TERIMA KASIH SAHABAT
Sejak awal belajar di SMP, aku tidak begitu pandai dalam bergaul dengan teman - teman. Sehingga mengakibatkan aku tidak mempunyai banyak teman. Aku hanya memiliki teman satu atau dua orang saja. Itupun teman satu sekolah waktu di SD. Mereka adalah Tito dan Doni. Kami sering bermain bersama baik di sekolah maupun ketika berada di rumah. Karena rumah kami letaknya tidak terlalu berjauhan.
Tito sering tidak masuk kelas. Kadang dia masuk kelas hanya pada jam pertama sampai jam istirahat, setelah itu dia pergi ke tempat lain. Kadang sudah duluan sampai di rumah. Ia tidak menyukai pelajaran Matematika dan bahasa Indonesia. Pelajaran yang disukainya adalah pelajaran Penjas karena sering ada praktik lapangan di sekolah.
Lain lagi halnya dengan Doni. Ia sering terlambat ke sekolah, suka mengajak teman teman untuk tidak masuk kelas dan berkumpul di sebuah kedai yang berada tak jauh di belakang sekolah. Doni sering tidak membawa buku dan jarang mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru.
Ketika berada di kelas, aku, Tito dan Doni duduk di barisan paling belakang. Kami bertiga pada saat ulangan harian sering mencontek satu sama lain. Kadang Doni mencotoh jawabanku atau sebaliknya.
Suatu hari kami mendapat hukuman dari wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, karena tidak ikut dalam kegiatan upacara bendera pada senin pagi. Semua siswa yang tidak ikut disuruh untuk berkumpul di halaman sekolah untuk melaksanakan upacara bendera kembali sebagai hukumannya.
Dalam pelaksanaannya, aku disuruh oleh kepala sekolah sebagai pembina upacara dan Tito sebagai komandan upacara. Sementara Doni sebagai penggerek bendera bersama dua orang lainnya. Tiba saat giliranku menyampaikan amanat sebagai pembina. Ketika itu aku kebingungan apa yang harus aku ucapkan kepada semua teman. Akhirnya aku menyampaikan hanyalah satu pesan yaitu agar tidak mengulangi perbuatan yang melanggar peraturan sekolah lagi. Pada saat itu siswa yang tidak ikut berjumlah sekitar dua puluh lima orang. Hukuman itu membuat kami takut, sehingga kami selalu mengikuti upacara bendera.
Suatu hari terjadi kesalah pahaman diantara kami bertiga. Tampaknya Tito sangat kesal pada ku, dia sengaja menjauh dari ku ketika jam istirahat, itu disebabkan atas kejadian minggu lalu karena aku tak mau meminjamkan uang padanya. Sedangkan Doni juga kurang senang pada ku karena kemaren aku menolak ajakan dia untuk pulang cepat setelah jam istirahat. Aku takut ibuku akan memarahi ku lagi kerena sudah pernah mendapat surat panggilan dari sekolah.
Pada hari selanjutnya mereka berdua sepakat menjauhi ku dan memusuhiku bahkan mengusir ku untuk tidak dekat mereka lagi. Sampai sampai mereka juga menyembunyikan tempat duduk ku di kelas lain. Sehingga aku kehilangan tempat duduk. Pada saat itu kulihat ada meja dan kursi kosong di bagian paling depan, akan tetapi kursinya sudah reyot dan goyang. Dan disebelahnya adalah seorang siswa juara kelas, namanya Hilman. dia juara umum pada semester ganjil kemaren.
“Hilman boleh kah gue duduk di kursi ini ?” tanyaku.
“Oh, Boleh, silakan, tapi kursinya sudah reyot dan goyang, ” ujar nya.
“Tak apalah, yang penting gue bisa duduk” ucapku pada Hilman.
Hari itu aku duduk disamping Hilman. Tapi kursi yang reyot dan goyang membuat ku kurang nyaman dalam belajar. Pada esok harinya sebelum jam pelajaran dimulai, ku perbaiki kursiku. Ku pasak pakai paku, tapi karena tidak ada palu aku gunakan batu. Alhamdulillah kursi sudah kuat. Sehingga aku sudah nyaman belajar.
Sewaktu mencatat pelajaran, aku sering kena tegur, bahkan kursi ku pun sering di dorong oleh siswa yang duduk di belakang ku, mungkin karena tubuhku yang agak tinggi, duduk di bagian depan, membuat yang lain terganggu dalam mencatat pelajaran. Kadang kadang kepalaku sering kena lempar pakai kertas yang dibulat-bulatkan dari teman-teman yang duduk dibelakangku.
“Hei, awas kepala loe, tolong turunin dong” kata cewek yang duduk dibelakang, karena tubuh ku menghalangi pandangan siswa yang duduk dibelakang
Pada waktu ulangan harian sejarah , karena aku sebelumnya tidak mempunyai buku, karena malas mencatat pelajaran, dan tidak suka menghapal, ku coba meminta jawaban pada Hilman yang duduk disamping ku
“Hilman, lihat gue jawaban nomor satu ampae nomor lima dong?”
“Bentar gue belum selesai” ujarnya.
Waktu ulangan pun hampir habis. Hilman baru memberikan kertas jawabannya pada ku. Tapi belum sempat ku baca kertas pemberian Hilman, kertasnya sudah di ambil oleh buk guru. Aku kaget bukan kepalang, aku tak menyadari ternyata buk guru mengawasi ku dari tadi. Tapi karena buk guru baik hati, dia hanya mengambil kertas itu dan menegurku. Akupun berusaha kembali menyelesaikan ujian dari pada tidak sama sekali. akhirnya ku coba untuk membuat jawaban berdasarkan pikiran ku sendiri, dan dengan hati sedikit kesal ku selesaikan jawaban itu dan kemudian dengan terburu-buru mengumpulkan nya pada buk guru.
Sewaktu jam istirahat, ku dekati Hilman dan bertanya “ Hilman, loe bener nggak sih kasih contekan ama gue?”
“Emang kenape”? Ujar Hilman yang tampak keheranan
“Tulisan loe ngak jelas” kataku
Hilman diam saja, kemudian dia berkata, “bukannya gue tak mau, tapi kalau gue berikan contekan, berarti gue sudah menjerumuskan loe”
Pada malam hari, aku termenung lama, teringat perkataan Hilman. Disini aku baru tersadar, bahwa untuk mendapat nilai ujian yang bagus harus lebih giat belajar dan tak boleh bergantung pada orang lain.
Pada esok hari aku mengubah kebiasaanku dalam belajar. Ku mulai mengerjakan latihan sendiri, menguasai semua pelajaran dengan serius. Ternyata jika dihadapi dengan sungguh-sungguh aku yakin bisa meraih prestasi yang lebih baik. Alhamdulillah, aku bisa menyelesaikan nya dengan baik.
Akhirnya aku dan Hilman sering bersaing hasil nilai Ujian. Kadang aku dapat nilai seratus dan Hilman sembilan puluh lima, dan kadang sebaliknya. Kami sering mendapatkan pujian dari buk guru.
Doni dan Tito pun sudah mulai rajin belajar, mereka minta maaf pada ku dan mereka merasa sangat menyesal, karena telah memusuhi ku selama ini. kemudian Ku ajak mereka untuk belajar bersama baik disekolah maupun dirumah.
Aku tak mau menyesal dikemudian hari. Aku ingin cita-cita ku tercapai dan dapat membahagiakan hati kedua orang tua ku. Ini semua bisa terjadi karena dukungan dan nasehat dari seorang sahabat. Terima kasih sahabat.(*adw*)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar