A.Faizin

Nama ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cintaku Terukir di Jam Gadang Bagian #2

Cintaku Terukir di Jam Gadang

Bagian#2

“ Maaf, kalau saya lancang bertanya ” Kataku membuka pembicaraan.

Dia menganggukkan perlahan kepalanya, sambil melihat dengan sudut matanya.

“ Maaf..., ” Kataku mengulangi, kebodohanku muncul, seolah tidak ada kosa kata lain yang ku kuasai. Lalu kukuatkan kembali hatiku untuk berkata.

“ Saya melihat dari kejauhan, anda kelihatan bingung ? ” ku ubah tempat duduk ku lebih dekat, sambil menggaruk rambut kepalaku yang tidak gatal.

Dia tetap diam membisu, kepalanya menunduk sambil mengangkat kedua telapak tangannya untuk mengusap mukanya. Aku merasa dapat angin, ku rangkai kata untuk melanjutkan kata-kata.

“ Waktu aku dulu di pesantren, Kiaiku pernah berkata bahwa menolong sesama merupakan kewajiban sesama muslim. Nabi pun pernah menyelamatkan seekor hewan yang kehausan, yang bahkan bukan manusia” sampai disini, dia belum ada reaksi apapun.

Tiba-tiba seorang pedagang asongan lewat di depanku. Kubeli dua botol air minum kemasan. Kuserahkan sebotol untuknya, dia menjawab.

“ Maaf, saya sedang puasa Daud ”. Aku terpaku, mulutku menganga mukaku mendadak pucat menahan malu. Gadis belia ini rupanya seorang muslimah yang taat. Sedangkan aku, puasa ramadhan saja bolonh-bolong.

“ Memang betul ya, sifat air dimanapun dia berada selalu sama ”. Aku berkata sekenanya.

“ Maksud anda ? ” tiba-tiba dia menjawab sambil tetap menundukkan wajahnya. Saya tahu dia agak tersinggung dengan ucapanku, terlihat dari nadanya yang mulai meninggi.

“ Maksud saya ... anu ... ” aku gelagapan dan bingung untuk menjawabnya. Tiba-tiba aku ingat penjelasan guruku waktu belajar di madrasah ibtidaiyah dulu, tentang sifat-sifat air. Aku berusaha mengingatnya kembali.

“ Pertama, air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah ”

“ Ya, aku tahu” jawabnya ketus

“ Kedua, air selalu mengisi ruang yang kosong ”

“ Ya, aku juga tahu ” kali ini dia merasa muak dan dipermainkan. Tanpa menunggu ucapanku selanjutnya dia sudah nyerocos seperti knalpot bocor.

“ Aku juga tahu air juga dapat berubah bentuk, air meresap melalui celah-celah kecil, air mempunyai sifat kapilaritas, permukaan air selalu datar, air memiliki massa, air menempati ruang, air dapat melarutkan beberapa zat, dan ... ” kata-kata cepat tak terbendung.

“ Air menekan ke segala arah ” frasa terakhir ini kami ucapkan bersamaan.

Dia memandangku dengan tajam, dan ...

“ ha ...., ha ..., ha ...,” kami tertawa bersama. Suasana pun pecah.

Terdengar sayup-sayup suara adzan dikejauhan. Tiba-tiba dia merebut botol air kemasan, dan menenggaknya sampai habis. Aku hanya bisa melongo dan terbengong heran.

“ Nih, buang ke tempat sampah !” . Perintahnya.

Seperti kerbau di cucuk hidungnya, aku tegak berdiri dan bergegas membuang botol air kemasan di tong sampah tak jauh dari tempatku duduk.

Belum sempat aku duduk, dia sudah berkata :

“ Temani aku ke mushalla !”. Sambil pergi ngeloyor, pergi. Untuk yang kedua kalinya aku berjalan mengikutinya tanpa protes.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dapat lagi part 2

05 Feb
Balas

kok kayak cari umang umang

06 Feb

Suit...suit....mulai nakal kayaknya ya...Hehe...

03 Feb
Balas

Semangat menulis Romo....

03 Feb
Balas

Sampai di situ aja cerita nya rono???Hehhee....

04 Feb
Balas

to be continued

04 Feb

Nice mo....I Am waiting for it

05 Feb

iya ya..ha ha ha

03 Feb
Balas

Air juga bisa penyejuk hati yang galau

03 Feb
Balas



search

New Post