Air Mata Sofia
Berjalan naik ke tangga menuju ke lantai atas, saya melihat ibu Sofia melamun, tampak bersedih sambil melipat baju dari jemuran. Ibu Sofia adalah seorang wanita yang bekerja di rumah saya dan menemani si bungsu selama saya bekerja setiap harinya. "Apa yang sampeyan pikirkan mbak?"tanya ku sambil melirik kearahnya. Matanya merah dan dia pergi meninggalkan saya sambil menggelengkan kepala. Saya mendekatinya dan mulailah dia bercerita.
Awal masa pandemi bulan Maret kemarin, saat bapak menteri pendidikan memutuskan untuk pembelajaran siswa dari rumah melalui daring, merupakan awal dari kesedihan nya. Sofia sebagai seorang ibu dari satu anak yang suaminya penjual molen dan onde onde di salah satu lembaga pendidikan harus menerima kondisi pandemi dengan lapang dada. Menunggu berakhirnya masa pandemi suaminya berusaha membuka berjualan di tempat lain yaitu di pasar namun pada hari pertama berjualan jualannya tidak banyak yang laku dan sisa makanannya masih banyak sehingga rugi.
Setelah hari ketiga berjualan dan tidak ada perubahan dalam hasil jualannya, maka suami bu Sofia menghentikan usahanya untuk berjualan. Bercerita itu matanya menetes, tetapi saat saya liat dia mengusapnya dengan cepat. Saya berfikir dalam hati, ini adalah salah satu contoh kisah seseorang sebagai dampak dari pandemi saat ini. Masih banyak lagi kisah yang tidak tampak oleh mata saya yang mungkin ceritanya lebih mengiris hati. Awal tahun ajaran baru masih diputuskan untuk pembelajaran daring. Artinya ibu Sofia masih bersedih dan harus terus berjuang bersama keluarganya.
Saya memberi semangat dan mengajaknya untuk terus berjuang menghadapi hidup, dan menekankan bahwa semua yang bernafas sudah ada jaminan rejeki untuk makan dari Allah. Semua orang yang berusaha maksimal pasti akan berhasil. Melihat kisah ini membuat saya bersyukur dengan kondisi saya saat ini yang secara ekonomi masih stabil, tetapi saya mengajak kepada seluruh pembaca artikel ini, untuk berbagi dengan mereka yang terdampak pandemi. Mereka yang kehilangan pekerjaan dan mereka yang kelaparan tidak menginginkan ini terjadi. Kondisi yang tidak pasti kapan akan berakhir membuat mereka bingung harus berbuat apa. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kehidupan kembali berjalan normal seperti biasanya.
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren Bun..luar biasasukses selalu
Lanjutkan terus karyanya say, salam literasi
Menarik ceritanya bu
Trimakasih Bu..baru belajar menulis.. hehehe..ini tugas 2 dari webinar sagusabu hari ini.
Keren
Trimakasih bu. Semoga bisa seperti ibu teman yang lain...
Semoga bu Sofia tegar menghadapinya bu. Salam sukses selalu