Humor sebagai Pengukur Tingkat Pemahaman Siswa
Menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan menjadi sebuah tantangan yang layak dijawab untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka guru dapat memilih beberapa cara dalam memotivasi atau membentuk suasana yang kondusif. Diantaranya adalah dengan mengemas humor atau guyonan dalam memotivasi siswa. Humor dapat diaplikasikan kedalam pendidikan sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. [1] Humor (bahasa Inggris: humour, atau humor) adalah sikap yang cenderung dilakukan untuk membangkitkan rasa gembira dan memicu gelak tawa. Istilah ini berasal dari istilah medis Latin kuno, yang mengajari bahwa keseimbangan cairan dalam tubuh manusia, yang dikenal sebagai humor (bahasa Latin: humor, "cairan tubuh"), yang diatur oleh kesehatan dan emosi manusia. [2] Indikator utama menilai humor sebagai alat pengukur tingkat pemahaman siswa adalah, bahwa orang yang tertawa itu pasti karena memahami, tidak mungkin akan tertawa kalau tidak memahami. Namun pemahaman inipun memiliki tingkatan atau kualitas. Pada tingkatan pertama, begitu selesai diceritakan, siswa langsung bereaksi dengan tertawa atau tersenyum. Dari beberapa kelas yang dijadikan uji coba, hanya terdapat 1 siswa di setiap kelasnya. Setelah terjadi dialog dengan guru, maka sebagian besar siswa tertawa dan tersenyum. Kondisi ini adalah tingkatan yang kedua. Sementara ada beberapa siswa yang sedari awal kurang konsentrasi menempati tingkatan ketiga atau yang terakhir. Buktinya, guru memperjelas dengan merunut cerita dan logika yang ada didalam humor, barulah hampir semua siswa tertawa. Dengan demikian humor dapat dikemas ke dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berikut ini kisah humor yang terjadi antara guru sebut Pak AS dan siswa saat pembelajaran. Mengambil tema helm: melihat banyaknya helm yang ditempatkan di lemari dan memenuhi hampir seperempat lantai depan, guru merasa tergelitik untuk mengangkat humor sebagai langkah awal dalam memotivasi pembelajaran. Pak AS : Sambil mengambil salah satu helm, “Siapa yang punya? Berapa harganya?” Siswa : Serempak menjawab, “Punya Heni pak”. Pak AS : “Berapa Heni harganya?” Heni : “Mahal pak, sekitar Rp 360.000”. Pak AS : “Murah banget. Masak buat keselamatan dan melindungi kepala sebagai organ vital hanya seharga Rp 360.000”. Siswa : Serempak, “huuuuuuuuuuuuu”. Salah satu siswa bertanya, “Kalau punya bapak berapa?” Pak AS : Wah ini kesempatan menyombongkan diri, “Kalau helm saya, ya, ga sombong lho ya, hampir Rp 15 juta. Itu karena saya peduli dengan keselamatan makanya helm harus mahal”. (Sampai detik ini belum ada yang tertawa-menyadari bahwa guru sedang melempar bahan guyonan). Siswa : Serempak menjawab, “huuuuuu”. Tidak lama kemudian, ada siswa yang tertawa dan menyelutuk, “iya lha wong helmnya hadiah bonus beli sepeda motor”. Pada tahap ini, baru sebagian besar siswa tertawa, “Haaaaa haaaaa”. Pak AS : “Hi.... Saya sedang menunggu kesempatan ini“, sambil menunjuk siswa yang menyeletuk. “Ceritakan apa yang kamu pikirkan sehingga bisa secepat itu menemukan petunjuk yang membuat teman-temanmu tertawa”. Siswa : “Eh, anu pak. Ada beberapa hal yang terlintas dalam pikiran, dan hal itu mengingatkan saya pada bonus helm dan jaket dari setiap transaksi pembelian sepeda motor”. (Pada tahap ini siswa telah memiliki kemampuan mengasosiasikan berbagai pengetahuan dalam struktur kognitif). Pak AS : “Nah itu maksudnya,masak buat melindungi kepala sebagai organ vital hanya seharga Rp 360.000, kalau saya ya, paling tidak helm seharga Rp 15 juta, itu hadiahnya lumayan, sepeda motor dan jaket”. (Sampai disini, semua siswa tertawa terbahak-bahak). Berdasarkan humor diatas, maka guru dapat mereflesikan pembelajaran dengan mengasosiasikan kedalam banyak konteks dan karakter yang hendak ditanamkan, diantaranya: dengan memakai helm telah menunjukkan kepedulian pada keselamatan diri. Hal yang justru kontradiksi dimasyarakat dan jamak dilakukan diberbagai daerah tanpa adanya sanksi tegas dari aparat. DAFTAR RUJUKAN [1] Martin, Rod A. (2007). The Psychology Of Humour: An Integrative Approach. London, UK: Elsevier Academic Press. ISBN 978-0-12-372564-6.
[2] Https://id.wikipedia.org/wiki/Humor, diakses 25 Oktober 2017.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar