tembok kala itu. Anggapan kami tepat, kreativitas tetap berjalan, tembok atau dinding kamar pun aman.

Cara jitu ini akhirnya ampuh. Anakku secara tidak langsung kami ajarkan bagaimana menyalurkan "hobinya" tanpa harus mengotori tembok. Dia waktu itu patuh pada imbauan kami. Meskipun waktu itu dia tidak bertanya secara langsung. Dia pun tidak protes, karena sebelumnya kami memberi tahu dengan bijak.

Sekarang anakku sudah duduk di kelas V SD. Ia masih tetap berkreasi melalui media buku gambar bila dia ingin menyalurkan hasrat melukisnya. Dia masih "leukeun" atau telaten dalam berkreasi dan merupa. Hasil kreasi sering kami puji. Meskipun dia sendiri kadang "leumpeung" saja, tidak merespon pujian kami. Hanya tersenyum simpul, penuh arti.

Rupanya pengalaman anak kami ini mengingatkanku akan kesabaran dan ketelatenan. Saat ini kami masih belajar dari sosok anak kami. Dia mampu diam. Tetap menulis dan menggambar. Dia ciptakan kreasi tanpa mau dipuji. Entah dia malu atau segan untuk mengungkap. Tapi dia tetap lakukan hobinya itu sampai saat ini.

Kami belajar dari anak kami ini. Kesabaran dan ketelatenan sebenarnya sangat diperlukan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Di dalam keadaan lelah sekalipun, dua hal itu harus tetap dipertahankan. Pertanyaannya sekarang, mampukah kita bisa tetap (lebih) sabar dan telaten di dalam menjalani rutinitas sehari-hari?

Batununggal Indah,

04/12/2017